Mohon tunggu...
Icak 0303
Icak 0303 Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Boikot Produk Unilever: Perspektif dan Dampak terhadap Industri Konsumen

2 Januari 2024   22:24 Diperbarui: 2 Januari 2024   23:01 3249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis:

  • Agung Rahmad Widiyanto     2020011150
  • Ahmad Sulistyo                      2021011089
  • Annisa Istiyani Amalia N.L    2021011095
  • Ariyan Sunjaya                       2020011020
  • Yuni Puji Astuti                      2020011001

PT. Unilever, Tbk merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak dalam bidang bisnis produksi dan distribusi barang konsumen yang beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933, telah tumbuh dan berkembang bersama masyarakat Indonesia selama 78 tahun. 

Unilever memiliki beragam produk di berbagai kategori, seperti makanan dan minuman, perawatan pribadi, perawatan rumah tangga, dan lainnya. Beberapa merek terkenal dari Unilever yang mungkin dikenal oleh masyarakat Indonesia antara lain adalah Lifebuoy, Sunsilk, Dove, Rinso, Wall's, dan masih banyak lagi.

Tingkat kedekatan konsumen terhadap produk Unilever di Indonesia dapat bervariasi tergantung pada preferensi lokal, tren pasar, dan faktor-faktor lainnya. Tentu saja produk-produk tersebut memberikan kepuasan yang cukup tinggi di Indonesia. 

Ada dua hal yang mempengaruhi kepuasaan pelanggan yang Unilever dapatkan, pertama pengaruh kualitas produk, dalam hal ini produk yang dijual memiliki kualitas yang handal dan memiliki daya tahan yang baik, serta memiliki desain produk yang menarik, sehingga menarik minat bagi para pelanggan untuk membeli. 

Kedua pengaruh distribusi produk, Unilever selalu menerapkan strategi distribusi intensif yaitu proses distribusi yang dilakukan secara menyeluruh ke semua pelanggan dan dilakukan setiap hari karena permintaan langsung dari pelanggan. (Alicia Aprilia Pandeirot, 2021)

 Nama Unilever ramai diperbincangkan khalayak belakangan ini usai diterpa isu boikot usah perusahaan tersebut diduga berafiliasi dengan Israel. Apalagi baru-baru ini Komisi Fatwa MUI merekomendasikan agar umat Islam menghindari transaksi produk yang terafiliasi dengan Israel atau mendukung agresi Israel di Palestina. 

MUI telah mengeluarkan fatwa haram terhadap segala produk yang berafiliasi dengan Israel  Unilever disebut secara terang-terangan merupakan perusahaan yang pro terhadap Israel, negara yang sedang berkonflik dengan Palestina. 

Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com

Pada tahun 2023, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jumat (10/11) mengeluarkan fatwa terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina yang tertulis "Umat Islam diimbau untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme."

Gerakan ini memiliki dampak signifikan pada ekonomi Indonesia dan beberapa orang mungkin khawatir tentang dampaknya terhadap pekerjaan dan perekonomian secara keseluruhan. Karena akan membuat rugi pada perusahan dan para pegawainya pada perusahaan tersebut. 

Memiliki dampak negatif pada pekerja Unilever yang tidak terlibat langsung dalam keputusan korporatif tersebut. Bagi konsumen yang sangat taat beragama Islam, fatwa haram MUI memberikan panduan untuk menghindari konsumsi produk yang dianggap tidak mendukung palestina dan pro israel menurut ajaran agama Islam. 

Dari pandangan konsumen, respons dapat berkisar dari boikot produk hingga ketidakpercayaan terhadap informasi yang disampaikan. Penting untuk mencari sumber informasi yang dapat dipercaya dan memahami bahwa pandangan masyarakat dapat bervariasi, seperti dapat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, politik, dan pandangan dunia individu.

Tentu saja ajakan boikot produk pro Israel tidak hanya berpengaruh terhadap produksi dan penjualan sejumlah produk, namun gerakan ini dinilai bisa mempengaruhi perusahaan untuk melakukan efisiensi hingga ke tindakan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena penurunan pendapatan perusahaan. 

Disisi lain, gerakan boikot produk pro-Israel juga dapat memberikan dampak yang kompleks pada individu dan kelompok yang terlibat, seperti tekanan stress. hal ini bisa timbul terutama jika seseorang menghadapi tekanan sosial dan keluarga yang memiliki pandangan berbeda. 

Juga saat individu yang mendukung maupun karyawan perusahaan menghadapi ketakutan akan konsekuensi sosial atau ekonomi seperti kehilangan pekerjaan atau isolasi sosial. Gerakan ini juga dapat memunculkan dan memperkuat bias kognitif serta mempersempit perspektif, membuat individu lebih cenderung mencari informasi yang mendukung pandangan mereka. bagi individu yang mendukung gerakan ini tentunya akan muncul kepuasan psikologis bagi individu karena merasa berkontribusi pada perubahan, peningkatan identitas kelompok, dan solidaritas.

Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com

Tentunya gerakan boikot tidak hanya memberikan dampak negatif saja, namun secara tidak langsung memberikan dampak positif yaitu membuka peluang untuk produk-produk lokal. Produk lokal tentunya menjadi alternatif terbaik untuk menggantikan produk-produk internasional. 

Hal ini tentunya juga memberikan peluang besar bagi perusahaan lokal untuk menarik konsumen dengan meningkatkan performa perusahaan. Selain dianggap memiliki manfaat, boikot produk Israel dapat dilihat dari perspektif dukungan terhadap gerakan pro-Palestina. 

Beberapa orang berpendapat bahwa dengan tidak membeli produk Israel, mereka menyuarakan ketidaksetujuan terhadap kebijakan Israel terkait konflik Israel-Palestina. Boikot juga dapat dianggap sebagai bentuk tekanan ekonomi untuk mendorong perubahan.

 Namun, ini merupakan pandangan kontroversial dan pendapat mengenai efektivitas boikot dapat berbeda. Seseorang atau kelompok memilih untuk boikot produk Unilever dapat bervariasi. Beberapa mungkin mengambil langkah tersebut sebagai bentuk protes terhadap kebijakan perusahaan, masalah lingkungan, atau isu-isu sosial tertentu yang terkait dengan Unilever.

Tindakan diatas dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan merangsang konsumsi produk-produk dalam negeri. Konsumen yang berpartisipasi dalam boikot cenderung beralih ke alternatif lokal, memberikan dorongan pada pelaku usaha lokal dan mendukung keberlanjutan perekonomian setempat. 

Selain itu, boikot produk pro-Israel ini dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha lokal untuk meningkatkan visibilitas dan daya saing produk mereka. Dengan peningkatan permintaan terhadap produk lokal sebagai pengganti produk pro-Israel, pelaku usaha lokal dapat memperluas pangsa pasar mereka dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Ini bisa merangsang inovasi dan peningkatan kualitas produk, menguntungkan konsumen dengan variasi dan opsi yang lebih baik.

Dengan demikian boikot terhadap produk Unilever bisa mengalami pro dan kontra karena berbagai alasan. Beberapa orang mungkin mendukung boikot sebagai bentuk protes terhadap kebijakan atau praktik perusahaan yang dianggap tidak etis, sementara yang lain mungkin tidak setuju karena dampaknya pada pekerja dan ekonomi lokal. Kontroversi tergantung pada perspektif masing-masing individu dan informasi yang mereka terima. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun