Mohon tunggu...
Icha Apriliya
Icha Apriliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tinggal di Provinsi Kalimantan Selatan

saya adalah mahasiswa aktif kesehatan masyarakat di universitas lambung mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bapapai (Mandi-Mandi Sebelum Nikahan)

6 November 2021   09:53 Diperbarui: 6 November 2021   10:05 3525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama             :  Icha Apriliya Donata        2010912320005

                            Madinatul Agniya Ilma   2010912220016

                            Yuli Sepira                             2010912320011

Pernikahan mempunyai makna sakral di setiap masyarakat di belahan dunia. Segi transendensi pernikahan di berbagai daerah melalui berbagai proses yang melibatkan kultur atau tradisi dimana masyarakat itu tumbuh. Mulai dari persiapan sampai berbagai prosesi ritual yang mesti dilakukan demi terselesaikannya keseluruhan rangkaian acara. Sebelum acara perkawinan adat Banjar dilaksanakan, ada satu adat yang sering dilakukan oleh calon pengantin yaitu bapapai. Tradisi mandi pengantin atau kata orang banjar "Bapapai" merupakan tradisi penting. Bapapai adalah istilah mandi-mandi yang dipakai oleh orang Banjar. Pada umumnya kata "papai" berarti "percik", dalam praktiknya bapapai seperti memercikkan air memakai mayang pinang kepada calon mempelai yang sedang dimandikan. Terdapat keyakinan ketika ritual ini tidak dilakukan dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Upacara mandi-mandi pengantin menjadi sarana calon pengantin untuk membentengi diri dari masalah-masalah kejiwaan dan dari berbagai gangguan yang datang dari luar. Dengan kata lain, mandi-mandi pengantin dipercaya sebagai sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir atau batin, juga merupakan sebagai penghalat atau penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Pada waktu yang sama ritual bapapai menjadi jalan untuk memperoleh keberkahan. Ritual mandi atau Bapapai secara general diakui oleh masyarakat sebagai bagian dari Agama (1, 2, 3).

Upacara mandi-mandi pengantin merupakan ritus siklus kehidupan bagi masyarakat Suku Banjar yang menganut agama Islam memberikan makna ketika mereka melewati berbagai tahap kehidupan. Ritus siklus kehidupan adalah pertemuan Islam dan budaya lokal sebagai sistem simbol dan tindakan yang memainkan peranan penting dalam meneguhkan kembali pandangan Islam, baik pada pengalaman hidup, pemikiran, dan budaya. Selain sistem keyakinan ataupun agama yang dimiliki manusia, terdapat juga bentuk-bentuk keyakinan lain yang dimiliki oleh manusia (1).

sumber: kalselpost.com
sumber: kalselpost.com

Prosesi mandi pengantin dalam masyarakat Banjar diawali dengan membentuk pagar mayang yang dijadikan sebagai tempat mandi pengantin. Beberapa instrumen diperlukan membuat pagar mayang adalah empat buah batang tebu, empat buah kelapa yang bertunas, benang kuning, dan berbagai macam kue yang akan digantung pada benang kuning. Kue tersebut berupa kue cincin, kue cucur, kembang goyang, kerupuk dan pisang. Benang kuning dibuat dengan cara memberi warna kuning pada benang yang berwarna putih dengan bahan kunyit. Kemudian pagar mayang dibentuk persegi empat dengan tebu, kelapa dan benang kuning. Pagar mayang memiliki strukturnya satu atau tiga tingkat sebagai penghubung antar sisi. Selain itu, bahan berikutnya adalah empat jenis air yang akan digunakan untuk mandi mereka yang menjadi pengantin. Air tersebut ialah air biasa, air yasin, air kelapa dan air doa. Air yasin merupakan air yang sengaja disediakan dengan terlebih dahulu dibacakan surat yasin (salah satu surat dalam kitab alquran). Demikian air doa, air yang dibacakan oleh separangkat doa-doa kebaikan, doa keselamatan, dan sejenisnya. Dari segi peralatan, peralatan untuk mandi yaitu mayang pinang yang masih terbungkus, mayang pinang yang sudah terbuka bungkusnya, pakaian untuk pengantin ketika selesai mandi, kain untuk mandi, bedak kuning, tepung tawar (tetungkal), dan sabun yang diletakkan di dalam talam (2).

Ketika bahan telah tersedia, pengantin perempuan yang telah berpakaian rapi dan berhias turun dari rumah untuk menuju pagar mayang dimana proses mandi pengantin dilaksanakan. Ketika pengantin perempuan turun akan disambut oleh pengantin laki-laki dan disertai dengan dibacakannya kalimat-kalimat shalawat. Kalimat shalawat merupakan kalimat yang ada dalam tradisi Islam sebagai sebentuk pujian, penghormatan, dan sekaligus doa untuk Nabi. Secara maknawai, kalimat shalawat juga dipahami bukan saja sebagai pujian kepada Nabi tetapi juga sebagai doa untuk mereka yang mengucapkannya. Mandi pengantin atau Bapapai dilakukan umumnya di halaman rumah dengan menggunakan pagar mayang. Pelaksanaan mandi pengantin dilakukan pada sore atau malam hari menjelang tiga hari sebelum acara besanding, biasanya disaksikan oleh keluarga. Waktu ini dipilih sebagai simbol peralihan masa remaja menuju dewasa (2, 4).

Dalam budaya serta adat Banjar, "Bapapai" atau yang biasa kita sebut dengan mandi-mandi pengantin, sampai  sekarang  masih dilakukan oleh calon pengantin dengan tujuan untuk mempertahankan adat, juga sebagian orang ada yang berpendapat apabila tidak dilakukan takut terjadi hal-hal yang mungkin tidak diinginkan, misalnya saat kedua mempelai bersanding di pelaminan maka sang istri atau mempelai wanita akan mengalami pingsan secara tiba-tiba, dan berharap akan ada berkah apabila melaksanakannya. Upacara adat ini erat kaitannya dengan suatu do'a atau amalan, dan mantra yang konon berguna atau bermanfaat untuk mewujudkan tujuan seseorang yang mengamalkannya dengan tujuan antara lain; membentengi diri dari masalah-masalah kejiwaan, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam. Dengan kata lain, Bepapai merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir maupun batin. Upacara "Bapapai" ini selalu di laksanakan dalam setiap acara pernikahan masyarakat suku Banjar yang dipercayai mampu memberi nilai kebersihan. Bepapai ini juga mengandung nilai-nilai tertentu diantaranya yaitu, beras putih bersih yang melambangkan citra rezeki yang halal, pisau yang tajam dan berhulu padat melambangkan citra wibawa yang kharismatik dan perpegang pada keyakinan yang teguh, serta jarum dan benang melambangkan kesediaan menelusuri dan menyulam masa depan (5).

Secara umum, nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan ritual mandi Bapapai adalah kebersihan jiwa dan raga dari segala penyakit, baik lahir maupun batin. Menurut pandangan masyarakat Banjar, terdapat nilai-nilai religius yang terdapat dalam tradisi mandi Bapapai, yang pertama nilai ibadah, dimana setiap ritual dalam prosesi mandi Bapapai selalu dilakukan sesudah shalat asar atau shalat magrib, selain itu juga terdapat do'a bersama yang di pimpin oleh tokoh adat banjar. Ini mengedepankan nilai Ibadah dan nilai kepercayaan terhadap tuhan sang pencipta. Kedua, nilai Ruhul Jihad, dimana pihak keluarga, tokoh adat dan masyarakat banjar melakukan gotong royong sebelum prosesi mandi Bapapai di selenggarakan. Ini mengedepankan nilai Ruhul Jihat yaitu jiwa yang mendorong manusia untuk bekerja sama. Terakhir, nilai akhlak dan kedisiplinan yang selalu menggambarkan bahwa masyarakat mencintai kebudayaan lokal yaitu kebudayaan mandi Bapapai ketimbang kebudayaan budaya-budaya baru yang masuk. Ini terlihat dari semua kalangan baik itu pihak keluarga, tokoh Bapapai, tokoh adat maupun masyarakat telah menggambarkan kecintaan mereka terhadap budaya banjar yaitu dengan cara ikut berpartisipasi (5).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Nur N, Jailani MS. Tradisi Ritual Bapapai Suku Banjar: Mandi Tolak Bala Calon Pengantin Suku Banjar Kuala-Tungkal Provinsi Jambi, Indonesia. Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora. 2020; 18(2): 287-308.
  2. Nurmasitah N, Muliono M. Ritual Mandi Pengantin: Kecemasan, Harapan dan Tafsir Simbolis tentang Masa Depan. Indonesian Journal of Religion and Society. 2021; 3(1): 10-20.
  3. Humaidi A. Nilai budaya dalam lagu banjar: Pernikahan, mata pencaharian, dan permainan tradisional. STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 2016; 1(1): 102-113.
  4. Jasman NA. Tradisi Adat Perkawinan Masyarakat Suku Banjar ditinjau dalam Prespektif Dakwah Islamiyah di Desa Teluk Sialang Kecamatan Tungkal Ilir. At-Tadabbur: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. 2020; 10(2): 86-102.
  5. Aminah S, Zahirman, Haryono. Nilai-nilai religius dalam upacara mandi Bapapai pada masyarakat suku Banjar di kecamatan Batang Tuaka kabupaten Indraghi Hilir. JOM FKIP. 2018; 5(2): 1-11.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun