Mohon tunggu...
Rizal Wahid Permana Putra
Rizal Wahid Permana Putra Mohon Tunggu... Guru - A lifetime learner

Penulis abal-abal, hobinya pijat urut papan ketik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sosial Emosional

21 September 2022   03:49 Diperbarui: 21 September 2022   04:22 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa penting PSE di sekolah?

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidik merupakan penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut mengingatkan bahwa kita sebagai guru mempunyai dua peran penting yaitu sebagai pendidik juga sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini, tugas kita adalah menumbuhkan motivasi murid untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada pembelajaran dengan merancang pengalaman belajar yang menarik, menantang, dan bermakna, serta menerapkan pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Untuk mewujudkan hal ini, salah satu aspek yang harus menjadi perhatian penuh seorang guru adalah Pembelajaran Sosial Emosional (PSE).

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

  • Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
  • Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  • Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  • Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  • Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, disebutkan bahwa pendidik merupakan penuntun tumbuh kembang anak, pendidikan sebagai kodrat alam dan zaman, pendidikan budi pekerti, dan pendidikan harus berhamba pada murid. Dari keempat filosofi ini, terlihat bahwa Pendidikan Sosial Emosional merupakan salah satu senjata utama dalam menguatkan dan mewujudkan filosofi Ki Hajar Dewantara.

Menurut Daniel, pembelajaran sosial emosional penting diberikan agar anak mendapatkan kesuksesan dan guna mengembangkan pendidikan. menurut CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) ada 5 kunci dalam pengembangan SEL pada anak, di antaranya:

1. Kesadaran Diri (Self Awareness)

Self awareness berhubungan dengan mengenali diri secara akurat mengenai emosi, pikiran dan nilai. Dengan memiiki kesadaran diri, anak akan bisa mengidentifikasi emosi, mempunyai presepsi terhadap diri sendiri, mengetahui kelebihan diri, memiliki kepercayaan tinggi, dan yakin terhadap kemampuan yang dimiliki.

2. Memanajemen Diri (Self Management)

Yaitu mengenai kemampuan untuk mengatur perilaku, emosi di berbagai keadaan. Erat kaitannya dengan menahan hasrat, dan mampu dalam menangani stress. Anak akan cenderung, memiliki sikap disiplin yang berguna untuk mencapai tujuan yang mereka miliki. Sehingga, mereka termotivasi untuk melakukan hal-hal positif yang mendukung masa depannya.

3. Memiliki Kesadaran Sosial (Social Awareness)

Hal ini berhubungan dengan kepedulian anak terhadap sikap empatinya kepada orang lain dan mengambil prespektifnya sendiri terhadap suatu hal. Karenanya, sikap ini berguna di masyarakat yaitu dengan norma-norma dan etika berperilaku, khususnya di tengah banyak orang atau masyarakat. Anak pun jadi memiliki kesadaran sosial untuk menghargai dan memahami orang lain.

4. Mampu Membuat Relasi (Relation Skill)

Relasi atau pertemanan sangat penting dalam hidup bermasyarakat, karena kita hidup sebagai makhluk sosial. Memelihara hubungan yang sehat antar individu dan kelompok sangatlah perlu. Dengan kata lain, kemampuan ini akan membuat anak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan mudah bersosialisasi.

5. Membuat Keputusan Bertanggungjawab (Responsible Decision Making)

Membuat keputusan terkadang menjadi sesuatu yang sulit untuk sebaagian orang apalagi oleh seorang anak. Dengan bimbingan dari orang dewasa, tentunya anak akan lebih berani dan bertanggung jawab atas keputusan yang dibuatnya.

Melalui pembelajaran sosial dan emosional ini, murid diajak untuk menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami sejumlah pengalaman yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif yang bisa menjadi jembatan kesuksesan murid di masa yang akan datang.

Sebagai Calon Guru Penggerak, PSE dalam diimplementasikan dengan mewujudkan well-being pada ekosistem pendidikan di sekolah yang dilakukan secara kolaboratif antara guru, murid, dan orang tua. Kolaborasi ini akan membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap murid. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik seyogyanya harus menciptakan ekosistem pembelajaran yang nyaman, aman, sehat dan bahagia bagi murid.

Menurut Mcgrath & Noble (2011), murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab. Hal ini didukung oleh Daniel Goleman, "kecerdasan intelektual menyumbang 20% kesuksesan hidup manusia, selebihnya sekitar 80% berasal dari kecerdasan emosi dan sosial". Ini membuktikan bahwa seorang yang sukses tidak hanya memiliki kecerdasan pengetahuan saja, akan tetapi kecerdasan sosial-emosionalnya juga harus baik.

Lalu, bagaimana implementasi PSE dalam ekosistem pendidikan di sekolah?

PSE dapat diimplementasikan dalam ruang lingkup pembelajaran di sekolah melalui beberapa kegiatan berikut:

  • Kegiatan Rutin (Ekstra kurikuler, literasi, perayaan hari besar, kegiatan sekolah, apel pagi, kerja bakti, senam bersama, P5, pelatihan, dll).
  • Terintegrasi dalam mata pelajaran (Diskusi kelompok).
  • Protokol (Menjadi budaya sekolah atau tata tertib sekolah).

Penerapan PSE dalam ekosistem pendidikan di sekolah akan memberikan dampak yang positif bagi murid. Dampak positif ini tidak hanya berkaitan dengan kesuksesan murid dalam hal akademik, akan tetapi juga memberikan keterampilan murid untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya. Selain itu, PSE dalam ekosistem pendidikan di sekolah dapat mengembangkan well-being pada murid, dan mengembangkan kompetensi untuk mencapai kesuksesan di dalam kehidupan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, sebagai Calon Guru Penggerak, harus memiliki nilai-nilai Guru Penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid dalam mewujudkan visi-misinya sebagai seorang pendidik. Selain itu, dalam menerapkan PSE di dalam ekosistem pendidikan di sekolah, guru harus mampu berkolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah dalam mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah. Dengan terwujudnya budaya positif di lingkungan sekolah, akan memberikan ruang dan kemudahan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik, menantang, dan bermakna. Akhirnya, Pembelajaran Sosial Emosional yang diterapkan dengan baik di sekolah dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif murid baik dari segi akademik maupun dari segi sosial dan emosional sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun