Mohon tunggu...
Icha Maghfiro
Icha Maghfiro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malangg

Mahasiswa S1 Psikologi yang saat ini menempuh semester akhir. Menyukai kegiatan-kegiatan yang melibatkan kreativitas dan terlibat dengan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melatih Keterampilan Hidup Anak Autisme Menggunakan Metode ABA; Discrete Trial Training (DTT)

14 Januari 2025   22:21 Diperbarui: 14 Januari 2025   22:22 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Autisme adalah salah satu gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan komunikasi, interaksi sosial, serta perilaku sehari-hari. Di Indonesia, jumlah anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) terus meningkat, mencapai 2,4 juta pada tahun 2021. Meski jumlahnya signifikan, masih banyak tantangan dalam membantu anak-anak ini, salah satunya adalah mengembangkan keterampilan dasar untuk hidup mandiri.

Salah satu lembaga yang berperan besar dalam hal ini adalah Malang Autism Center (MAC). Berdiri sejak 2015, MAC telah membantu banyak anak autisme melalui terapi berbasis metode Applied Behavior Analysis (ABA)

Metode Applied behavior Analysis (ABA) dengan teknik Discrete Trial Training (DTT) menjadi salah satu pendekatan yang tepat dalam meningkatkan keterampilan hidup anak autisme. Metode ABA didasarkan pada teori behaviorisme, di mana perilaku positif diperkuat dengan imbalan atau penguatan. Salah satu teknik yang digunakan, DTT, membagi keterampilan kompleks menjadi langkah-langkah kecil yang diajarkan secara berulang. Teknik ini membantu anak memahami instruksi dengan lebih baik dan merespons dengan tepat. 

Misalnya pengembangan kemampuan anak dalam berkumur, menyapu, dan meniup pada anak autisme berat dengan tipe komunikasi nonverbal, yang berusia 11 tahun. Sebelum terapi, anak tidak mampu berkumur, tidak memahami cara menyapu, dan kemampuan meniupnya lemah. Setelah menjalani program intensif selama tiga minggu, kemajuan signifikan terlihat. Anak kini dapat berkumur dengan benar, menyapu remah-remah makanan, dan meniup peluit dengan durasi lebih lama.

Rangkaian Program Latihan yang Terstruktur

Program latihan dilakukan selama tiga minggu dimana setiap sesi latihan melibatkan demonstrasi, pemberian instruksi singkat, dan bantuan berupa isyarat atau prompt. Anak diberikan imbalan atas respons yang sesuai untuk mendorong motivasi belajar. Aktivitas dilakukan di lingkungan yang mendukung, seperti ruang makan dan kelas, agar anak terbiasa dengan situasi sehari-hari.

Pemberian materi latihan dilakukan secara bertahap seperti pada berkumur, anak diajarkan untuk langsung mengeluarkan air, kemudian baru diajarkan untuk menahan air dalam mulut dan berkumur. Hal serupa dilakukan pada latihan menyapu dan meniup, semua dilakukan bertahap hingga anak mampu melakukannya tanpa bantuan.

Evaluasi Program Latihan

Sepanjang program terapi, tidak menutup kemungkinan terjadi kemunduran dalam perkembangan kemampuan anak. Hal ini dapat terjadi karena kondisi perasaan atau mood anak, lingkungan yang sedang tidak kondisional, kekosongan jadwal, dan form atau bentuk pemberian materi.

Form atau bentuk pemberian materi misalnya ketika mengajarkan anak berkumur menggunakan gelas dan anak malah menelan air alih-alih berkumur dan mengeluarkannya. Hal ini bisa disebabkan karena konsep awal anak bahwa gelas adalah alat untuk minum. Form pemberian materi ini seringkali diabaikan, kesalahan respon anak seringkali dianggap sebagai ketidakmampuan.

Harapan untuk Masa Depan

Hasil dari program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi anak, tetapi juga meningkatkan pemahaman orang tua dan masyarakat terhadap pentingnya terapi yang tepat untuk anak ASD. Meski memerlukan waktu dan dedikasi, hasilnya membuktikan bahwa setiap anak memiliki potensi untuk berkembang jika diberikan kesempatan dan dukungan yang tepat.

Malang Autism Center menjadi bukti nyata bahwa pendekatan ilmiah seperti ABA dan DTT dapat memberikan perubahan positif bagi anak-anak autisme. Dengan keberlanjutan program seperti ini, diharapkan lebih banyak anak ASD yang dapat hidup mandiri dan berinteraksi lebih baik dengan lingkungan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun