Mohon tunggu...
Ichan Lagur
Ichan Lagur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Asli

#YNWA. Felixianus Usdialan Lagur. Black Boy; suka kopi dan gitar. Cp: Lagurirsan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corona dan Fenomena Bahasa Media

21 April 2020   15:16 Diperbarui: 21 April 2020   15:15 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ichan Lagur. Foto oleh: Yohanes 'Mbilo' Delfino

Saya kira sebagai jembatan informasi, media massa semestinya menyederhanakannya dengan menggunakan padanan kata atau padanan istilah yang mudah dipahami oleh masyarakat. Bukankah inti dari kegiatan komunikasi ialah soal bagaimana pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan? 

Saya kira keberadaan istilah-istilah ini pada banyak golongan masyarakat (untuk tidak menyebut mayoritas masyarakat) bisa menyebabkan suatu miskomunikasi. Istilah-istilah di atas kan bisa dipadankan dalam bahasa Indonesia yang lebih mudah dipahami oleh berbagai golongan masyarakat. 

Beberapa padanan bahasa Indonesia yang dapat media massa gunakan dalam menyampaikan informasi semisal: Lockdown dapat dipadankan dengan istilah solotif (disendirikan, dipisahkan) , hand sanitizer dipadankan dengan istilah cairan atau larutan pembersih tangan, disinfectant dipadankan dengan istilah anti-infeksi, social distancing dipadankan dengan istilah menjaga jarak,dan lain sebagainya. 

Contoh salah satu artikel yang baik yang dapat dijadikan sebagai rujukan proses pemadanan istilah ini dapat kita baca di FloresPos.id pada tanggal 2 April 2020 dengan judul Wabah Corona dan Persoalan Diksi. Artikel ditulis oleh Ketua Prodi PBSI UNIKA Santu Paulus Ruteng, Bonefasius Rampung.

Kedua, kekurangtepatan penggunaan diksi mudik. Diksi ini dipakai oleh banyak pejabat publik, dipakai oleh banyak media, dan tentu saja dipakai juga oleh publik. 

Diksi ini kelihatannya sederhana, tidak penting, dan sepele, tetapi sebetulnya dapat memberikan pengaruh yang sangat besar. Bagi saya, dalam konteks wabah corona, diksi mudik ini bukanlah pilihan diksi yang tepat, karena itu media massa mesti jeli memilah dan memilih bahasa. 

Pemilihan bahasa yang salah --yang dianggap sederhana, tidak penting, dan sepele- dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada persepsi masyarakat. 

Pada banyak media massa, kita mengetahui informasi mengenai ada begitu banyak orang yang harus pulang ke kampung halamannya akibat wabah virus corona. Beberapa perusahan dan tempat kerja mereka ditutup, hal ini berimbas pada pendapatan para pekerja.

Banyak buruh-buruh perusahaan yang memilih untuk pulang ke kampung halamannya karena persoalan ekonomi; mereka tidak memiliki uang yang cukup dan tidak memiliki persediaan bahan makanan untuk batas waktu yang tidak menentu.Oleh banyak media, proses pemulangan para karyawan dan buruh ini dianggap sebagai kegiatan mudik. 

Mudik dalam KBBI didefinisikan sebagai: (1) "(berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman)", (2) "pulang ke kampung halaman". Mudik dalam konteks ini dipahami sebagai suatu kegiatan perantau pekerja untuk kembali ke kampung halaman. 

Barangkali diksi ini kelihatan sederhana dan sepele, tetapi saya kira diksi sederhana ini dapat mempengaruhi bagaimana cara masyarakat memandang objek dalam berita sekaligus mempengaruhi bagaimana cara masyarakat mengambil sikap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun