Mohon tunggu...
icalsuhaimi
icalsuhaimi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Amatir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbedaan Tingkat Manusia dalam Menerima Nasihat

25 November 2014   01:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:57 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatkala nasehat-nasehat diperdengarkan kepada seseorang, seringkali muncul dalam dirinya sesuatu kesadaran spontan, namun tatkala ia keluar dari majelis ilmu hatinya kembali mengeras dan membatu. Saya merenungi sebabnya, saya tahu, kemudian saya melihat bahwa manusia sangat berbeda-beda kondisinya dalam hal ini. Umumnya manusia tidak berada dalam kondisi yang sama, di saat mendengarkan wejangan dan nasehat-nasehat maupun setelah mendengarkannya.

Renungan dan refleksi saya sampai kepada dua kesimpulan. Pertama, nasehat-nasehat itu ternyata laksana cemeti; ketika seseorang habis dipukuli dengan cemeti itu, ia seringkali tak merasa sakit. Kedua, tatkala mendengar nasehat, ia sedang berada dalam kondisi jiwa dan pikiran yang prima. Dia terlepas dari segala ikatan duniawi. Ia diam dan menghadirkan hatinya. Akan tetapi, tatkala kembali disibukkan dengan urusan dunia, penyakit lamanya kambuh kembali. Bagaimana mungkin ia bisa kembali seperti saat mendengarkan nasehat-nasehat itu?

Kondisi demikian dapat menimpa setiap orang. Hanya mereka yang memiliki kesadaran tinggilah yang bisa mengatasi pengaruh-pengaruh duniawi tersebut. Ada yang bertekad kuat untuk kokoh berpegang pada prinsip yang sudah diyakininya, lalu ia berjalan tanpa menoleh-menoleh lagi. Ia akan memberontak jika perilakunya tidak lagi sesuai dengan tabiat dirinya, seperti Hanzhalah yang pernah mengecam dirinya sendiri, "Hanzhalah telah munafik!"

Ada pula yang terkadang masih terseret-seret oleh kelalaian akibat pengaruh tabiat darinya, namun pada saat yang sama nasehat itu masih mempengaruhi dirinya untuk beramal. Mereka laksana cabang-cabang pohon yang goyah diterpa hembusan angin. Ada pula golongan manusia yang tak terpengaruh apa-apa, hanya sekedar mendengar, mereka laksana batu-batu yang diam.

dikutip dari Buku Shaidul Khatir : Imam Ibnu Al-Jauziy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun