Mohon tunggu...
Ichan Lagur
Ichan Lagur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Asli

#YNWA. Felixianus Usdialan Lagur. Black Boy; suka kopi dan gitar. Cp: Lagurirsan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corona dan Fenomena Bahasa Media

21 April 2020   15:16 Diperbarui: 21 April 2020   15:15 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disadari atau tidak, pada golongan masyarakat umum pemilihan diksi mudik dapat  memberikan kesan seolah-olah kelompok masyarakat yang pulang ke kampung halamannya hanya untuk sekadar menghabiskan waktu liburan, atau hanya untuk sekadar menunggu perusahaan kembali beroperasi.

Dalam konteks pulang kampung akibat corona, orang-orang yang memilih untuk pulang kampung harus dipandang sebagai korban. Penting bagi kita untuk menempatan terminologi korban tidak hanya bagi pasien atau orang yang meninggal, tetapi juga bagi semua pihak yang mendapatkan imbas dari wabah besar ini. 

Orang-orag yang pulang kampung juga merupakan korban dari sebuah wabah besar. Mereka pulang bukan dalam konteks pemahaman mudik yang selama ini kita pahami, tetapi dalam konteks upaya untuk dapat menyambung nyawa dan agar dapat tetap bertahan hidup. 

Karena itu, istilah yang tepat dalam konteks ini ialah mengungsi. "Ungsi", "mengungsi" dalam KBBI dikategorikan sebagai kata kerja dan memiliki arti "pergi menghindarkan (menyingkirkan) diri dari bahaya atau menyelamatkan diri (ke tempat yang dirasa aman)". 

Corona adalah wabah yang membahayakan dan terbukti telah memberikan dampaknya baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada masyarakat, karena itu orang-orang yang memilih pulang kampung merupakan korban yang sedang berusaha untuk menyelamatkan diri dari wabah yang sedang melanda (dalam konteks ini rumah dan kampung halaman adalah tempat yang dirasa aman karena memberikan perasaan aman baik secara psikis maupun secara ekonomi).

Pemilihan istilah ini memang kelihatan sederhana tapi sebetulnya memberikan dampak yang sangat besar terhadap bagaimana cara masyarakat membangun persepsinya, termasuk bagaimana cara memperlakukan para korban. 

Berkaitan dengan ini, salah satu contoh sederhana yang mungkin yang dapat kita ambil ialah kisah dari Sikka, Flores tentang penolakan ZL sekeluarga. ZL adalah pemuda yang baru saja pulang dari Batam. Ia ditolak oleh warga. 

Ia bersama ibu, saudari kandung, dan keponakannya diusir dari kampung halamannya di Paule. Kisah penolakan ini lahir karena pemahaman masyarakat yang lemah tentang virus corona, juga karena berbagai persepsi yang terlanjur terbangun melalui media. 

ZL atau orang-orang yang pulang kampung lainnya dipandang sebagai pemudik, bukan sebagai pengungsi yang terpaksa harus menghijrahkan dirinya demi bertahan hidup. Tentu masih banyak kisah lain yang dapat dengan mudah kita temukan pada berbagai pemberitaan media massa. 

Sampai pada titik ini kita melihat bagaimana penggunaan istilah oleh media mempengaruhi kontruksi pikiran masyarakat juga mempengaruhi bagaimana cara masyarakat menerima para pengungsi yang dicap sebagai pemudik.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun