Mohon tunggu...
ich bouvier
ich bouvier Mohon Tunggu... karyawan swasta -

pengguna otak kiri yang mau ke otak kanan, dan hobinya makan otak2 :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita si tembakau

12 Juni 2012   05:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

si tembakau bercerita..


di suatu sore..

tembakau bercerita padaku di sebuah stasiun..
dia berkata, "cukup kau gulung aku dalam sehelai kertas, isaplah, kau akan tampak berwibawa"
ku hanya diam seribu bahasa..
tampaklah seorang gagah dengan si tembakau..
sungguh gagah sekali..
aku pun tersenyum, ku ucapkan pada si tembakau, "bisakah kau tak berasap?"
justru ku dapatkan tertawaan dari si pria gagah..
mustahil tembakau tanpa asap, bagai api tanpa asap..

ku caci maki si tembakau,
"hei kau tembakau, asapmu racun!"
ku menunjuk seorang bayi yang berada dalam pelukan ayahandanya, si penggemar tembakau.
sekali dia isap si tembakau,
dia pun mencium anaknya.
asap sudah mengebul mengelilingi si anak.

ku teriakkan pada si tembakau,
"bunuhlah si pengisapmu, dengan kekuatan yang kau  punya, tapi jangan sentuh kami yang tak berdosa"
ku menunjuk diriku, dan orang-orang sekelilingku, kecuali  penggemar tembakau.

tembakau tertawa seolah-olah keluhanku seperti pujian.
dia pun berkelakar, "tanpa kami, tak ada kehangatan tubuh,  kewibawaan"

aku pun membalasnya, "maafkan kami, terlalu pintar akal  manusia sekarang, menciptakanmu tak hingga"

tembakau menangis,
tangisannya sangat pedih di mataku
dia berkata, "aku pun bodoh, seharusnya dulu ku katakan pada manusia, aku sangat suka membunuh manusia dengan asapku, tapi mereka tak mempercayainya".......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun