“terserah kamu, mulai kapan kamu resign?” Tanya mbak Helen yang sangat terkenal nyonya killer di kantornya.
“akhir tahun mbak, saya sudah menemukan penggantinya. Ini CV pengganti saya. Mbak Helen setuju?” dita menyodorkan sebuah CV wanita cantik, pacar dari anak buahnya di marketing.
“ok, kamu panggil. Saya interview dia secepatnya”
–
“cepetan beresinnya. Dih kamar lu gede amat sih” suara abang kandungku, dito, mengagetkanku yang sedang merapihkan barang-barang untuk di bawa ke rumah. Sudah satu bulan, dita konsen ujian untuk bisa kembali masuk ke kuliahnya. Dita tak pernah menginjakkan kaki ke kosannya. Ibu kosan sangat marah dengan menghilangnya dita. Sebersit kemarahan di muka dita, karena ibu itu sendiri yang menyuruhnya meninggalkan barang-barang di kamar karena dita sibuk ujian.
Ada bayangan yang mengawasi dita. Suara adzan menggema, dita segera berlari ke kamar mandinya untuk wudhu. Dito, menjadi imam, dita dan ibu kosannya menjadi makmum. Sehabis shalat, dita mengamati seisi rumah. Sudah sebulan dita tak bermain dengan mbak eka. Dita bangun dari tempat shalatnya, mencari mbak eka. Dita semakin terkejut, mbak eka nampak seperti orang normal. Ibu kosannya menyusul dita ke kamar. Mbak eka pun mulai menundukkan lehernya seperti biasanya, seolah-olah lehernya sangat lentur.
“jangan lupa ke sini lagi ya bawa kunci, kalo ada maling gimana?” sindir ibu kosan ke dita. Kunci pintu depan rumah, ketinggalan di kosannya di Bandung. Dita menunduk, dan mengajak dito pergi. Seusai merapihkan semuanya. Dita dan dito pergi menuju motornya. Edo menunjukkan batang hidungnya, yang tak ada perubahan dalam diri edo. Masih gondrong, bertato, dan tampak mistis.
–
“Assalammualaikum” salam dita sambil mengetuk pintu rumah ibu kosannya.
“eh dita…” sambut ibu kosan.
Muka dita sangat lelah. Dita dari Bandung langsung ke Jakarta, hanya untuk mengasih kunci pintu depan kosannya. Padahal dita baru kemaren ke Jakarta, ternyata kuncinya ketinggalan lagi. Dita juga merasa aneh dengan isi rumah ibu kosannya sekarang. Berasa sekali kekuatan mistis masuk ke dalamnya.
“ini bu kuncinya, maaf lama” dita membuka suaranya.
“balik lagi ya bu, ada urusan. Abang saya, ditto masuk rumah sakit sekarang” dita melanjutkan pembicaraanya.