Semalam hampir satu jam sahabat saya curhat kesedihannya. Putrinya yang akan melangsungkan pertunangan dan pernikahan April 2020 sudah menangis terus.Â
Bingung dan sedih karena rencana pesta pernikahan yang  sudah dirancang meriah, dihadiri banyak orang dengan bersalaman tanda doa restu, kemungkinan tidak bisa jadi kenyataan.Â
Padahal baju pengantin, sewa gedung, dan baju seragam panitia, dan semua pernak pernik sudah dibayar. Acara Gereja sudah siap dirancang lengkap dengan Pendeta dan Koor pengiring.
Meeting Online dan Work From Home
Kebetulan sebelum teman saya curhat tadi malam, saya baru saja seharian meeting online.
Pertama dengan SMESCO Kementerian UMKM. Meeting final untuk pembuatan produk teknologi yang bisa membantu sejuta UMKM untuk meningkatkan pengetahuannya cukup dengan mendownload satu aplikasi tersebut. Niat saya mau hadir dan bertemu membahas aspek teknologinya dan juga berkas administrasi dan pajak.
Namun setelah dipikir, kita sepakat meeting online saja. Â Meeting dengan tim teknologi, para developer, kita menggunakan aplikasi zoom, sehingga langsung ngobrol untuk memberi masukan teknis.Â
Sekitar satu jam bertukar pikiran sampai para developer sudah mengerti yang mesti mereka kerjakan. Â Memang para developer tersebut sudah terbiasa meeting online, dan work from home.
Selanjutnya meeting dengan urusan administrasi dan pajak kita lakukan dengan Aplikasi Whatsapp. Karena kita saling bertukar file pdf untuk memastikan berkas yang dibutuhkan.Â
Puji Tuhan, meeting online dengan SMESCO bisa tuntas dan hari ini kami sudah mulai bekerja, work from home.Â
 Kedua saya mesti meeting dengan Disinfolahta Angkatan Darat. Â
Semestinya saya diminta hadir di Markas Angkatan Darat Jalan Veteran. Semua undangan sudah hadir, tetapi  karena saya baru selesai meeting dengan SMESCO  dan tidak kekejar waktunya karena sudah berlaku ganjil genap menuju Mabes AD,  maka saya tawarkan meeting online, tepatnya meet-up from home. Â
Dan jadilah kami berenam  meeting online. Maksudnya saya di rumah, dan lima peserta lainnya  termasuk dua perwira  hadir di lantai 7 Markas Angkatan Darat Jl Veteran Jakarta Pusat.
Meeting ini juga berjalan lancar dan cepat selesai. Karena semua peserta rapat ternyata pengen secepat-cepatnya pulang.
Pesta Pertunangan  Online
Berdasarkan dua meeting online tadi, saya usul ke teman ini.Â
Ya sudahlah bikin Pertunangan online. Karena di adat Batak, pertunangan (Martumpol) itu hanya keluarga dekat, ibadah gereja, Â dan makan. Jadi cuma sebentar saja. Kalaupun ada acara adat, terbatas keluarga inti saja, tetapi biasanya diundang keluarga besar terdekat.Â
Nah ini yang biasanya jumlahnya lebih dari 50 orang. Â Maka kelihatannya jika benar-benar undangan martumpol tidak bisa hadir, dibuat program zoom saja. Semua keluarga yang semestinya hadir bisa langsung ikut live streaming dari tempat masing-masing.
Haha, teman saya, sang calon mertua, senang dengan ide ini. Â
Ini ide terobosan, karena tercapai yang diinginkan, yakni acara pertunangan bisa "diikuti" orang-orang terdekat tanpa keharusan hadir di tempat. Selain itu, jelas menghemat waktu dan menghemat biaya konsumsi. Karena yang wajib hadir adalah keluarga inti pihak pria dan pihak wanita. Mungkin tidak lebih dari 20 orang.Â
Sementara sekitar 50 orang yang sebenarnya harus hadir, seperti  sepupu, keponakan, keluarga ipar, keluarga kakak adik dari orangtua,  semuanya  bisa tetap mengikuti Ibadah Gereja dan Acara Tukar Cincin dengan real time.
Pesta Pernikahan  Drive Thru
Kalau acara pernikahan gimana? Walaupun tidak terucapkan, kehadiran para tamu dan  salam tempel tetap diharapkan toh?  hahaha. Artinya tetap undangan diharapkan hadir.Â
Lagipula untuk pesta perkawinan Adat Batak, yang penuh tradisi, membuat semua keluarga dari pihak pria dan wanita, tidak mungkin tidak hadir menyampaikan doa restu.  Mengapa? karena sangat mungkin sebelum-sebelumnya orangtua pihak pria dan pihak wanita sudah menghadiri acara perkawinan para tamu undangan tersebut.
Selain itu (doa restu dan salam tempel) masih banyak keluarga Tapanuli, Batak Toba yang menyampaikan rasa cinta kepada pengantin baru dalam bentuk memberi ulos (selendang khas Batak). Â Dengan pertimbangan di atas, maka mau tidak mau sangat diharapkan kehadiran fisik para tamu undangan dalam pesta perkawinan.
Tadinya kepikiran untuk bikin live streaming pesta pernikahan seperti saat pertunangan. Yakni  ibadah di gereja dan acara seremonial meminta restu ayah ibu yang dihadiri keluarga inti dan keluarga besar.Â
Namun, kalau cuma live streaming, bagaimana caranya para tamu bisa menyampaikan doa restu dan salam tempelnya?Â
Mosok tamu undangan disarankan untuk tidak hadir, dan dengan segala kondisi ancaman virus corona, semua tamu dipersilakan menikmati acara Pesta Pernikahan secara live streaming. Â Dan jika berkenan, doa restu yang biasanya diikuti "dalam bentuk rupiah"Â bisa ditransfer melalui M-banking sehingga real time masuk ke kantong pengantin langsung. Hahahaha
Jadi diskusi kami sempat berhenti di situ, karena sudah geli sendiri membayangkan cara penyampaian kepada para tamu nantinya.
Sambil bertelepon, saya buka instagram dan ketemu info Dagelan yang memposting Pernikahan Drive Thru dari pasangan dari Malaysia. Tidak disebut tepatnya acara tersebut, tetapi baru-baru ini dilangsungkan, saat Pemerintah Malaysia me-lockdown negara karena ancaman virus corona. Pasangan ini tetap melangsungkan pernikahan yang bahkan menjadi viral, yakni Pernikahan Drive Thru.  Â
Jadi secara prakteknya hampir seperti kita memesan makanan sisttem drive thru. Â Pesan, bayar, ambil pesanan makanan minuman, pulang.
Pasangan pengantin siap menunggu di pelaminan yang sudah persiapkan. Pasangan ini siap menyambut para tamu yang datang di dalam mobil. Setelah menyampaikan doa restu tanpa bersalaman pada kedua mempelai, para tamu bisa memasukkan amplop (berisi uang hahaha) ke panitia yang sudah sedia dengan kotak.Â
Tambahan untuk rencana pesta adat Batak dari putri teman saya ini, selain kotak untuk menampung amplop dari para tamu, mungkin perlu disediakan baki atau wadah  cantik sehingga para tamu dari dalam mobil bisa menyampaikan ulos untuk sang pengantin.Â
Para tamu juga disiapkan nasi kotak sebagai pengganti hidangan buffet yang mereka langsung ambil dari dalam mobil, dan tamu bisa langsung pulang. Â
Tantangan Selalu Menciptakan Ide Baru bagi Mereka yang Tidak Menyerah
Puji Tuhan.Â
Berarti sudah ada solusi yang cukup layak dilaksanakan untuk acara pertunangan dan acara pernikahan, termasuk melangsungkan  pernikahan tradisional, di masa-masa luar biasa ini.Â
Di balik tantangan wabah corona ada blessing in disquise, yakni acara bisa lebih cepat dan lebih efisien, tanpa meninggalkan kebahagian dan nilai nilai kekeluargaan dan adat istiadat.Â
Bukan rahasia toh kalau generasi muda terutama para millenial Suku Batak Toba, sudah mengeluhkan banyaknya biaya untuk menyelenggarakan pesta adat.Â
Sementara para tamu mengeluhkan betapa panjang waktu yang mesti disiapkan untuk acara adat perkawinan (dan juga adat lainnya termasuk kematian orang tua, saur matua, sari matua) Â Jadi segala acara seremonial pesta pertunangan dan pesta pernikahan yang lengkap adat tradisional tetap dilaksanakan tetapi bisa dipersingkat. Â
Walaupun terus terang hal ini terus menerus menjadi perdebatan abadi, tetapi hare gene semestinya hal-hal yang "memberatkan" bisa sama-sama dicari solusi sehingga bisa meringankan biaya dan mempersingkat waktu semua orang yang terlibat. Â
Kembali ke rencana pernikahan putri teman saya. Yang paling penting, semua adat istiadat dijalankan dengan baik. Kedua belah pihak sudah memenuhi tradisi dan ibadah gereja sesuai standar.Â
Dan para tamu tidak merasa keberatan, bingung apalagi terpaksa menghadiri acara pertunangan dan pernikahan karena takut ancaman corona; mengingat mereka harus ada  satu ruangan pesta ratusan orang;  sehingga sangat tidak mungkin social distance alias jaga jarak bisa dilaksanakan.
Sebagai penutup, kita bisa bernyanyi lagu gereja abadi NKB 188 Tiap Langkahku , yang asli Syair dan lagu: Each Step I Take; Elmo Mercer
Terjemahan: K.P. Nugroho yang diubah sedikit liriknya di masa ancaman virus corona ini.Â
- Tiap langkahku diatur oleh Tuhan dan Tangan KasihNya memimpinku
- Di tengah badai corona menakutkan, akupun tetap tenang teduh
- Pesta pertunangan dan perkawinan tetap bisa kita laksanakanÂ
- Dengan teknologi dan kreatifitas, kita tetap bersuka cita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H