Mohon tunggu...
Muhammad Nur Ichsan
Muhammad Nur Ichsan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lubang Cacing Cirahong

11 Desember 2014   14:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:32 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar :Liputan6

Cirahong, begitulah nama jembatan itu, letaknya di Desa Manonjaya, Tasikmalaya, perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dengan Ciamis, Jawa Barat. Jembatan ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda, atau tepatnya pada tahun 1893. Panjangnya sekitar 200 meter. Lebarnya kurang lebih 2 meter. Dua penyanga beton setinggi 46 meter terlihat kokoh menopangnya, di bagian atas besi-besi terlihat saling bersilang, menjaga bentang Cirahong, dari ujung ke ujung sepintas tampak kokoh.

Di atas jembatan, terdapat rel kereta api jurusan Bandung-Surabaya. Hingga kini, jalur tersebut masih aktif. Namun, jika ditilik lebih dekat, sungguh miris. Di sejumlah titik tampak kerusakan, terutama di bagian landasan yang terbuat dari bilah-bilah kayu setebal 20 sentimeter. Lembaran-lembaran kayu yang ditata itu terlihat banyak yang bolong, tidak terpaku ke tulang landasan jembatan. Jika kayu itu patah sedikit saja saat dilintasi, tak urung nyawa orang yang melintas jadi taruhannya. Sebab, jembatan itu dibangun di atas derasnya arus kali Citanduy yang bermuara ke Laut Kidul.

Karena jembatan ini tak cukup lebar, terpaksa kendaraan roda dua ataupun roda empat yang akan melintas harus bergantian. Maka, warga sekitar bergotong-royong untuk mengatur lalu lintas dari kedua arahnya. Meski penuh rasa was-was, masyarakat sekitar lebih memilih menggunakan Jembatan Cirahong ini. Khususnya mereka yang beraktivitas dari Ciamis ke Tasikmalaya ataupun sebaliknya. Tidak ada pilihan lain bagi warga untuk mempercepat mobilitas mereka.

Adapun kala malam, jembatan tersebut tetap dibuka. Sejumlah petugas berjaga selama 24 jam, mengatur arus kendaraan yang akan melintas di atas Jembatan Cirahong. Di bulan Ramadan intensitas kendaraan yang melintas bisa 10 kali lipat dari biasanya.

Sumber :Jurnal Geologi GeoMagz Nomor 1, Maret 2013

Jembatan ini menggunakan konstruksi baja yang banyak dan cukup rapat. Jembatan yang memiliki panjang 202 meter ini merupakan jembatan yang unik, karena memiliki 2 fungsi. Bagian atas jembatan berfungsi untuk lalu lintas kereta api, sedangkan bagian bawah jembatan berfungsi untuk lalu lintas kendaraan. Namun kendaraan yang melintas harus bergantian masuk, karena ukuran jembatan yang sempit. Jembatan ini merupakan jalur alternatif dari Tasikmalaya menuju Ciamis lewat Manonjaya dan sebaliknya. Jembatan Cirahong merupakan satu-satunya jembatan peninggalan belanda di Kabupaten Ciamis.

Sumber : Wikipedia

Jembatan Cirahong memiliki ciri yang khas yaitu jembatan dua geladak yang atas untuk kereta api, dan yang bawah untuk kendaraan umum. Betapa Belanda sangat diuntungkan oleh sistem perangkutan kereta api ini, selain mengangkut hasil perkebunan, dengan jalur kereta api ini Belanda juga sangat efektif mengontrol kawasan jajahannya, terutama wilayah yang berada di pedalaman dan di bagian selatan Pulau Jawa.

Kita saat nya untuk meningkatkan pemanfaatan jembatan itu, misalnya dengan pariwisata sejarah dan geowisata. Hal ini sangat memungkinkan karena jembatan Cirahong itu khas, megah, dan bernilai sejarah, dengan alam di sekitarnya yang memiliki fenomena geologi yang menarik.

Ini lah salah satu warisan Belanda yang terdapat antara perbatasan Tasikmalaya dan Ciamis, yang mana sering digunakan juga sebagai tempat rekreasi bagi warga sekitar terlebih bagi para remaja setempat apalagi saat bulan Ramadhan tiba. Jembatan ini juga menjadi jembatan terunik dan termegah dengan konstruksi yang sangat kokoh dengan bahan baja, dan ketika kita melewati jembatan itu baik dengan sepeda motor ataupun dengan mobil maka kita akan merasa was-was, tak ubah nya jembatan ini sering diidentikan sebagai lubang cacing, yang mana jembatan ini sebagai terowongan yang tidak menembus lembah atau pegunungan, akan tetapi menjadi alat penyebrangan diatas sungai Ci Tanduy maka jembatan ini disebut sebagai lubang atau terowongan cacing Cirahong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun