Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi yang Tidak "Meng-Entertain" Kesedihannya

27 Maret 2020   00:52 Diperbarui: 27 Maret 2020   00:58 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tersiar wafatnya Sang Bunda, ketegaran seorang Joko Widodo sangat terkonfirmasi. Kekuatan hati dan jiwa yang terpancar Joko Widodo, yang sering dikatakan, hasil didikan Ibunya,  menjadi inspirasi bagi Indonesia bahkan pemimpin dunia saat  ini.

Para menteri, pejabat dan masyarakat diminta menyampaikan duka cita da;a, doa di dalam hatinya dan di rumah masing-masing. Tidak perlu  show off alias setor muka hadir ke rumah duka atau  memaksa hadir sampai ke makam keluarga di Karanganyar Jawa Tengah. 

Lagi pula, pengambilan keputusan itu mengkonfirmasi bahwa Presiden Joko Widodo membuat peraturan yang ia dan keluarganya penuhi, tepati, dan dilakukan sepenuh hati.

Aturan  Joko Widodo tepat dalam situasi dan kondisi saat ini,  bahkan mungkin layak diteruskan untuk masa nanti bagi para pemimpin.  

Bunda Jokowi  yang terdeteksi kanker meninggal di Rumah Sakit Slamet Riyadi Solo, Rabu, 25 Maret 2020 pukul 16.45,  saat  kota Solo dinyatakan Kejadian Luar Biasa KLB virus corona. 

Dan sesuai kehendak Sang  Maha Kuasa, Ibu berputra satu dan berputri tiga orang ini dipanggil tepat Hari raya Nyepi, hari raya suci Umat Hindu.  Nyepi merupakan saat menyucikan diri,  saat  menjadi pengingat kepergian Bunda Presiden Indonesia, sambil merenung, kapan saatnya kita juga dipanggil Sang Maha Kuasa.

Dari televisi, kita melihat duka saat upacara pelepasan jenazah Ibu Noto --yang sangat berperan menguatkan Jokowi menapaki suratan tangannya sebagai alumni Fakultas Kehutanan UGM, pengusaha mebel yang bangkrut, menjadi Walikota Solo, Gubernur Jakarta, sampai dua periode menjadi Presiden Indonesia.

Saat di rumah duka, Foto Jokowi yang begitu hati-hati menata untaian bunga di peti mati sang ibu, membuat siapapun bisa membaca makna tersirat, betapa penghormatan seorang anak kepada ibunya tercinta. 

Satu foto lagi yang viral adalah foto Pak Jokowi yang sendirian, tertunduk di pojok rumah, yang sudah disukai lebih dari 50 ribu itu viral  di berbagai WA grup. Maaf,  foto yang kedua ini menurut saya adalah moment yang sangat pribadi sehingga tidak layak foto tersebut menjadi konsumsi masyarakat.  

Ibunda Berpulang, saat berat Jokowi sebagai Presiden

Selepas upacara pemakaman Bu Noto tuntas selesai, sang Presiden Republik Indonesia langsung kembali ke Jakarta, ke tanggung jawabnya sebagai pemimpin. 

Di televisi kita melihat, Presiden Jokowi langsung mengikuti konferensi online streaming bersama para kepala negara membahas antisipasi Covid-19.

Di detik-detik kepergian Sang Ibu, memang Presiden Jokowi tak berada di sampingnya. Sementara kita membaca bahwa di masa akhir hidupnya, Bu Noto yang sudah lama ditinggal suaminya,  sangat ingin ke Jakarta untuk tinggal dengan anaknya. 

Sebagai seorang ibu,  pastinya  Bu Noto mengerti beban hidup anaknya saat ini. Saat sang anak sebagai pemimpin Indonesia diserang dari 8 arah angin untuk meng-lock-down Indonesia. Padahal jelas-jelas lock-down itu bukan keputusan terbaik bagi Indonesia.  

Serangan dari orang-orang politik dan kaki tangan negara asing,  yang berseberangan dengan Jokowi, terus menggempur agar kemauan mereka dipenuhi. Sementara kenyataan tiga hari terakhir,  jumlah PDP dan ODP Corona di Indonesia bertambah dan bertambah terus.

Tentang jumlah pasien corona yang bertambah, tegas saya katakan, itu bukan karena Menteri Kesehatan RI dan Presiden Indonesia yang salah sasaran. Yang diputuskan Presiden dan Menteri Kesehatan RI sudah tepat, di satu pihak tidak menakut-nakuti dan di lain pihak memberi batasan yang semestinya bisa dipatuhi semua manusia waras dan masih mau hidup.

Terus terang, jika kita bisa jujur, pertambahan eksponial jumlah PDP atau ODP corona lebih banyak karena ulah orang-orang  yang tidak tunduk pada anjuran pemerintah. Ada orang yang tetap berjejal  tanpa  social distance 1 meter,  atau kelompok yang masih doyan ngobrol bergerombol bergadang sampai malam. 

Jika memang tidak ada pilihan harus keluar demi nafkah keluarga, tentu kita bisa mengerti, tetapi toh tetap bisa cerdas dengan mematuhi "jaga jarak" mencegah droplet batuk orang yang hadir di dekat anda, yang sangat mungkin pembawa virus corona. 

Bahkan ada keluarga di Sulawesi Selatan yang ngotot memperlakukan mayat yang positif corona sesuai maunya, sekarang silakan tanggung akibatnya.  Kabar terakhir, satu keluarga dan satu kampung  positif terkena virus corona. 

Karenanya jangan kaget kalau waktu ke depan ini, lebih 20 ribu pasien corona di Indonesia, dan 8000 orang itu di Jakarta. Sisanya diperhitungkan karena migrasi orang Jakarta yang berpikir aturan stay at home sebagai kesempatan pulang kampung terutama ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. 

Oleh karenanya, putusan Pak Jokowi untuk membatasi hanya keluarga inti yang hadir di upacara pelepasan Bu Noto adalah keputusan terbaik bagi semua pihak. Jangan diperdebatkan lagi. 

Jokowi yang Tidak Meng-entertain Kesedihan

Siapa yang tidak sedih, tidak bisa mendampingi orang terkasih menghembuskan nafas terakhirnya?  Dimanakah Jokowi saat itu, karena pastinya para dokter RS di Solo memberi informasi kondisi Ibunda Presiden RI setiap hari. 

Kabarnya Bu Noto sempat dirawat intensif di RSPAD Jakarta.  bahkan boleh pulang ke Solo. Namun di hari hari terakhirnya, Bu Noto kembali gawat dan masuk kembali ke RS Slamet Riyadi Solo, tidak sempat dibawa ke RSPAD Jakarta. Di mana sang anak lelaki satu-satunya, putra terbaiknya?  

Jokowi ada di istana untuk memantau kondisi wabah Virus Corona atau COVID-19 yang sedang luar biasa menyerang Indonesia. Memang kesibukan sebagai presiden memaksa Jokowi memaksanya tidak bersama Sang Bunda. 

Pernah di Hari Ibu pada 22 Desember 2018, saking padatnya tugas kenegaraan, Presiden Joko Widodo sampai tak bisa sungkem kepada ibunya di Hari Ibu.  

Lalu  timbul ide kejutan, lewat TV streaming, Joko Widodo menyampaikan rasa terima kasih kepada Sang Ibu yang sudah mendukungnya saat kuliah bahkan saat usahanya bangkrut. 

Vlog tersebut sudah diputar berkali-kali sepanjang dua hari ini hampir di semua televisi berita Indonesia.  Menikmati vlog itu,  Ya Tuhan, hampir habis kata-kata untuk menyatakan betapa indahnya cinta antara Bu Noto dan Pak Jokowi. 

Doa saya sepenuh hati, sebagai seorang ibu juga, agar cinta saya dengan kedua anak saya juga seindah cinta Bu Noto dengan anak-anaknya, Pak Jokowi dan  ketiga adik perempuan. 

Kepergian ibu yang menjadi support system terbaik  bagi kita manusia,  bagi anda, saya, termasuk Joko Widodo merupakan kesedihan yang amat sangat. 

Jadi tidak ada yang bisa membantah bahwa itulah kesedihan, nestapa, sebagai manusia normal. Namun luar biasa, sejak Jokowi disorot televisi hadir di rumah sakit, di rumah duka, di mesjid, dan di pemakaman,  Jokowi tampak benar berduka. Namun sepanjang dua hari ini, betapa Jokowi tidak "meng-entertain" kesedihannya. Semua upacara yang semestinya dilakukan, dijalankan orang nomor satu Indonesia dan keluarganya tanpa berlebihan. Tidak larut dalam sedih, tetapi memilih kembali bekerja dan bekerja.  Salut !!!

Karena itu, saya tidak habis pikir, masih ada manusia yang bisa-bisanya membuat postingan super sadis di kepergian seorang ibu, seorang eyang putri bernama Sujiatmi Notomihardjo.

Andaikan ibu Noto, begitu biasa dipanggil, bukan ibunda Presiden Jokowi, apakah pantas ada manusia menyampaikan sumpah serapah? 

Apalagi ini adalah ibu dari pemimpin kita, presiden Republik Indonesia. Terlepas kalian dulu memilih Jokowi atau tidak, saat dilantik, Jokowi adalah presiden kita, pemimpin kita saat ini. Jadi alangkah "malingkundang" nya jika kita, rakyat malah mengutuki Jokowi, apalagi mengutuki Sang Ibu dari Jokowi.

Dalam kesempatan ini, mohon agar kalian yang  telah memfitnah, menzolimi keluarga Joko Widodo bahkan mengutuki almarhum Ibu Noto segera bertobat, sebelum menanggung karma, yang bisa menimpa kalian sendiri, ibu kalian, atau mungkin anak perempuan kalian nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun