Mohon tunggu...
Frizcha PratiwiNanang
Frizcha PratiwiNanang Mohon Tunggu... Mahasiswa - haiiii saya icha usia 20 tahun

saya sekarang duduk dibangku kuliah semester 5 di kampus politeknik pertanian negeri payakumbuh

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sawit Indonesia Sebagai Andalan Sumber Bahan Pangan dan Energi

4 Januari 2023   12:20 Diperbarui: 4 Januari 2023   12:36 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kaltimprov.go.id, Gambar 1. Buah Kelapa Sawit

SAWIT INDONESIA SEBAGAI ANDALAN SUMBERBAHAN PANGAN DAN ENERGI

 

Haii Sobat perkebunan, pasti disini sudah tidak asing lagi dengan namanya tanaman perkebunan kelapa sawit kan?. Sama-sama kita ketauhi bahwasannya di Indonesia memiliki lahan untuk perkebunan kelapa sawit yang cukup luas, akan tetapi ada yang menyebutkan bahwasannya tanaman kelapa sawit ini bisa menyebabkan global warming. Hal ini terjadi karena pembukaan kebun sawit di lahan gambut mempercepat pemanasan global yang mengakibatkan terlepasnya gas rumah kaca, terutama karbon dioksida yang tersimpan di gambut, sehingga hal tersebut membuat kadar emisi di ozon yang semakin besar.

Namun dibalik tanaman kelapa sawit yang bisa menyebabkan global warming, Sobat perkebunan juga harus tau bahwasannya tanaman ini memiliki begitu banyak manfaat diantaranya bisa memenuhi kebutuhan bahan pangan dalam pembuatan minyak goreng serta menjadi bahan dasar dalam pembuatan sumber energi terbaru yaitu biodiesel, dan ada banyak lagi olahan yang bisa dihasilkan dari tanaman perkebunan kelapa sawit ini.

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian melalui Kepmentan No 833/2019 luasan lahan sawit Indonesia menyatakan  areal tutupan kelapa sawit Indonesia mencapai 16,38 juta ton. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang nantinya akan menghasilkan bahan pangan seperti minyak goreng dan menjadi sumber energi seperti biodisel. Wahh berarti luas sekali lahan di Indonesia yang dijadikan areal perkebunan kelapa sawit sobat.

Produktivitas minyak sawit mentah Indonesia tahun 2019 dilaporkan mencapai 3,97 ton per hektare (Ha), lalu turun menjadi 3,9 ton per ha di 2020. Tahun 2021 diproyeksikan naik tipis ke 3,901 ton per ha, dan jadi 3,903 ton per ha di 2022, sedangkan menurut data dari BPS 2019-2021 lahan perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan dari 14.45-14.66 juta hektare (Ha) (Badan Pusat Statistik, 2021). Sehingga dapat dikatakan bahwasannya pembukaan lahan di Indonesia untuk perkebunan kelapa sawit terus mengalami kenaikan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaporkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia seluas 95,5 juta hektare (ha) pada tahun 2020. Luas tersebut setara dengan 50,9% dari total daratan Indonesia. Dari jumlah tersebut, 46,9 juta ha merupakan hutan primer (25%), 43,1 juta ha (23%) merupakan hutan sekunder, serta 5,4 juta ha merupakan hutan tanaman (2,9%).

Dari data luas lahan hutan di Indonesia yang ada dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit yang ada, diharapkan Negara ini bisa menjaga kestabilan dalam pembagian lahan, dikarenakan ketika luas lahan hutan lebih sedikit maka akan banyak keanekaragaman hayati yang akan punah secara perlahan, seperti satwa liar yang sekarang sudah hampir punah sepeti: Orang Utan, Mawas, Harimau Sumatera, Gajah Sumatera dan lain-lain. Hal tersebut terjadi karena tempat tinggal mereka yang terus-terusan dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan.

Sawit kaya akan manfaat sebagian diantaranya sebagai sumber bahan pangan yang biasa dijadikan bahan baku pembuatan minyak goreng, dan menjadi 1 diantara 9 bahan kebutuhan pokok di Indonesia, sawit juga dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi yang dijadikan dalam pembuatan bahan baku biodiesel. Dalam perekonomian makro ekonomi Indonesia, industri minyak kelapa sawit memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak makanan, minyak industri maupun bahan bakar nabati diesel. Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, industri kelapa sawit juga telah menyediakan lapangan pekerjaan sebesar 16 juta tenaga kerja baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Kelapa sawit merupakan salah satu sumber bahan baku pembuatan minyak nabati yang diperoleh dari daging buah dan intinya, dimana prosesnya dilakukan di pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Tanaman kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yaitu, CPO yang berasal dari daging buah kelapa sawit, dan PKO (Palm Kernel Oil) yang berasal dari inti buah sawit. Pada intinya, tujuan pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO pada PKS ialah untuk meminimalkan losses, sehingga didapat rendemen yang maksimal. Hasil rendemen yang maksimal juga incaran agar terciptanya PKS yang baik serta unggul. Pencapaian rendemen yang maksimal, didasari dari penggunaan bahan baku yang bermutu baik (Sitio, Abdurrozzaq, dan Luthfi, 2022)

Bagi petani di Indonesia budidaya tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber pokok penghasilan yang sangat menjanjikan dikarenakan tanaman kelapa sawit ini bisa menghasilkan TBS yang nantinya hasil tersebut akan menghasilkan pundi-pundi uang yang cukup menjanjikan. Sehingga sekarang banyak petani yang mengalih fungsikan lahannya dari tanaman pangan menjadi tanaman perkebunan seperti kelapa sawit contohnya.

Tingginya peluang pasar dan produksi CPO harus dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dengan cara mengembangkan industri hilir dari CPO. Dengan mengembangkan industri hilir, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah CPO yang nantinya akan meningkatkan pendapatan negara dari sisi perdagangan. Namun nyatanya selama ini Indonesia hanya menekankan pada ekspor CPO sehingga nilai tambah yang diperoleh masih rendah.

Ditengah keadaan masa transisi dari masa pandemi menjadi pasca pandemi sekarang keadaan harga minyak goreng di Indonesia menjadi naik terbang tinggi menyentuh angkasa, ironinya Indonesia merupakan Negara penghasil CPO terbesar di dunia, Indonesia memiliki keunggulan komparatif di semua produk minyak sawit, karena Indonesia menguasai produksi minyak sawit dunia (Irawan dan Nining, 2021). oleh karena itu pemenuhan kebutuhan pokok kelapa sawit dalam negeri menjadi alasan presiden Joko Widodo memberhentikan sementara larangan ekspor minyak sawit untuk beberapa saat. Akan tetapi ketika dilihat sekarang harga minyak goreng pun tak kunjung turun seperti semula.

Sementara itu pada saat pelarangan ekspor terjadi, harga CPO dunia sementara naik menjadi ladang bagi perusahaan-perusahaan sawit mencoba peruntungan. Sehingga hal tersebut membuat dilema bagi perusahaan penghasil CPO. Larangan ekspor juga membuat petani sawit menjerit dikarenakan turunnya secara drastis harga TBS sehingga banyak petani merasa rugi karena hal tersebut.

 Ada hal lain yang perlu kita ketauhi, bahwasannya sekarang ini minyak sawit Indonesia bukan hanya menjadi sumber kebutuhan pangan di Indonesia saja, karena diseluruh dunia juga membutuhkannya sebagai sumber kebutuhan pangan. Akan tetapi hasil CPO juga diolah untuk kebutuhan energi hijau atau biodiesel, dan ketika difungsikan secara bersamaan maka berpotensi menimbulkan masalah yang diantaranya tidak terpenuhinya permintaan konsumen sehingga produk tersebut akan menjadi langkah dan dari segi harga juga akan mengalami kenaikan, oleh karea itu hal tersebut menjadi penghasil dilema bagi perusahaan penghasil produk CPO.

Sawit Indonesia untuk energi?

Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (2017) menyatakan, energi adalah salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan di planet bumi diantaranya yaitu energi matahari/tumbuhan/tanaman termasuk tanaman kelapa sawit merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia yang mampu menangkap energi matahari dan disimpan dalam bentuk energi kimia yang kemudian dapat dirubah manusia keberbagi penggunaan.

Minyak kelapa sawit berpotensi besar untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel karena mempunyai rendemen sebanyak 28%. Indonesia sebagai produsen terbesar minyak kelapa sawit atau CPO di dunia mempunyai visi mewujudkan Indonesia menggunakan sumber energi baru terbarukan (pengganti fosil) sebanyak 25% pada tahun 2025 dalam rangka konservasi energi dan diversivikasi energi (Laila dan Listiana, 2017).

Setelah dikeluarkan PP No. 79 tahun 2014, yang spesifik menargetkan peningkatan penggunaan bahan bakar nabati, sawit mulai dilirik untuk dimanfaatkan sebagai bahan campuran atau diusahakan untuk 100 persen menjadi bahan bakar. Berbicara mengenai pemanfaatan sawit untuk bahan bakar nabati, Indonesia adalah negara pertama di dunia yang berhasil dalam energi terbarukan lewat biodiesel B30 sementara negara lain, baru sampai pada jenis B10, B12 dan B20.

Sumber: Ekonomi.bisnis.com, Gambar 2 . Contoh Biodisel
Sumber: Ekonomi.bisnis.com, Gambar 2 . Contoh Biodisel

Manfaat utama dari biodiesel adalah mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, mengurangi polusi udara dan energi ini tersedia di alam serta dapat diperbarui. Tujuan utama pengembangan biodiesel ini adalah untuk mensubstitusi bahan bakar fosil yang suatu saat akan habis dan menciptakan energi hijau (green fuel) yang ramah lingkungan dan peduli terhadap lingkungan. Bahan bakar ini bersih tidak ada sulfur dan tidak ada logamnya. Proses pembuatannya juga relatif mudah dan BBM ini merupakan salah satu cara untuk mendaur ulang limbah yang berasal dari minyak goreng atau limbah yang berasal dari minyak tumbuhan (Wibowo, Hermawan, dan Suminto, 2019).

Selain itu juga, ada klaim bahwa biodiesel memiliki pembakaran yang sempurna serta biodegradable dan non-toxic ketika lepas ke alam. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit menargetkan produksi biodiesel tahun 2022 mencapai 10,15 juta kiloliter. Angka tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2021 (kisaran 9,4 juta kiloliter), terjadi peningkatan. Tren kenaikan ini juga sejalan dengan data BPS bahwa untuk konsumsi dalam negeri, kebutuhan CPO untuk biodiesel cenderung naik setiap tahun dengan prediksi kebutuhan di tahun ini naik sekitar 42,9 persen dari pasokan dalam negeri. Lebih tinggi dari tahun 2021 yang hanya sekitar 40,1 persen.

Sawit Indonesia untuk pangan ?

                            

Sumber: CNN Indonesia, Gambar 3. Ilustrasi Minyak Goreng
Sumber: CNN Indonesia, Gambar 3. Ilustrasi Minyak Goreng

Sawit menjadi salah satu komoditas yang berpengaruh nyata dalam kehidupan masyarakat diseluruh dunia, salah satunya menjadi bahan pangan yang sangat dibutuhkan dan dicari oleh masyarakat. bahan pangan merupakan semua jenis bahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan yang bersifat aman, memilki palatabilitas dan menyehatkan bagi manusia, Industri minyak sawit di Indonesia harus mulai dipersiapkan agar mampu mengolah produk yang memiliki standar untuk jenis makanan (food grade) dan bukan makanan (nonfood grade). Hal itu perlu dilakukan agar kegiatan produksi pabrik menjadi lebih efisien, produk berkualitas, dan harga produknya menjadi lebih mahal.

Industri minyak goreng tidak terlepas dari industri hulu, yakni industri CPO domestik. Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, komoditas CPO juga memiliki orientasi ekspor yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan CPO dunia yang setiap tahun meningkat dengan laju 1,96% per tahun. Kelebihan permintaan CPO di pasar dunia mencerminkan laju permintaan lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan produksi, sehingga harga CPO dunia terus meningkat. Peningkatan harga tersebut berdampak pada fluktuasi ekspor CPO Indonesia dan sekaligus dapat mengakibatkan kenaikan harga minyak goreng domestik (Sihombing, 2022).

Banyak perusahaan yang memproduksi CPO dan PKO yaitu hasil olahan dari kelapa sawit, salah satu perusahaan yang menghasilkan CPO dan PK (Palm Kernel) di Indonesia adalah PT. Mitra Bumi, perusaahan ini bertempatkan di Bangkinang dan mulai beroprasi pada tahun 2010 dan disahkan pada tahun 2012 yang menghasilkan olahan CPO atau minyak mentah dan PK, untuk inti sawit pada perusahaan ini di impor kepada perusahaan luar. Sedangkan CPO yang dihasilkan diolah di dalam negeri yang diolah oleh perusahaan mitra dari PT. Mitra Bumi sehingga bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan pangan dan energi.

Ketika dunia dilanda pandemi, pembatasan besar-besaran dilakukan semua negara untuk mencegah penyebaran penularan virus. Pembatasan ini juga diterapkan untuk usaha pertanian sehingga produk minyak nabati dunia menurun, termasuk Indonesia dengan sawitnya. Sementara turunan sawit sangat diperlukan untuk bahan minyak goreng, coklat, bumbu mi instant dan produk non-pangan seperti detergen, sabun mandi, sampo, dan bahan make-up (Ferdian, 2022).

Dari semua turunan sawit untuk pangan, minyak goreng masih menjadi andalan, apalagi bagi negara-negara yang memiliki kebiasaan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng berbahan sawit tergolong tahan panas dibanding produk minyak nabati dari kedelai, canola atau jagung. Minyak sawit juga memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya.                       

Dampak yang mungkin akan terjadi?

Pengembangan industri biodiesel dari minyak kelapa sawit berdampak positif terhadap industri minyak kelapa sawit di Indonesia. Dampak positif ini terlihat dari peningkatan produksi minyak kelapa sawit, konsumsi domestik minyak kelapa sawit, harga domestik minyak kelapa sawit dan harga ekspor minyak kelapa sawit sedangkan ekspor minyak kelapa sawit menurun karena semakin banyak yang diolah di dalam negeri (Joni, E Gumbira-Sa'id, Harianto, dan Nunung 2011).

Pengembangan industri biodiesel dari minyak kelapa sawit berdampak negatif terhadap industri hilir minyak kelapa sawit terutama industri minyak goreng sawit di Indonesia. Dampak negatif ini terlihat dari peningkatan harga minyak goreng sawit sehingga permintaan terhadap minyak goreng sawit dan produksi minyak goreng sawit mengalami penurunan. Pengembangan industri biodiesel dari minyak kelapa sawit berdampak positif terhadap perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Dampak positif ini terlihat dari peningkatan harga dan produksi tandan buah segar kelapa sawit melalui peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit.

Pengembangan industri biodiesel dari minyak kelapa sawit yang dikombinasikan dengan kenaikan pajak ekspor, penurunan suku bunga dan kenaikan pengeluaran pemerintah juga memberikan dampak yang signifikan pada industri minyak kelapa sawit, industri minyak goreng sawit dan perkebunan kelapa sawit. Khusus untuk perkebunan kelapa sawit, kebijakan penurunan suku bunga dan kenaikan pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan luas areal perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan kebijakan kenaikan pajak ekspor yang menurunkan luas areal perkebunan kelapa sawit.

Sobat perkebunan juga harus tau nih, bahwasannya ketersediaan pangan dan energi dalam jumlah yang cukup merupakan hal yang sangat vital bagi setiap negara. Keduanya dikonsumsi baik untuk memenuhi kebutuhan utama makhluk hidup maupun sebagai faktor input dalam proses produksi. Begitu pentingnya peranan pangan dan energi tersebut, mendorong pemerintah negara-negara senantiasa memperhatikan dan menjaga kecukupannya. Kondisi kecukupannya dinilai dari kemampuan stok pangan dan energi yang tersedia untuk memenuhi permintaan yang timbul, terutama dari dalam negeri. Namun ketersediaan komoditas pangan dan energi tidak hanya berkaitan tentang kuantitas, melainkan juga mengenai harga sehingga masing-masing dapat dijangkau oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar dan produksi tersebut.

Melihat tren permintaan antara industri pangan dan energi terhadap CPO, ada tantangan tersendiri bagi pengusaha dan petani kelapa sawit untuk menyuplai kebutuhan bahan baku. Banyak aspek harus diperhatikan mulai dari lahan, tingkat kesuburan lahan tersebut, sampai pada pemeliharaan dan perawatan sawit untuk tetap bisa menghasilkan TBS guna memenuhi permintaan bahan baku. Sebab jika tidak, saling rebut CPO antara industri pangan dan energi satu saat akan terjadi, dan ketika CPO yang dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng dan biodiesel tidak tercukupi, maka diharapkan bantuan pemerintah untuk turun tangan langsung dan membuat regulasi kepada industri penghasil CPO demi menjaga kestabilan sawit Indonesia sebagai andalan sumber bahan pangan dan energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun