Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Penggerak
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengingat HARDIKNAS Belajar dari COVID 19

5 Mei 2020   12:54 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:06 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika perjuangan Ki Hajar Dewantara telah usai pada zamannya, maka ruh pemikiran itu tetap dilanjutkan pada masa saat ini. Ketika dulu beliau mengatakan dalam tulisannya Als Ik Eens Nederlander Was yang berarti Seandainya Saya Orang Belanda. Dulu secara tulisan itu berandai saya orang belanda yang dapat hidup mewah, berfoya-foya, bersenang-senang di bawah penderitaan rakyat Indonesia yang sedang di jajah. Sehingga mengakibatkan adanya kemiskinan dan kebodohan yang melanda Nusantara.

Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan slogannya yang luar biasa. Slogan yang diciptakannya menggunakan Bahasa Jawa, yakni "Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Slogan tersebut berarti sebagai berikut "Di Depan menjadi Contoh atau Panutan, Di Tengah Berbuat Keseimbangan atau Penjalaran, dan Di Belakang Membuat Dorongan atau Mendorong". Semboyan tersebut menciptakan semangat berpendidikan yang tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Sudah menjadi kewajiban bagi guru-guru di Indonesia untuk meneledani sosok Bapak Pendidikan Nasional yang telah memberi dampak positif terhadap bangsa Indonesia. Hal ini karena di tangan para gurulah nasib para penerus generasi bangsa dan tanggung jawab kemajuan pendidikan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh para guru. Pastinya guru harus berkontribusi dalam hal positif dan ikut serta menyalurkan kemampuan di dalam bidang pendidikan seoptimal mungkin.

Hari ini terminology itu terbalik hidup di zaman yang serba instan dan serba wah. Hidup di zaman milineal tentunya harus lebih baik. Tidak terjadi dikotomi dalam kehidupan masyarakat semua hidup dalam kebhinekaan dan keberagaman sebagai sebuah bangsa. Pendidikan harus menjadi ruh akan adanya perbaikan dan perubahan cara hidup serta pola piker yang modern dan berkemajuan. Inilah yang merupakan jadi modal dasar perbaikan pendidikan di era milineal. Paradigma juga harus diubah untuk memberikan warna karakter pendidikan di Indonesia.

Jika ditarik mundur pada masa colonial pendidikan di Indonesia bermula dari Politik etika atau balas budi yang dikembangkan oleh Van De venter. Trilogi Van de Venter yaitu suatu trilogy didalamya berisi suatu ajaran emigrasi, edukasi, dan iragasi. Ajarah van de venter membuka ruang adanya paradigma pergerakan nasional di Indonesia. Berikut juga gagasan untuk membuka sekolah rakyat seperti Taman Siswa, Sekolah Muhammadiyah, kautaman istri dan organisasi lainnya.

Artinya semangat membangun pendidikan yang berkarakter dan bermartabat sudah sejak dari zaman kolonial Belanda. Pemberantasan kebodohan juga telah termaktub dalam teks pembukaan UUD 1945. Dan pendidikan dapat dinikmati oleh semua kalangan sudah diakomodir oleh Maklumat UUD 1945. 

Diejawantahkan melalui UU Pendidikan Nasional dimana dikatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada beberapa hal bagaimana kita memperbaiki diri dan membangun diri. Perlu Belajar dari COVID 19 dimana setiap orang dibatasi pergerakan sosialnya. Di batasi untuk memutus rantai persebaran COVID 19. Maka selaras dengan tema Hardiknas 2020 adalah Belajar dari COVID 19 ada beberapa hal menurut hemat penulis untuk membangun karakter:

  • Cara pandang yang perlu di ubah dari sikap dan pola hidup masyarakat. Mengubah cara pandang dan pola hidup itu tidak mudah untuk dijalankan. Perlu ada kesadaran yang utama dalam mengubah cara pandang dan pola piker serta sikapnya. Mengubah pola pandang dan pola piker hidup sehat atau hidup bersih kembali diajarkan pada masa masa COVID 19. Pola kerja dan pola belajar diubah juga pada masa covid 19. Berdagang pun mulai digalakkan dengan system daring atau online. Pola ibadah pun juga bergeser ke rumah. Semuanya mengalami pergeseran dan pembelajaran pada masa COVID 19. Yang paling penting cara pandang pola mendidik anak yang selama berpusat kepada Guru berganti berpusat ke Orang tua. Ini yang menjadi catatan dalam dunia pendidikan. Kesiapan orangtua menangani pola pendidikan anak yang selama diserahkan ke sekolah melalui Guru untu membimbing berganti penuh orangtua yang menggantikan peran guru. Guru pun membuka pola pengajaran melalui model daring atau online. Sangat sulit memang tapi cara pandang diubah, perlu disediakan perangkat yang mendukung untuk keberhasilannya.
  • Orieintasi pada ilmu pengetahuan. Artinya kita kembali kepada teks ilmu pengetahuan dalam bersikap dan bertindak bukan hanya mengandalkan otot saja. Orintasi  Hakikat ilmu dari segi ontologis adalah tentang apa dan sampai mana pencapaian ilmu. Hakikat ilmu , yaitu dalam istilah bahasa arab 'ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Ilmu merupakan pengetahuan khusus di mana seseorang mengetahui penyebab sesuatu dan mengapa. Ilmu bersifat metodis, yaitu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas. Ilmu menjadi sandaran dalam berperilaku dan bertindak. Kembali ke dasar ilmu pengetahuan memberikan arti peruabahan itu ada dasarnya.
  • Visualisasi ide dan gagasan narasi itu dengan cara yang baik. Ada Pengungkapan gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya. Sehingga terbangun suatu narasi yang dapat diwujudkan secara bersama. Misalnya selama ini rapat atau diskusi bisa menggunakan daring,
  • Internalisasi pemahaman nilai dan karakter bersama. Artinya mewujudkan suatu gerak secara bersama untuk membangun karakter kebangsaan, karakter diri dengan semangat memberi dan merasakan akan adanya dampak COVID 19. Pendidikan dalam arti menumbuhkan kesadaran warga untuk peka terhadap lingkungannya. Peka terhadap derita dan musibah yang ada. Tetap untuk tetap beraktifitas di rumah saja kecuali ada yang penting.
  • Dedikasi untuk tanggung jawab kepada bangsa dan Negara.

Itulah beberapa hal berkaitan dengan pendidikan pada zaman milineal dengan Belajar dari COVID 19. Diharapkan menjadi catatan dan perbaikan setelah pandemic. Apalagi peringatan HARDIKNAS pas bulan suci Ramadhan sebagai bulan madrasah penbentukan karakter diri. Smoga kita terus belajar sepanjang waktu sepanjang hayat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun