"Gotong royong bukan hanya semangat kebersamaan, tetapi juga pondasi kuat bagi kemajuan bangsa."Â
- Soekarno
Bagi kita para masyarakat Indonesia, mencerminkan pentingnya pendidikan dan semangat gotong royong sebagai fondasi kebangkitan nasional, membangun masyarakat Indonesia muda yang berilmu, tangguh, dan saling mendukung untuk mencapai tujuan kemajuan bersama. Itulah tujuan kita sebagai golongan muda di masa kini.
Tahun 2023, masa-masa yang telah di dominasikan oleh teknologi dan pendidikan. Terdapatnya peningkatan rasa nasionalisme atau kesatuan dalam lingkungan sekolah. Dari mulainya pertemanan dan kerja kelompok. Hingga, memiliki keinginan dan tujuan untuk melawan satu kelas antara lain dalam lomba-lomba sekolah.
Tetapi bila kita melihat, dalam kerja kelompok tersebut tentunya ada kawan-kawan kita yang memiliki latar belakang yang berbeda. Bila kita suatu kelas, siswa-siswi tersebut terdiri dari latar belakang yang beranekaragaman. Itulah yang membuat persatuan itu indah, kita dapat mendalami dan mengetahui perbedaan masing-masing hingga dapat membuat pertemanan dan gotong royong untuk mengejar tujuan dan impian dalam kelompok.
Tahun 1908, perkumpulan mahasiswa. Didirikanlah organisasi Budi Utomo yang dihadiri oleh banyak mahasiswa muda dan cerdas untuk mendiskusi ide-ide, serta perjuangan untuk masa depan dan kemerdekaan bangsa.
Sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia, pengaruh kolonialisme yang diberi oleh penjajahan Belanda menciptakan kesadaran nasional keinginan untuk merdeka. Faktor ini memberikikan dorongan untuk memunculkan tokoh-tokoh seperi Soekarno, Mohammad, Soetomo, dll.
Sehingga terjadilah peristiwa perkumpulan orang-orang muda dari berbagai daerah Indonesia di Batavia untuk menghadiri Kongres Pemuda I dan II. Tokoh-tokoh yang datang untuk menghadiri kongres ini semuanya memiliki latar belakang yang berbeda, namun dapat menghasilkan beberapa kesimpulan bersama dengan bekerja sama. Sumpah Pemuda dan mengakuinya Bahasa Indonesia adalah dua hasil ditetapkan dari kongres tersebut.
Oleh karena itu, perasaan nasionalisme yang ditimbulkan dapat kita melihat beberapa keunggulan yang diberikan termasuk,
- Patriotisme atau besarnya cinta tanah air yang diberi oleh seseorang yang penuh dengan semangat untuk rela bekorban demi bangsanya.
- Bentuk kesatuan dan persatuan bangsa hasil masyarakat yang dapat mentoleransi perbedaan masing-masing.
- Identitas Nasional yang diberikan dan dapat ditunjukan dengan adat, agama, seni latar belakang masing-masing yang memiliki ciri khas masing-masing.
- Pendidikan bagi Kebangsaan, dimana masyarakat Indonesia dapat membuat toleransi sebagai bahan pendidikan yang sangat penting demi persatuan dan kesatuan.
Sehingga, nasionalisme merupakan faktor utama yang diberikan kepada Indonesia untuk dapat mendorong persatuan dan kesatuan, terutama untuk merdeka dan saat ini, adalah untuk kesatuan bangsa.
Bila kita melihat keadaan nasionalisme di masa kini, kebanyakaan dari masyarakat Indonesia telah menerima perbedaan dan setuju untuk bergotong royong bersama masyarakat lain yang memiliki perbedaan latar belakang masing-masing.
Namun sayangnya, terdapat sisa masyarakat lainnya yang masih belum dapat menerima rasa toleransi terhadap nasionalisme yang diberikan. Yang kemudian dapat memengaruhi generasi selanjut Indonesia muda. Keadaan seperti dapat kita melihat dari jumlah kasus diskriminasi terhadap SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang terjadi di area lingkungan sekolah. Sehingga, terjadinya perlawanan dan pemusuhan yang memperlambat rasa nasionalisme untuk bersatu.
Faktor-faktor yang dapat kontribusi terhadap ketidak toleransi dapat dimulai dari masyarakat Indonesia yang tidak dapat menerima perbedaan masing-masing orang yang dapat ditimbulkan dari pendidikan nasionalisme yang kurang. Sehingga menjadi contoh yang buruk bagi masyarakat sekitar untuk dicontohkan.
Oleh karena itu, ini membuktikan bahwa walaupun sudah ada banyak masyarakat yang mempercayai dengan cinta tanah air terhadap bangsa. Akan selalu ada seorang atau beberapa masyarakat yang belum dapat menerima toleransi terhadap orang lain. Maka satu orang yang intoleran dalam kelompok besar yang sudah toleran dapat memberi dampak buruk terhadap pentingnya persatuan dan kesatuan bagi bangsa kita.
Maka dengan adanya pendidikan sekolah yang meliputi rasa nasionalisme termasuk PPKn dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), saya merasa bahwa rasa nasionalisme yang diperkuatkan dengan terus bergotong royong dan memiliki rasa cinta tanah air terhadap bangsa.
Mari terus memperkuat rasa nasionalisme kepada cinta tanah air Indonesia, demi kesatuan dan persatuan bangsa.
Maka dari sini, kita dapat simpulkan bahwa rasa nasionalisme adalah faktor utama mengapa Indonesia saat ini dapat bersatu. Walaupun akan selalu ada keliruaan dalam memproklamasikan Indonesia untuk bersatu, kita dapat memberi masyarakat yang masih intoleran pendidikan ajaran yang dapat membuat mereka mengerti besarnya rasa cinta terhadap tanah air.
Maka semoga dalam Ketuhanan yang Maha Esa kita percayai, kiranya bangsa Indonesia akan selalu diberkati olehnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H