Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Penggerak
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengingat HARDIKNAS Belajar dari COVID 19

5 Mei 2020   12:54 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:06 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional pada tahun 2020. Peringatan yang memiliki sebuah pesan HARDIKNAS di tengah pandemic COVID 19. Sebuah warna karena para pelaku pendidikan mulai dari guru, siswa, mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan bekerja dari rumah ditengah pandemic covid 19. Sebuah sejarah perjalanan kehidupan manusia modern yang harus diikuti dan dilakukan dari gerakan bekerja atau belajar di sebuah ruang kelas berganti menjadi belajar di rumah. Teknologi berganti menjadi daring, suasana kelas berganti manjadi model virtual. Suasana kebatinan berganti menjadi suasana virtual ditengah pandemic covid 19.

Memperingati Hardiknas memang berbeda dari tahun sebelumnya, Pemerintah saat ini mengusung tema yang cukup mengingatkan kita tentang pandemic covid 19. Tema itu Belajar dari COVID 19 memberikan kesan dan makna kita diingatkan untuk belajar dari masalah pandemic COVID 19 yang telah mengubah tatanan kita sebagai sebuah bangsa. Dan mengubah pandangan yang selama ini ada ditengah kehidupan masyarakat. Maka peringatan dari COVID 19 menjadi bahan pembelajaran dan momentum memberikan warna bagi perubahan kehidupan.

Sebenarnya refleksi dengan tema tersebut hanyalah hal yang biasa. Karena berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas Tahun 2020 disampaikan melalui surat Nomor 42518/MPK.A/TU/2020, ter tanggal 29 April 2020 dan ditandatangani oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. 

Dalam pedoman tersebut, Kemendikbud meniadakan penyelenggaraan upacara bendera yang biasanya dilakukan satuan pendidikan, kantor Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, serta perwakilan pemerintah Republik Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pencegahan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Namun demikian, Kemendikbud tetap menyelenggarakan Upacara Bendera Peringatan Hardiknas Tahun 2020 pada tanggal 2 Mei 2020 secara terpusat, terbatas, dan memerhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Adapun tema Hardiknas 2020, yaitu "Belajar dari Covid-19". Keterangan ini, pada satu sisi menunjukkan dampak jauh dari Wabah, namun disisi yang lain menunjukkan daya responsi dunia pendidikan.

Hari Pendidikan Nasional diperingati masyarakat Indonesia setiap tahunnya pada tanggal 2 Mei. Tanggal 2 Mei tersebut juga bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara, pahlawan nasional yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Melansir situs Patikab, peringatan Hardiknas tersebut ditetapkan setelah adanya Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959 tertanggal 28 November 1959. Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta, yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran. Pria kelahiran Pakualaman, Yogyakarta, 2 Mei 1889, ini dikenal sebagai pencetus Taman Siswa dan jargon terkenal Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, yakni bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah pahlawan nasional di indonesia yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara berperan penting dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa yang menjadi tempat bagi penduduk pribumi biasa untuk dapat menikmati pendidikan yang sama dengan orang-orang dari kasta yang lebih tinggi. Hal ini karena pada masa penjajahan Belanda, pendidikan adalah hal yang sangat langka dan hanya untuk orang terpandang (keluarga priyayi) dan orang asli Belanda yang diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan.

Beliau juga terkenal dengan tulisannya yang menyebabkan beliau sering terlibat dalam masalah dengan Belanda. Hal ini karena tulisan-tulisannya yang tajam yang ditujukan untuk mengkritik pihak Belanda. Tulisannya yang terkenal adalah Als Ik Eens Nederlander Was yang berarti Seandainya Saya Orang Belanda. Beliau pun akhirnya diasingkan ke Pulau Bangka oleh pihak Belanda. 

Tulisan tersebut menyinggung pemerintah Belanda yang menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah dirampas sendiri kemerdekaannya. Pesta-pesta tersebut bahkan dibiayai oleh bangsa yang telah dirampas kemerdekaannya. Beberapa dari pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisan sebelum ini. Walaupun benar ia yang menulis, para pejabat Belanda menganggap bahwa Douwes Dekker berperan dalam memanas-manasi beliau untuk menulis dengan gaya demikian.

Oleh karena itu kita memperingati ada beberapa pemahaman tentang memperingati memiliki 3 arti. Memperingati berasal dari kata dasar ingat. Memperingati adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Memperingati memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga memperingati dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia mem*per*i*ngati mengadakan suatu kegiatan (seperti pe-rayaan, selamatan) untuk mengenangkan atau memuliakan suatu peristiwa: didirikan sebuah tugu untuk ~ jasa-jasa para pahlawan; 2 mencatat (dalam buku catatan): dia selalu ~ kata-kata yang sukar dalam buku yang khusus itu; 3 memberi peringatan (teguran, nasihat) supaya ingat akan kewajiban dan sebagainya: Ibu ~ pesan Ayah kepada anak-anaknya untuk berdoa sebelum tidur

Dasar itulah merupakan bagaimana kita mampu untuk belajar dan terus belajar memperbaiki diri dan mau berubah. Ketika kita memperingati perisiwa itu berarti kita harus ingat perjuangan dan ideologis yang ingin dicita-citakan. Perjuangan yang ingin dikembangkan ditengah kehidupan masyarakat luas. Pendidikan adalah proses sarana pengembangan sosialisasi dan karakter diri serta pengembangan diri ke arah yang lebih baik.

Ketika perjuangan Ki Hajar Dewantara telah usai pada zamannya, maka ruh pemikiran itu tetap dilanjutkan pada masa saat ini. Ketika dulu beliau mengatakan dalam tulisannya Als Ik Eens Nederlander Was yang berarti Seandainya Saya Orang Belanda. Dulu secara tulisan itu berandai saya orang belanda yang dapat hidup mewah, berfoya-foya, bersenang-senang di bawah penderitaan rakyat Indonesia yang sedang di jajah. Sehingga mengakibatkan adanya kemiskinan dan kebodohan yang melanda Nusantara.

Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan slogannya yang luar biasa. Slogan yang diciptakannya menggunakan Bahasa Jawa, yakni "Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Slogan tersebut berarti sebagai berikut "Di Depan menjadi Contoh atau Panutan, Di Tengah Berbuat Keseimbangan atau Penjalaran, dan Di Belakang Membuat Dorongan atau Mendorong". Semboyan tersebut menciptakan semangat berpendidikan yang tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Sudah menjadi kewajiban bagi guru-guru di Indonesia untuk meneledani sosok Bapak Pendidikan Nasional yang telah memberi dampak positif terhadap bangsa Indonesia. Hal ini karena di tangan para gurulah nasib para penerus generasi bangsa dan tanggung jawab kemajuan pendidikan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh para guru. Pastinya guru harus berkontribusi dalam hal positif dan ikut serta menyalurkan kemampuan di dalam bidang pendidikan seoptimal mungkin.

Hari ini terminology itu terbalik hidup di zaman yang serba instan dan serba wah. Hidup di zaman milineal tentunya harus lebih baik. Tidak terjadi dikotomi dalam kehidupan masyarakat semua hidup dalam kebhinekaan dan keberagaman sebagai sebuah bangsa. Pendidikan harus menjadi ruh akan adanya perbaikan dan perubahan cara hidup serta pola piker yang modern dan berkemajuan. Inilah yang merupakan jadi modal dasar perbaikan pendidikan di era milineal. Paradigma juga harus diubah untuk memberikan warna karakter pendidikan di Indonesia.

Jika ditarik mundur pada masa colonial pendidikan di Indonesia bermula dari Politik etika atau balas budi yang dikembangkan oleh Van De venter. Trilogi Van de Venter yaitu suatu trilogy didalamya berisi suatu ajaran emigrasi, edukasi, dan iragasi. Ajarah van de venter membuka ruang adanya paradigma pergerakan nasional di Indonesia. Berikut juga gagasan untuk membuka sekolah rakyat seperti Taman Siswa, Sekolah Muhammadiyah, kautaman istri dan organisasi lainnya.

Artinya semangat membangun pendidikan yang berkarakter dan bermartabat sudah sejak dari zaman kolonial Belanda. Pemberantasan kebodohan juga telah termaktub dalam teks pembukaan UUD 1945. Dan pendidikan dapat dinikmati oleh semua kalangan sudah diakomodir oleh Maklumat UUD 1945. 

Diejawantahkan melalui UU Pendidikan Nasional dimana dikatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada beberapa hal bagaimana kita memperbaiki diri dan membangun diri. Perlu Belajar dari COVID 19 dimana setiap orang dibatasi pergerakan sosialnya. Di batasi untuk memutus rantai persebaran COVID 19. Maka selaras dengan tema Hardiknas 2020 adalah Belajar dari COVID 19 ada beberapa hal menurut hemat penulis untuk membangun karakter:

  • Cara pandang yang perlu di ubah dari sikap dan pola hidup masyarakat. Mengubah cara pandang dan pola hidup itu tidak mudah untuk dijalankan. Perlu ada kesadaran yang utama dalam mengubah cara pandang dan pola piker serta sikapnya. Mengubah pola pandang dan pola piker hidup sehat atau hidup bersih kembali diajarkan pada masa masa COVID 19. Pola kerja dan pola belajar diubah juga pada masa covid 19. Berdagang pun mulai digalakkan dengan system daring atau online. Pola ibadah pun juga bergeser ke rumah. Semuanya mengalami pergeseran dan pembelajaran pada masa COVID 19. Yang paling penting cara pandang pola mendidik anak yang selama berpusat kepada Guru berganti berpusat ke Orang tua. Ini yang menjadi catatan dalam dunia pendidikan. Kesiapan orangtua menangani pola pendidikan anak yang selama diserahkan ke sekolah melalui Guru untu membimbing berganti penuh orangtua yang menggantikan peran guru. Guru pun membuka pola pengajaran melalui model daring atau online. Sangat sulit memang tapi cara pandang diubah, perlu disediakan perangkat yang mendukung untuk keberhasilannya.
  • Orieintasi pada ilmu pengetahuan. Artinya kita kembali kepada teks ilmu pengetahuan dalam bersikap dan bertindak bukan hanya mengandalkan otot saja. Orintasi  Hakikat ilmu dari segi ontologis adalah tentang apa dan sampai mana pencapaian ilmu. Hakikat ilmu , yaitu dalam istilah bahasa arab 'ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Ilmu merupakan pengetahuan khusus di mana seseorang mengetahui penyebab sesuatu dan mengapa. Ilmu bersifat metodis, yaitu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas. Ilmu menjadi sandaran dalam berperilaku dan bertindak. Kembali ke dasar ilmu pengetahuan memberikan arti peruabahan itu ada dasarnya.
  • Visualisasi ide dan gagasan narasi itu dengan cara yang baik. Ada Pengungkapan gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya. Sehingga terbangun suatu narasi yang dapat diwujudkan secara bersama. Misalnya selama ini rapat atau diskusi bisa menggunakan daring,
  • Internalisasi pemahaman nilai dan karakter bersama. Artinya mewujudkan suatu gerak secara bersama untuk membangun karakter kebangsaan, karakter diri dengan semangat memberi dan merasakan akan adanya dampak COVID 19. Pendidikan dalam arti menumbuhkan kesadaran warga untuk peka terhadap lingkungannya. Peka terhadap derita dan musibah yang ada. Tetap untuk tetap beraktifitas di rumah saja kecuali ada yang penting.
  • Dedikasi untuk tanggung jawab kepada bangsa dan Negara.

Itulah beberapa hal berkaitan dengan pendidikan pada zaman milineal dengan Belajar dari COVID 19. Diharapkan menjadi catatan dan perbaikan setelah pandemic. Apalagi peringatan HARDIKNAS pas bulan suci Ramadhan sebagai bulan madrasah penbentukan karakter diri. Smoga kita terus belajar sepanjang waktu sepanjang hayat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun