Ulama kharismatik Sumatera Utara, Tuan Guru Batak [TGB] Syekh Dr Ahmad Sabban elRahamaniy Rajagukguk bersama Tokoh Nasional Bung Budiman Sudjatmiko menyampaikan tausiah kebangsaan di dua (2) Kafe yang paling digemari kaum aktifis yakni di Rey Kafe Kota Medan dan Seulawah Cafe Kompleks MMTC, Jalan Wiliem Iskandar Medan. Senin (7/8/2023).
Tuan Guru Batak [TGB] menekankan pentingnya agama dan spiritualitas bagi para pemimpin bangsa, para elit dan politisi agar punya arah yang benar dan punya kemampuan dalam mengendalikan amanah [jabatan].
"Peran Ulama dan Agama tidak boleh hanya dijadikan sebagai instrumen dan kepentingan politik dan setelah selesai konstestasi peran Ulama-pun diabaikan. Atau hanya dijadikan sebagai pemadam kebakaran", Ungkap TGB yang kerap dikujungi tokoh ini.
Kegiatan ini diselenggarakan forum Aktivis 98 mendeklarasikan Relawan Persatuan Nasional. Deklarasi dirangkai dengan dialog kebangsaan yang mengangkat tema "Urgensi Persatuan Kaum Nasionalis Menghadapi Pilpres 2024".
Politisi PDI Perjuangan yang juga mantan aktivis reformasi Budi Sudjatmiko mengatakan dirinya tak punya dendam terhadap masa lalu.
Hal itu disampaikan pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) saat menghadiri diskusi Deklarasi Relawan Persatuan Nasional yang dihadiri tokoh narasumber lainnya seperti Prof Dr Ansari Yamamah, Sekretaris DPD Partai Gerindra Sumut Sugiat Santoso, sejumlah aktivis 98 dan mahasiswa.
Di hadapan para hadirin, Budiman berapi api mengatakan selama 25 tahun dirinya tidak pernah memiliki denda masa lalu.
Dalam forum ini Budiman Sudjatmiko mengakui membutuhkan waktu 25 tahun untuk merenung sebelum akhirnya memutuskan untuk bertemu bakal calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto. Walaupun sejarah orde Baru penuh dengan sejarah kelam.
Budiman mengatakan bahwa dirinya dan bapak Prabowo pernah berhadapan saat proses menumbangkan Orde Baru, saat itu sebagai aktivis dan Prabowo prajurit TNI. Pertemuan dengan Prabowo pada Selasa (18/7) malam merupakan inisiatifnya.
"Saya butuh 25 tahun untuk merenung dan pada akhirnya saya putuskan, oke saya temui Pak Prabowo Subianto. Karena apa? Saya disadarkan bahwa pada akhirnya apa yang kami lakukan, apa yang kami pikirkan merupakan tanggung jawab sejarah.
Budiman juga  merenungan itu dimulai sejak terakhir ditangkap pada 1996. Dia mengaku setidaknya sudah 6 kali ditangkap sejak duduk di SMA. Namun demikian, dia menekankan tidak pernah ada rasa dendam sama sekali terhadap lawan-lawannya di masa itu.
"Jadi setelah saya periksa selama 25 tahun, bahwa saya tidak pernah punya rasa dendam pada lawan-lawan saya maka saya yakin bismillahirrahmanirrahim ini lah jalannya, dulu kita berlawan karena tugas sejarah, sekarang kita berkawan juga karena tugas sejarah. Terima kasih," ucapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H