Mohon tunggu...
Vie Triana
Vie Triana Mohon Tunggu... profesional -

Simply

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita di Era Modernisasi

28 Januari 2012   12:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang wanita, ada banyak banget hal yang bisa dijadikan topik hangat. Apalagi saat memasuki era milenium seperti sekarang. Wanita-wanita sekarang lebih berpendidikan, punya penghasilan sendiri dan memegang kendali atas hidup mereka dibandingkan dengan era ibu-ibu mereka sebelumnya.

Dengan teknologi baru dan kenyamanan-kenyamanan masa kini, kehidupan dijalani dengan lebih cepat dan lebih rumit ketimbang di jaman kakek nenek kita atau bahkan jaman orang tua kita. Kalau di jaman sebelumnya, wanita menikah pada usia muda dan mulai berperan sebagai ibu rumah tangga. Sekarang, harapan budaya, kemajuan medis memampukan wanita untuk punya anak yang sehat di usia  yang lebih tua. Karenanya, wanita masa kini menghadapi banyak sekali pertanyaan : Apakah harus menunda punya anak dan memusatkan diri pada karir? Kalau punya anak, apakah harus menitipkan di penitipan anak atau berhenti kerja. Lalu, gimana cara wanita era saat ini membuat keputusan ?

Dalam masyarakat kita yang lebih individualistik, seorang wanita mungkin jadi seorang orangtua tunggal atau mungkin ia telah jauh dari keluarga dan kawan-kawan karibnya di masa remaja. Apalagi teknologi yang berubah dengan cepat dan adat istiadat yang mulai berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Wanita-wanita karir cenderung kesulitan untuk mendapat sebuah nasihat yang mereka butuhkan. Karena, saat mereka mendiskusikan permasalahan mereka dengan orangtua mereka yang tidak menjalani karir, tentunya solusi yang diberikan berbeda. Cowok-cowok karir, mungkin bisa memberi masukan. Tapi pastinya tidak betul-betul pas, karena kebanyakan opini yang diberikan cenderung berdasarkan pengalaman cowok tersebut dan tidak mempertimbangkan makna yang ditempatkan oleh wanita dalam berkeluarga.

Keyakinan timbul dari pengetahuan dan pengalaman. Lalu, gimana bisa mendapat manfaat dari pengalaman orang lain?
Kualitas tahun-tahun hidup kita berikutnya sebagian besar akan bergantung pada keputusan-keputusan yang kita buat hari ini. Dan untuk itu, kita tidak harus menemukan kembali sesuatu yang baru. Pengalaman orang lain bisa dijadikan pelajaran dan bermanfaat untuk kita.

Kita bisa perhatikan sekeliling kita. Beberapa teman dan rekan kerja menjalani hidup yang bahagia, dengan kondisi finansial yang relatif bagus, hubungan dan persahabatan yang bagus, dan masa depan yang menjanjikan. Sementara, sebagian lain berjalan dengan tertatih-tatih. Mereka punya banyak impian, tapi tidak berbuat apa-apa. Ada beberapa dari wanita-wanita yang memiliki awal yang paling buruk, malah menghasilkan  yang terbaik. Dan beberapa yang memiliki asal usul “paling beruntung” justru berjalan tertatih-tatih.

Wanita, saat ini memiliki lebih banyak kebebasan, kesempatan, dan tanggung jawab dibandingkan sebelumnya. Tapi seiring dengan kebebasan yang lebih besar itu, mungkin aja merasa lebih terisolasi, kewalahan, dan terasing. Wanita sekarang lebih berpendidikan, melek teknologi, sadar politik, dan sebagai akibatnya mereka merasakan tekanan dan kegelisahan karier.

Wanita muda dengan prestasi yang bagus dan cukup punya keberuntungan, bisnis berjalan dengan sukses dan dinobatkan sebagai wirausaha yang populer. Namun, hal demikian tidak berlangsung lama. Rasa senang sukses dalam bisnis mulai memudar. Mengatur karyawan, keuangan dan expansi bisnis menjadi sesuatu yang memberatkan. Kehilangan sebagian dari sebuah kehidupan masa muda yang menyenangkan, bisa saja menjadikan seseorang depresi.

Pengalaman lain wanita muda yang menjalani kehidupan dengan aturan keluarga sepanjang hidupnya. Peraturan keluarga, bisa saja mengantarkannya pada kesuksesan pendidikan tinggi dengan gelar yang patut dibanggakan. Tapi, apakah semua yang didapat tersebut juga sama dengan apa yang dirinya inginkan?

Beda lagi dengan wanita muda yang dilahirkan dari latar belakang ekonomi kurang beruntung. Menjadi Ibu muda pada usia dini, namun kemudian mempunyai keberanian untuk mengubah prioritas hidupnya. Berjuang membenahi keadaannya, berjuang mempertahankan pekerjaan yang dimiliki, merawat anak-anaknya. Terobsesi untuk menjadikan anak-anaknya lebih baik daripada dirinya.

Wanita-wanita, semuanya menghadapi keputusan dan akibat dari keputusan sebelumnya yang akan mempengaruhi kesuksesan dan kebahagiaan esok hari. Menginginkan kesuksesan berarti menghadapi kegagalan; tidak ada seorangpun yang sukses tanpa mengalami berkali-kali kegagalan.  Yang kita perlukan adalah mempersiapkan diri untuk bisa tetap tegar setelah sebuah kegagalan dan menghadapi dengan efektif kejutan-kejutan yang terjadi dalam kehidupan.

Kita sering memiliki masalah dalam mengambil keputusan karena takut membuat keputusan yang salah dan mengira bahwa seharusnya bisa memprediksikan yang akan terjadi dan  apapun yang diputuskan harus memberikan hasil dalam sepanjang hidup.
Kesempurnaan bukanlah keharusan. Pastinya ada keputusan-keputusan yang salah pernah kita buat. Yang perlu dilakukan adalah belajar gimana kalau sebuah keputusan itu perlu dievaluasi lagi,  mengapa keputusan itu begitu penting, kenapa keputusan berhasil dan, mengevaluasinya sendiri akan memberikan pengalaman yang kita butuhkan untuk bisa jadi pembuat keputusan yang efektif.
Tentunya, dengan mempertimbangkan realitas ekonomi masa kini dan pergeseran kancah pekerjaan, dan setiap wanita yang ingin memperbaiki hidupnya bisa melakukan hal tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun