Mohon tunggu...
Ica Dwi Lestari
Ica Dwi Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berkomitmen untuk menginspirasi generasi muda dalam memahami dan menjaga keseimbangan ekosistem serta mempromosikan praktik berkelanjutan untuk masa depan yang lebih hijau.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan Air Limbah sebagai Sumber Energi Alternatif: Tantangan dan Peluang Menuju Masa Depan Berkelanjutan

10 September 2024   15:39 Diperbarui: 10 September 2024   17:15 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kementerian ESDM- Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Penggunaan air limbah sebagai sumber energi alternatif menawarkan berbagai manfaat lingkungan yang signifikan. Jika kita dapat menggunakan limbah air, kesehatan dan kelestarian lingkungan akan terjaga dan terbebas dari polutan, yang membuat lingkungan aman. Selain itu, tidak ada bakteri yang tersebar di lingkungan, yang dapat menjaga kesehatan manusia.

Proses pengolahan air limbah menjadi energi membantu mengurangi beban pada sistem pengolahan air limbah konvensional. Metana yang dihasilkan dari air limbah adalah gas rumah kaca yang jauh 25 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO2). Dengan mengubah metana ini menjadi energi, kita dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca ke atmosfer.

Secara ekonomi, penggunaan air limbah sebagai sumber energi alternatif juga menawarkan berbagai keuntungan. Menurut World Bank, penggunaan biogas dari air limbah dapat mengurangi biaya energi hingga 33% di fasilitas pengolahan air limbah yang besar. Selain itu, energi yang dihasilkan dari air limbah dapat digunakan untuk mendukung operasi fasilitas pengolahan itu sendiri, atau dijual kembali ke jaringan listrik, memberikan pengembalian investasi yang positif.

Di Indonesia, potensi penghematan biaya energi dari penggunaan biogas di instalasi pengolahan air limbah diperkirakan mencapai Rp 500 miliar per tahun, terutama di pusat kota seperti Jakarta dan Surabaya. Ini menunjukkan bahwa investasi dalam teknologi WtE (waste-to-energy) tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga menguntungkan secara ekonomi.

Di beberapa negara telah berhasil menerapkan teknologi pengolahan air limbah menjadi energi, menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan. Di Amerika Serikat, fasilitas pengolahan air limbah East Bay Municipal Utility District (EBMUD) di Kalifornia telah berhasil menghasilkan lebih banyak energi dari air limbah daripada yang diperlukan untuk menjalankan operasinya. Fasilitas ini menghasilkan sekitar 55.000 megawatt-jam listrik per tahun dari biogas, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi lebih dari 5.000 rumah tangga.

Di Eropa, Denmark menjadi salah satu negara terdepan dalam memanfaatkan teknologi AD untuk mengolah air limbah. Sebagai contoh, lebih dari 30% jumlah energi yang diperlukan untuk pengolahan air limbah di negara tersebut berasal dari biogas yang dihasilkan dari proses AD. Bahkan, beberapa fasilitas pengolahan air limbah di Denmark telah mencapai status netral karbon, di mana energi yang dihasilkan cukup untuk mengimbangi seluruh kebutuhan energi fasilitas tersebut.

Di Indonesia, beberapa inisiatif juga telah mulai dikembangkan. Salah satu contohnya adalah proyek biogas dari air limbah domestik yang dikelola oleh PT. SMI di Surabaya. Proyek ini menggunakan teknologi AD untuk mengolah air limbah dari rumah tangga menjadi biogas, yang kemudian digunakan untuk mendukung operasi fasilitas pengolahan air limbah itu sendiri. Meskipun masih dalam skala pilot, proyek ini menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut di kota-kota lain di Indonesia.

Tantangan dan Peluang

Meskipun potensinya besar, penerapan teknologi pengolahan air limbah menjadi energi alternatif tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah biaya investasi awal yang tinggi untuk pembangunan infrastruktur WtE, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, teknologi seperti MFCs masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya operasionalnya.

Dukungan kebijakan pemerintah juga merupakan faktor kunci dalam mendorong adopsi teknologi ini secara luas. Di Indonesia, regulasi terkait penggunaan biogas dan insentif untuk energi terbarukan masih terbatas. Pemerintah perlu lebih proaktif dalam mendorong investasi dalam teknologi WtE melalui kebijakan yang mendukung dan insentif finansial.

Namun, peluang yang ditawarkan oleh teknologi ini sangat besar. Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan energi dan lingkungan, penggunaan air limbah sebagai sumber energi alternatif dapat menjadi salah satu pilar utama dalam strategi energi masa depan. Inovasi teknologi, dukungan kebijakan, dan kesadaran publik yang semakin tinggi dapat mendorong adopsi teknologi WtE yang lebih luas di seluruh dunia terutama di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun