Mohon tunggu...
Icha Nurcahyati
Icha Nurcahyati Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang pecinta buku, selalu suka berimajinasi. Menulis merupakan hobi kedua setelah membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Pembelajar Seumur Hidup

21 Oktober 2024   19:17 Diperbarui: 21 Oktober 2024   19:34 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/id-id/foto/penulis-pria-dewasa-cemberut-sedang-mengerjakan-mesin-tik-di-rumah-3772623/ 

Pernahkah kamu mengalami kegagalan

Setiap orang pasti pernah mengalaminya selama ia hidup, entah itu kegagalan dalam hal karier, hubungan dan yang lainnya. Tidak hanya kita saja, ilmuwan hebat seperti Thomas Alva Edison juga mengalami kegagalan sebelum sukses menemukan lampu pijar atau bohlam yang digunakan umat manusia sekarang ini. Ia harus menghadapi 9.998 kegagalan dalam eksperimennya lalu berhasil pada percobaan yang ke-9.999. Bisa dibayangkan dunia yang menjadi gelap gulita jika ilmuwan tersebut menyerah terhadap kegagalan-kegagalan yang dialaminya. 

Saat Thomas Alva Edison ditanya soal kunci kesuksesan, ia menjawab bahwa kesuksesannya berkat ia yang kehabisan hal yang disebut kegagalan. Ia juga mengatakan dengan kegagalan yang sudah dialaminya ia jadi mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala, Thomas Alva Edison memandang kegagalan dari kacamata yang begitu positif. Namun memang benar kalau tidak semua orang menyukai fase kehidupan yang bernama kegagalan. dalam konteks apapun gagal itu menyakitkan. Bahkan ada beberapa orang yang sangat takut mengalami kegagalan dalam hidupnya, kondisi ini diistilahkan dengan atychiphobia

Validasi Emosi dan Perasaanmu

Ketika kita menghadapi kegagalan, biasanya kita didominasi munculnya emosi kekecewaan, kesedihan, kemarahan dan juga ketakutan. Kecewa karena berpikir hasil  dari usaha tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sedih lantaran merasa akan kehilangan kesempatan untuk meraih impian. Marah terhadap diri sendiri, “Mengapa orang lain mampu tetapi kita sendiri tidak bisa?”, juga frustasi terhadap situasi kegagalan tersebut. Kemudian takut dan cemas terhadap masa depan karena kegagalan ini. 

Respon emosi tersebut lalu menjadikan kita memiliki perasaan putus asa terhadap tujuan yang ingin dicapai. Malu di hadapan orang-orang sekitar dan mulai mempertanyakan kapasitas diri. Ragu dengan kompetensi yang dimiliki hingga pada tahap takut untuk mencoba lagi. Bersikap pasrah terhadap keadaan yang dihadapi. 

Pada awalnya, tidak apa-apa merasakan hal tersebut.  Emosi dan perasaan yang kita rasakan perlu divalidasi. Kita boleh merasa sedih dan menangis. Tidak baik jika menahan semuanya karena ketika emosi dan perasaan tersebut menumpuk maka akan berakibat fatal. Kebiasaan memendam emosi dan perasaan justru dapat memicu masalah fisik dan psikis seperti penyakit jantung dan depresi. Memvalidasi emosi dan perasaan membuat kita menerima diri apa adanya karena semua yang dirasakan, baik itu negatif maupun positif merupakan bagian dari pengalaman kita sepenuhnya. 

Hal yang perlu diingat bahwa emosi dan perasaan yang dirasakan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Ketika individu terlalu lama tenggelam pada emosi negatif tersebut, ia akan sulit untuk mengembangkan diri karena hanya fokus memikirkan perasaannya. Memelihara emosi negatif dapat membuat seseorang cenderung pesimis terhadap hidupnya. Oleh karena itu, penting pada awalnya mengeluarkan emosi dan perasaan negatif ketika menghadapi kejadian tidak menyenangkan seperti kegagalan namun perlu diingat bahwa kita juga harus bisa bangkit darinya. 

Belajar dari Kegagalan

Setelah memvalidasi semua emosi dan perasaan serta menerima kenyataan bahwa kita mengalami kegagalan. Kita bisa menganalisis situasinya, apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan. Faktor-faktor tersebut menjadi catatan pertimbangan untuk langkah-langkah selanjutnya agar kita tidak melakukan hal yang sama hingga membuat kita terjebak di kegagalan yang sama. Berdasarkan pengalaman tersebut, kita bisa mengambil pelajaran terkait langkah tepat yang bisa dilakukan jika berada di situasi yang sama, memperhatikan hal-hal yang sebelumnya diabaikan serta lebih meningkatkan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup. 

Bila memang dibutuhkan kita bisa meminta pendapat dan saran dari orang lain. Terkadang kita menilai diri sendiri terlalu subjektif dan dari sudut pandang yang begitu sempit. Bercerita dengan orang lain bisa membantu melihat permasalahan yang kita alami lebih objektif dan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Manfaat lainnya, kita dapat melegakan pikiran yang selama ini membebani diri. Dukungan dari orang lain menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu kita pulih dari badai bernama kegagalan. 

Pelajaran-pelajaran yang sudah didapat tersebut kemudian diterapkan dalam rencana-rencana kita dalam meraih tujuan. Akan tetapi, kita juga harus bisa bersikap fleksibel, tidak terlalu terpaku atau mudah beradaptasi pada perubahan karena terkadang untuk mencapai kesuksesan tidak hanya dari satu cara, kegagalan mengajarkan kita untuk menggunakan berbagai cara lainnya, seperti yang sudah dilakukan Thomas Alva Edison yang harus mencoba beribu-ribu cara sehingga bisa sukses. Perhatikan terus progress yang sudah dicapai, hal ini untuk mengukur langkah-langkah yang dilakukan. Kita juga harus tetap positif, yakin bahwa setelah kegagalan-kegagalan yang menimpa akan ada kesuksesan yang menanti. 

Karena Ini Pertama Kalinya Kita Hidup 

Kita terkadang terlalu keras terhadap diri sendiri, satu kegagalan membuat kita meragukan kemampuan diri. Kita lupa bahwa bagaimanapun, ini kehidupan pertama kita. Tidak mengapa kalau kita mengalami kegagalan karena ini pertama kalinya kita hidup, kita tidak tau langkah mana yang benar-benar tepat. Dalam kehidupan ini, suatu hal yang wajar saat kita mengalami kegagalan. Hal yang tidak wajar, ketika kita terjebak pada kegagalan yang sama karena tidak mengambil pelajaran dari kesalahan yang dilakukan sebelumnya. 

Kita seolah menjadi pembelajar seumur hidup, akan selalu ada kali pertama dalam hidup yang bisa saja berpotensi mengalami kegagalan. Ingatkah saat kita tertatih-tatih untuk bisa berjalan saat kecil dahulu? Kita harus mencoba berkali-kali  untuk bisa melangkah dengan benar, kemudian berjalan dengan seimbang hingga bisa berlari. Begitupun dengan saat ini maupun di masa depan, kita mungkin sekali akan menghadapi tantangan-tantangan yang belum pernah dipecahkan oleh diri sendiri. Pada prosesnya bisa saja berakhir gagal tetapi sosok kita yang terus belajar dan tidak menyerahlah yang akan menuntun diri sendiri menuju kesuksesan yang diimpikan.  

Referensi: 

HelloSehat. Suka Memendam Emosi? Ini Dampak Negatifnya. Diakses melalui https://hellosehat.com/mental/stres/bahaya-memendam-emosi/ 

Yusuf, K. (2014). Belajar Dari Keberhasilan Thomas Alva Edison. Diakses melalui https://washilah.com/2014/01/belajar-dari-keberhasilan-thomas-Alva-edison/ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun