Mohon tunggu...
Ezzah Tanisha
Ezzah Tanisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku Sayang Dia, tapi People Come and Go, Gimana dong?

3 Januari 2025   15:21 Diperbarui: 3 Januari 2025   15:41 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

“Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya”, pasti kalian sudah tidak asing dengan kalimat itu. Ada banyak penyebab masanya berakhir, bisa karena pendidikan, sudah tidak ada kepentingan, atau bahkan sudah menemukan orang dan lingkungan yang lebih baik menurutnya. Tapi kalau kalian lagi di fase “Aku masih sayang dia dan gamau masanya berakhir, gimana dong? Wajar ngga sih gamon dulu?”, kalian menemukan artikel yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. ayo baca penjelasannya!

Ketika Seseorang Go dari hidup kita

Saat seseorang yang kita harapkan menetap malah pergi, seringkali kita berharap dia akan kembali dan menolak orang-orang yang mau datang ke hidup kita. Bahkan, seringkali kita mengatakan “seribu orang yang datang tidak akan bisa menggantikan satu orang itu yang pergi” sebagai alasan untuk menolak mereka yang datang. Siapa yang kayak gitu? haha. Kalimatnya tidak salah, tapi mindset kita yang perlu diperbaiki.

Tanpa kita sadari, saat kehilangan orang yang disayang, perlahan-lahan kita juga berubah bagi orang-orang terdekat kita. Kita hanya fokus ke satu orang yang meninggalkan kita, padahal masih banyak orang baik yang bisa kita syukuri kehadirannya di sekitar kita. Tapi kalau lagi di posisi "seseorang go dari hidup kita" ini, coba deh dipikir-pikir, apa salahnya menikmati hidup dengan orang yang sudah disiapkan tuhan untuk memberi warna baru ke hidup kita? Untuk apa fokus ke orang yang sedang fokus melanjutkan hidupnya sendiri? Kalau niat kamu hanya untuk menjaga komunikasi, itu bagus, tapi bukan berarti kamu membatasi dunia seseorang dengan meminta dia selalu ada sama kamu. Kalau memang sayang, harusnya kita bebasin dia explore dunia yang dia mau dong. Makanya, kalau kata Pamungkas, “I love you and I’m letting go”.

Fase yang Dialami Seseorang Saat Kehilangan

Di fase awal kehilangan seseorang tersayang, pasti mendadak kita punya 1001 alasan untuk nolak rasa sedihnya. Contohnya, “Aku ngga marah dia pergi, tapi aku masih ga nyangka secepat itu masanya habis” atau “Aku bukan ga sedih, tapi kok dia tega pergi kayak gitu?”, dan masih banyak lagi. Nah, tapi sebenarnya itu wajar gak sih?

Sebenarnya guys, fase-fase orang yang mengalami kehilangan itu sudah dibahas dalam ilmu psikologi loh. Menurut Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya On Death and Dying (1969), ada lima fase yang dialami seseorang pasca kehilangan.

1. fase denial (penyangkalan). 

Mengalami mati rasa adalah fase yang umum terjadi saat seseorang yang kita sayang baru saja pergi. Tetapi ada juga sebagian orang bersikap seolah dia baik-baiks aja. Bahkan, di fase ini, kalau kita teringat kembali bahwasannya orang yang kita sayang itu pergi, kita tmasih tidak percaya dan sering terbayang-bayang dia ada di sekitar kita seperti mendengar suaranya, melihat dia, dll.

2. fase angry (kemarahan).

Setelah kita mulai sadar nih kalau seseorang itu sudah pergi, kita akan merasa marah dan tidak terima kalau kita sedang ditinggalkan. Hal itu menyebabkan kita menjadi frustasi, marah, dan lebih sensitif. Pada fase ini juga kita mempertanyakan banyak hal seperti “kenapa aku diginiin?, “apa aku pantas ditinggalin?”, “apa aku gak cukup baik?”, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun