Mohon tunggu...
Ichan Lagur
Ichan Lagur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Asli

#YNWA. Felixianus Usdialan Lagur. Black Boy; suka kopi dan gitar. Cp: Lagurirsan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengantin Muda yang Bergentayangan

8 Februari 2018   10:33 Diperbarui: 8 Februari 2018   11:19 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: www.suimin30.com

"Sampai sekarang mama belum kasi izin saya untuk tinggal di kampungnya Sandi karena belisnya juga belum lunas semua. Tempo hari mama ngotot untuk batalkan kami punya pesta pernikahan. Untungnya bapa masih waras dan tidak mau ikut maunya mama karena tidak enak dengan tamu-tamu undangan. Sejak itu hari Sandi murung dan kepikiran terus. Sejak menikah, cepat sekali naik emosinya. Macam bukan Sandi yang selama ini saya kenal. Beberapa bulan terakhir, saya punya jantung makin parah, tapi saya tidak mau cerita ke Sandi. Saya takut dia tambah stress. Saya tidak mau dia pusing lagi dengan urusan biaya. Makanya saya diam-diam saja."

Ia mengatur nafasnya sebelum melanjutkan.

"Minggu lalu fisiknya saya makin lemah. Tiba-tiba saya pingsan. Yang saya ingat, mereka bawa saya ke RSUD. Pas saya sadar, saya sudah baring di ini tempat tidur dan sudah ada banyak orang menangis di sini"

Aku diam, ia pun diam. Kami diam dalam waktu yang cukup lama. Tak tahu harus berbuat apa; tak tahu apa dan siapa yang salah. Aku dan ia pun tak tahu pada pencuri siapa harus menagih kehidupannya.

Beberapa saat berselang, seorang ketua KBG berdiri dan mengajak semua orang untuk berdoa. Mereka semua memejamkan mata, mengambil sikap yang pantas tuk berdoa. Barangkali mereka sadar bahwa pada akhirnya setiap orang akan didoakan.

Aku tak ingin mengganggu jam doa mereka. Aku kemudian pamit meski tak tahu harus ke mana.

Kudengar mereka mulai berdoa dan menyanyikan lagu Dere Serani nomor 201. Semakin jauh kumelangkah, nada suara pada lagu pembukaan mereka seperti pelan-pelan memudar.

Meski terdengar kian rapuh, aku ingat persis penggalan nada syahdu yang mereka menyanyikan:

"One api pande nggelok,, monggur wakar susa bail. . .

Landing ndekok pande lise, waheng taungs le Mori Kraeng. . .

Yo Mori,, Yo lembak koe. .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun