Mohon tunggu...
baiq anisa fariha ali
baiq anisa fariha ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menguak Misteri Perkembangan Kepribadian Anak: Tinjauan Teori Psikososial Erik Erikson

19 November 2024   07:45 Diperbarui: 19 November 2024   07:47 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataram- Erik Erikson, seorang psikolog perkembangan terkenal, menyajikan sebuah pandangan yang menarik tentang bagaimana kepribadian manusia terbentuk seiring berjalannya waktu. Teori psikososialnya, yang menekankan pada interaksi antara individu dan lingkungan sosial, memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami perkembangan kepribadian anak.

Teori Psikososial Erik Erikson: Gambaran Umum

Teori Erikson mengusulkan bahwa perkembangan kepribadian manusia terjadi melalui serangkaian tahap yang berurutan. Pada setiap tahap, individu dihadapkan pada suatu krisis psikososial yang harus diatasi. Cara individu mengatasi krisis ini akan membentuk kepribadiannya dan memengaruhi perkembangannya di tahap selanjutnya.

Delapan Tahap Perkembangan Psikososial

Erikson mengidentifikasi delapan tahap perkembangan psikososial, masing-masing dengan krisis dan tugas perkembangan yang unik:

  •  Kepercayaan Dasar vs. Ketidakpercayaan Dasar (0-1 tahun): Pada tahap ini, bayi membangun kepercayaan pada pengasuh utama. Jika kebutuhan bayi terpenuhi dengan konsisten, bayi akan mengembangkan rasa aman dan percaya pada dunia. Sebaliknya, jika kebutuhannya tidak terpenuhi, bayi akan mengembangkan rasa tidak percaya.
  • Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun): Anak-anak mulai mengembangkan rasa otonomi atau kemandirian. Mereka belajar untuk melakukan hal-hal sendiri, seperti makan dan berpakaian. Jika orang tua terlalu protektif atau terlalu mengontrol, anak dapat mengembangkan rasa malu dan ragu pada kemampuan dirinya.
  •  Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun): Anak-anak menjadi lebih aktif dan ingin tahu. Mereka mulai merencanakan dan melakukan aktivitas sendiri. Jika orang tua mendukung inisiatif anak, anak akan mengembangkan rasa percaya diri. Namun, jika orang tua terlalu mengkritik atau menghukum, anak dapat mengembangkan rasa bersalah.
  • Ketekunan vs. Inferioritas (6-12 tahun): Anak-anak mulai belajar keterampilan baru di sekolah dan di lingkungan sosial. Mereka membandingkan diri dengan teman sebaya. Jika anak berhasil dalam tugas-tugasnya, mereka akan mengembangkan rasa kompeten dan percaya diri. Sebaliknya, jika anak sering gagal, mereka dapat mengembangkan perasaan inferior.
  • Identitas vs. Kebingungan Identitas (Adolesensi): Remaja mencari jati diri mereka dan mencoba menemukan tempat mereka di dunia. Mereka bereksperimen dengan berbagai peran dan nilai. Jika remaja berhasil menemukan identitas yang kuat, mereka akan merasa lebih percaya diri dan memiliki tujuan hidup yang jelas.
  • Intimasi vs. Isolasi (Masa Dewasa Awal): Orang dewasa muda mencari hubungan yang intim dengan orang lain. Mereka membangun hubungan yang mendalam dengan pasangan dan teman. Jika orang dewasa muda berhasil membangun hubungan yang intim, mereka akan merasa lebih terhubung dan dicintai.
  • Generativitas vs. Stagnasi (Masa Dewasa Tengah): Orang dewasa fokus pada memberikan kontribusi pada masyarakat, misalnya melalui pekerjaan, keluarga, atau kegiatan sosial. Jika orang dewasa merasa bahwa mereka telah memberikan kontribusi yang berarti, mereka akan merasa puas dan bahagia.
  • Integritas Ego vs. Keputusasaan (Masa Tua): Orang tua merenungkan hidup mereka dan mencoba menemukan makna dalam hidup. Jika orang tua merasa puas dengan hidup mereka, mereka akan mengembangkan rasa integritas ego. Sebaliknya, jika orang tua merasa menyesal atau tidak puas, mereka dapat mengembangkan rasa putus asa.

Implikasi Teori Erikson dalam Pengasuhan Anak

Teori Erikson memberikan wawasan yang berharga bagi orang tua dan pendidik dalam memahami perkembangan anak. Beberapa implikasi penting dari teori ini antara lain:

  •  Pentingnya dukungan emosional: Anak-anak membutuhkan dukungan emosional yang konsisten untuk mengembangkan kepercayaan diri dan rasa aman.
  • Memberikan kebebasan yang tepat: Anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan belajar secara mandiri, tetapi juga perlu adanya batasan yang jelas.
  • Membantu anak mengatasi krisis: Orang tua dan pendidik dapat membantu anak mengatasi krisis psikososial dengan memberikan dukungan, bimbingan, dan contoh yang baik.
  • Membangun hubungan yang positif: Hubungan yang positif dengan orang tua, teman, dan guru sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional anak.

Kesimpulan

Teori psikososial Erik Erikson memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana kepribadian anak terbentuk. Dengan memahami tahap-tahap perkembangan dan krisis psikososial yang terkait, orang tua dan pendidik dapat memberikan dukungan yang optimal bagi anak-anak agar mereka dapat berkembang secara optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun