Arsene yang sempat merantau ke negeri matahari tentu tahu bahwa hidup adalah roda yang berputar. Sebagai penyuka dan penggiat bola ia pasti tahu, roda dan bola sama-sama bundar adanya. Bola, karena kebundarannya itulah maka segala hal terjadi di dalamnya bisa saja terjadi. Senada dengan bola-bola nasib dan kehidupannya yang terkadang harus berpendar pada sisi kelamnya.
Ia menatap jauh pada deretan kursi dan hijaunya rumput Emirates yang mengingatkannya pada beribu senja yang telah dilaluinya. Sambil merenung, sesekali ia menegukkan soda di tangan kanannya. Dalam keheningannya itu, ia berbagai cerita dengan dirinya perihal  kenangan 10 tahun awal-awal perkawinannya bersama Arsenal. Tiap detik kenangan itu terpahat jelas dalam ingatannya. Ia tahu betul bahwa kini semuanya tak lagi sama. Tanpa disadarinya, air mata telah membahasi pipinya. Ia berduka!
Sudahlah Arsene, tak perlu risau. .
Ada kalanya mentari tak bersinar terang sebagaimana mestinya;
tapi meski begitu ia tetaplah mentari. .
Kau tetaplah legenda dan mentari bagi Arsenal (juga Inggris). .
Mungkin kini saatnya kau menepi dan berbagi cerita. .
Seperti Shankly dan Ferguson;
Sepakbola terlanjur memahat namamu dalam keabadian. .
(Pictures by google. . ^_^)
*FELIXIANUS USDIALAN LAGUR