Mohon tunggu...
Sosbud

Hati - Hati Berinvestasi Hati

27 Desember 2016   11:56 Diperbarui: 28 Desember 2016   21:48 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu menghabiskan banyak waktu untuk stalking, mengirim pesan, menelepon, memantau media socialnya ataupun membayangkan semua hal-hal indah bersama dia?

Dia yang dimata kamu, dipikiran kamu, diangan-angan kamu adalah seseorang yang sangat sempurna, dia memenuhi semua kriteria yang selama ini kamu cari, dia pintar, menarik, kehidupan sosialnya luas, kalian juga mempunyai hobi dan minat yang sama.

Suatu saat kamu tersadar, selama ini kamu yang terus menerus mengirim pesan untuk sekedar mengingatkan makan atau mengucapkan selamat pagi, menyukai semua postingan media socialnya, membaca semua status, menerka-nerka mengapa dia menulis status tersebut, mencoba menyukai lagu yang dia dengar, mencari tahu hobi dan minatnya, mencoba mengenal teman-temannya, tetapi, dia tidak pernah melakukan hal yang sama.

Kalian berdua sudah cukup intens berinteraksi di soial media, dia membalas mentionmu, menyukai dan menanggapi komentar kamu, ataupun sekedar memberi ucapan terima kasih.

Kamu merasa ada sebuah kedekatan diantara kalian.

Kamu berusaha untuk selalu ada untuk dia.

Berkali-kali kamu mengecek handphone, menunggu dia membalas pesan atau berharap dia sekedar menyukai postinganmu di media social.

Dan pada akhirnya, harapaan tinggalah harapan, apa yang kamu harapkan tidak pernah menjadi kenyataan, sebanyak apapun kamu mencoba menarik perhatiannya.

Pikiranmu kacau, hati kamu gundah, kamu terus bertanya-tanya, apa yang salah dengan kamu?

Kamu menarik, pintar, baik, dan kamu punya sederet hal menarik dan positif lainnya.

Itulah yang dinamakan emotionally invested, kamu berinvestasi emosi, perasaan, waktu, tenaga, pikiran untuk membuat orang yang kamu suka tertarik, berharap timbul sebuah harapan (yang sebenarnya hanyalah sebuah delusional) menyebabkan kamu menjadi orang yang mudah geer saat dia membalas pesan, dan galau jika dia hanya membaca isi pesan.

Kamu terlalu sibuk membayangkan sebuah moment sempurna yang akan kamu lakukan jika dekat dengan dia.

Dia yang belum pernah kamu kenal dengan baik di dunia nyata.

Dia yang kamu takut untuk ajak kencan, dia yang (sialnya) kamu mengenal dan menilai kepribadiannya (hanya) lewat social media.

Realitanya, dia mempunyai kehidupan socialnya sendiri, dia mempunyai banyak pilihan, setiap hari dia berinteraksi dengan lawan jenis yang menarik, bukan hanya berinteraksi dengan kamu yang hanya satu dari sekian followers akun social medianya.

Bandingkan dengan diri kamu yang hanya “exclusive” mengejar dirinya. 

Kamu tidak mau mencoba menyukai yang lain karena kamu takut hal itu akan membuat dia kecewa jika dia tahu.

Kamu ingin menjadi pejuang cinta (yang bodoh) demi mendapatkan perhatian darinya. 

Kamu rela menjadi sosok yang dia sukai, meskipun pada kenyataannya, hal itu sangat sulit untuk kamu lakukan.

Begitu kamu tahu dia memilih orang lain, semua angan dan harapan yang selama ini kamu bangun seketika runtuh, kamu kecewa karena merasa diberi hrapan palsu, padahal kamu dan dia sama sekali tidak ada hubungan apapun.

Hanya karena kalian chatting setiap malam (sampai dia tertidur karena bosan) untuk beberapa lama, kamu mulai “merasa” ada hubungan.

Realitanya, hal tersebut tidak serta merta membuat kamu dan dia memiliki sebuah hubungan.

Kamu kecewa karena kamu merasa sudah banyak “berkorban” dan hal itu tidak terbalas / tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan.  

Tidak usah menyalahkan dia, menyalahkan takdir, meminta Tuhan untuk membuat kamu melupakan dia, apalagi like semua postingan All About Your Life di LINE karena hal itu tidak akan mengubah apapun.

Seberapa banyak waktu, tenaga, pikiran yang kita keluarkan hanya untuk sebuah harapan kosong yang tidak ada artinya?

Kamu hanya harus menyadari, bahwa hal ini berdampak merugikan diri sendiri.

Jika kita bisa menukar waktu, tentulah banyak waktu yang terbuang dan akan berdampak positif jika kita menginvestasikan waktu tersebut untuk diri sendiri.

Mengembangkan potensi untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, bersosialisasi dengan banyak lawan jenis yang menarik, mempunyai skills yang bisa berdampak pada masa depan diri sendiri tentulah membutuhkan usaha, konsisten dan waktu yang tidak sebentar, dan itu bisa terjadi apabila kita banyak menghabiskan waktu untuk mencintai, juga memahami diri kita.

Itulah yang dilakukan oleh dia.

Dia terlihat menarik, dia mampu menarik perhatian kamu karena dia mempunyai sesuatu yang terus dia lakukan secara konsisten: fokus pada diri sendiri.

Dia cerdas karena secara konsisten banyak membaca.

Dia terlihat menarik secara fisik karena dia fokus berolahraga.

Dia mempunyai kehidupan yang menarik karena dia ingin menggapai sebuah pencapaian untuk masa depanya.

Semua hal tersebut juga bisa kita terapkan dalam diri kita.

Ketika kita mampu mencitai diri sendiri, menciptakan kebahagiaan untuk diri sendiri (dengan cara mengapresiasi, memberikan semua yang terbaik untuk diri sendiri) secara otomatis orang yang melihat diri kita sedang atau selalu terlihat bahagia akan merasakan hal tersebut.

Jujur saja, kitapun akan merasa malas dekat-dekat atau mendengar cerita teman kita yang selalu mengeluh bukan?

Jika bad mooditu bisa menular, begitu juga dengan good mood.

Saya ingin memberitahukan sebuah unpopular opinion(yang mungkin belum pernah kamu dengar): Kunci ketidak bahagiaan ada pada self-worth yang kamu gantungkan kepada orang lain.

Jika kamu merasa hampa karena sehari saja tidak mengirim pesan kepada dia, itu artinya kamu sedang menggantungkan kebahagiaan diri sendiri kepada orang lain, waspadalah, hal ini bisa membuat kita stress dan ini adalah salah satu penyebab seseorang mudah terbawa perasaan, dan susah untuk bahagia.

Ketahuilah bahwa kebahagiaan kita, tidak terletak dan bukan pula sebuah kewajiban yang diemban oleh orang lain.

Karena saat kamu berkelebihan cinta, berkelebihan kebahagiaan, kamu tidak akan membiarkan diri kamu untuk meminta, memaksa, menuntut apalagi menganggap hal tersebut sebagai sebuah kewajiban bagi orang lain

Ketika suatu hal tidak sesuai harapan, lalu kita merasa hal tersebut tidak adil, sadari bahwa permasalahan hidup yang kita hadapi adalah 10% masalah, 90%nya adalah respon kita terhadap masalah itu sendiri.

Respon kitalah yang menyebabkan sesuatu hal terasa berat, terasa tidak adil.

Kita memang tidak bisa mengendalikan segala hal yang terjadi diluar kendali kita, seperti sebuah kenyataan bahwa, tidak semua orang menyukai apa yang kita punya dan kita lakukan.

 TETAPI kita punya HAK untuk tidak meladeni hal-hal yang kita anggap tidak penting, terutama yang tidak mempunyai dampak positif untuk hidup kita.

Selalu terapkan first priority untuk diri kita hanya untuk HAL-HAL YANG BERMANFAAT & PUNYA BENEFIT POSITIF.

Remember to always love yourself first.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun