Selain demam ketakutan ketularan virus corona, ternyata ada demam lain yang sedang hot di Indonesia. Ya, Â demam pemilihan Duta alias orang yang dianggap tepat mengkampanyekan, mempromosikan sesuatu yang diharapkan bisa memotivasi masyarakat umum. Â
Menyambut keputusan Pemerintah mewajibkan  home learning bagi semua siswa di Jakarta dan  Indonesia, maka ijinkan  saya mengusulkan Duta Belajar home learning.  Tujuannya agar semua siswa di Jakarta maupun tempat lain,  yang akan memulai cara home learning dapat melihat langsung contoh nyata, mereka  yang sudah menjalani dan sukses.Â
Home learning itu mendidik anak untuk menjawab How dan Why. Sementara pada umumnya, sistem belajar di sekolah biasa dengan para guru kelas, hanya mampu mengajarkan terbatas menjawab What, Who, Where, dan When.Â
Implementasi dari pelajaran sekolah kuno adalah tes pilihan ganda yang kualitasnya Low Order Thinking Skills. Siswa cuma menghafal, itupun hasil latihan di bimbel sepulang sekolah. Karena guru-guru di sekolah formal sibuk bikin laporan dan tidak termotivasi mengajar bagus, ups.Â
Sementara sejak Mas Menteri didapuk jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dia langsung menuntut HOTS, High Order Thinking Skills; yang intinya bisa membuat siswa menjawab How dan Why dalam berbagai materi pelajaran dan itu  tercapai jika siswa  home learning melengkapi pelajaran sekolah.  Â
Home learning is Homeschooling
Karena itulah yang layak jadi Duta home learning adalah siswa yang memang terbiasa belajar mandiri.  Mereka ada dalam komunitas belajar yang Tut Wuri Handayani atau yang  Merdeka Belajar.Â
Dan setahu saya, di Indonesia sudah ada beberapa komunitas pendidikan yang menerapkan konsep Merdeka Belajar, bahkan sejak sepuluh tahun lalu. Itulah yang dikenal dengan Homeschooling. Buat yang baru dengar, Homeschooling adalah metode belajar mandiri yang terdaftar resmi sebagai lembaga edukasi di Kementerian Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan.
Jadi yang paling cocok jadi Duta Homeschooling alias Duta home learning tak lain tak bukan adalah siswa yang sudah memilih jalur pendidikan Homeschooling.Â
Jadi bukan  siswa yang bersekolah umum alias sekolah negeri, sekolah nasional, sekolah nasional plus, sekolah internasional atau entah apalah namanya. Numpang tanya, siapa siswa yang bersekolah umum mana yang terbiasa mempraktekkan home learning. Karena prakteknya, home learning hanya digunakan untuk mencari jawaban PR dan esoknya dinilai  guru kelasnya tanpa ada kesempatan berdiskusi. Itu mah bukan home learning, karena belum sepenuhnya mendapat kebebasan Belajar Mandiri, Merdeka Belajar.
Sementara di Homeschooling, khususnya di Homeschooling Mercy Smart, siswa belajar mandiri.  Mentor  sekadar memandu dan memantau.Â
Misalnya berdiskusi mengapa siswa memilih membuat paper tentang asyiknya menjadi penerjemah Bahasa Inggris. Mentor memberi panduan agar siswa yang menggali info persyaratan menjadi penerjemah Bahasa Inggris.Â