Mohon tunggu...
Icha Nors
Icha Nors Mohon Tunggu... Guru - ibu rumah tangga, pendidik

Berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taddabur Alam ke Negeri di Awan

29 Juni 2014   17:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah membaca di sebuah majalah wanita ternama, . seorang pujangga bernama St. Agustinus mengatakan : “Dunia ini bak sebuah buku. Bila Anda hanya berdiam diri di rumah, berarti Anda hanya membuka satu halaman.” Karena tidak mau rugi lantaran hanya membuka satu halaman buku yang sudah berada di tangan, maka banyak orang lalu memilih berjalan ke luar rumah, ke luar kota, ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri, meski harus merogoh kocek bepuluh-puluh juta demi memuaskan rasa ingin tahunya dengan cara “membaca” seluruh halaman yang ada di buku itu.

Baru-baru ini saya mendapat kesempatan” membaca” halaman buku itu berkat “syafaat dari anak-anak. Ya, saya mengatakan ini syafaat (pertolongan) karena berkat mereka saya bisa mengunjungi tempat-tempat menarik yang menambah kekayaan rohani dan pengetahuan saya.

Salah satu tempat yang saya kunjungi baru-baru ini adalah Wonosobo dimana si bungsu mengikuti Jambore Daerah SD/MI KE 3. Menyelam sambil minum air atau sekalimerengkuhdayung, dua tigapulauterlampaui. Ya menjenguk anak, ya berziarah ke makam wali juga plesiran. Lengkap, ha..ha..

Tepat pukul 03.45 saya dan rombongan sampai di Wonosobo. Instirahat sambil menunggu waktu sholat subuh di Masjid Jami’ Wonosobo, sarapan kemudian bablas menuju Dieng Plateau (Dataran Tinggi Dieng) yang berjarak sekitar 26 km, dengan armada minibus yang sudah disiapkan oleh pihak biro perjalanan.

[caption id="attachment_331248" align="aligncenter" width="489" caption="Siap mengantar Anda mendaki Wonosobo-Dieng sejauh 26 km "][/caption]

Dieng Plateau (Dataran Tinggi Dieng ) ini ibarat sepotong kahyangan yang jatuh ke bumi. Dengan ketinggian sekitar 2.100 meter dari permukaan laut, tentu saja udara di daerah ini segar dan bersih. Pemandangannya sangat menakjubkan dan didukung suasana yang sangat tenang, cocok sekali untuk tempat refreshing sekaligus Tadabbur Alam jelang Ramadhan yang merupakan sarana pembelajaran untuk lebih mengenal keMahabesaran Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Taddabur alam juga bisa digunakan untuk meningkatkan intensitas syukur kepadaNya. Dalam bahasa Sansekerta, Dieng bisa diartikan “gunung tempat tinggal dewa-dewi.” Namun dalam bahsa Jawa diartikan “wilayah yang indah.”

[caption id="attachment_331249" align="aligncenter" width="495" caption="Pemandangannya sangat menakjubkan dan didukung suasana yang sangat tenang"]

14040075111644283922
14040075111644283922
[/caption]

Sepanjang Perjalanan menuju Dieng, terutama jika sudah mendekati wilayah Dieng, mata senantiasa dimanjakan dengan panorama indah dan dihadapkan pada lekuk jalur dengan rute berliku mengelilingi bukit dengan pemandangan pegunungan dan ladang penduduk di kanan kiri. Jika Anda Hobi memotret, siap-siaplah tak bisa lepas dari kamera karena pemandangan di sepanjang perjalanan hingga lokasi dataran tinggi Dieng akan merengek memaksa Anda untuk membidik dan menekan tombol kamera.

[caption id="attachment_331250" align="aligncenter" width="496" caption="Tanah surga"]

1404007806244599796
1404007806244599796
[/caption]

[caption id="attachment_331252" align="aligncenter" width="492" caption="sepotong kahyangan yang jatuh ke bumi"]

14040101011101464841
14040101011101464841
[/caption]

Daya tarik utama wisata Dieng sebenarnya adalah candi-candi Hindu tertua di Indonesia yang ditemukan Eric Van Erph (penemu candi Borobudur) pad abad XIX yang terhampar di areal luas dan datar pada puncak Dieng. Di tengah, sekelompok candi ( Arjuna, Srikandi, Semar, Puntadewa dan Sembodro) berjejer dengan rukun. Sementara di tempat terpisah ada candi Bima, Gatotkaca dan Dwarawati.

[caption id="attachment_331253" align="aligncenter" width="494" caption="Komplek candi Arjuna"]

1404010534797275953
1404010534797275953
[/caption]

[caption id="attachment_331254" align="aligncenter" width="500" caption="Berjejer dengan rukun"]

1404010837535821922
1404010837535821922
[/caption]

Ada banyak tradisi menarik di Dieng ini, misalnya Ritual Budaya yaitu Ruwatan Rambut Gimbal yang biasanya diadakan Setahun Sekali pada bulan Agustus. Rambut gimbal. Rambut gimbal yang ini benar-benar asli bukan hasil kreasi salon kayak yang dipunyai penganut aliran Reage atau Rasta seperti Bob Marley. Menurut keterangan mbak Yati, pemandu wisata kami, Rambut Gimbal Alami ini tumbuh hanya pada rambut anak-anak tertentu di Sekitar Dataran Tinggi Dieng. Mitos yang berkembang dan dipercaya sebagian masyarakat Dataran Tinggi Dieng, rambut gimbal dianggap bisa membawa musibah atau masalah di kemudian hari, sehingga mesti diruwat, karena dipercaya akan mendatangkan rezeki dan si anak dapat hidup normal dengan rambut yang normal. Sebelum dicukur rambutnya, ia akan terlebih dahulu ditanya  apa yang diinginkan sebagai syarat agar rambutnya boleh di potong. Permintaan anak tersebut harus dipenuhi, jika tidak, maka rambut Gimbal dikepalanya akan tumbuh lagi meski dipotong berkali-kali.

[caption id="attachment_331256" align="aligncenter" width="479" caption="Sebelum prosesi pemotongan rambut Gimbal, ngumpul dulu di sini "]

1404011123847560309
1404011123847560309
[/caption]

Sebelum upacara pemotongan rambut, akan dilakukan ritual doa di beberapa tempat agar upacara dapat berjalan lancar. Tempat-tempat tersebut adalah Candi Dwarawati, komplek candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua dimana pak Harto pernah bertapa) di kompleks Telaga Warna, Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng.

[caption id="attachment_331257" align="aligncenter" width="467" caption="Sikidang yang memesona"]

14040115071994422750
14040115071994422750
[/caption]

[caption id="attachment_331258" align="aligncenter" width="482" caption="Kawah Sikidang memberikan nuansa lain pada pariwisata Dieng. Pemandangan alam segar berwarna hijau mendadak lenyap begitu memasuki kompleks kawah ini."]

1404011819432879581
1404011819432879581
[/caption]

[caption id="attachment_331259" align="aligncenter" width="482" caption="Sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam yang terus menerus mengepulkan asap "]

14040121961077572722
14040121961077572722
[/caption]

[caption id="attachment_331261" align="aligncenter" width="484" caption="Narsis bareng mbak Yati, pemandu wisata kami"]

14040123881410300279
14040123881410300279
[/caption]

[caption id="attachment_331262" align="aligncenter" width="460" caption="Bergaya ala Capres"]

14040126101471609325
14040126101471609325
[/caption]

Dieng memang luar biasa. Kawah sikidang, Telaga Warna, Gua Semar, Goa sumur, Telaga Pengilon, Telaga Menjer, Kebun teh Tambi, Air Terjun Sikarim, Pemandian Kalianget, Bedekah, Waduk Wadaslintang, Dieng Plateau Theaterdan Museum Kaliasa merupakan kawasan Wisata Wonosobo yang patut dikunjungi.

[caption id="attachment_331263" align="aligncenter" width="492" caption="Telaga Warna"]

14040127842108434153
14040127842108434153
[/caption]

[caption id="attachment_331264" align="aligncenter" width="472" caption="Goa Semar"]

14040131131084788708
14040131131084788708
[/caption]

[caption id="attachment_331265" align="aligncenter" width="524" caption="Goa sumur"]

14040132301348355441
14040132301348355441
[/caption]

[caption id="attachment_331266" align="aligncenter" width="508" caption="Kegiatan jelajah alam peserta Jamda SD/MI di kawasan Telaga Warna"]

140401336211405216
140401336211405216
[/caption]

[caption id="attachment_331267" align="aligncenter" width="470" caption="Akhirnya sampai juga di lokasi Jamda, Kalianget"]

14040136531473963104
14040136531473963104
[/caption]

14040140661544786837
14040140661544786837


Puas memanjakan mata, kini giliran memanjakan perut dengan kuliner khas Dieng. : Mie Ongklok, Carica Dieng, Purwaceng, Tempe Kemul dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun