Sebenarnya demam superbloodblue moon sudah berlalu, tetapi ada bebeberapa catatan agar Pemprov DKI sebagai penyelenggara kegiatan nonton bareng buat warga Jakarta bisa introspeksi. Harusnya keluhan yang beginian sudah diantisipasi, tetapi entah kenapa kok kelihatannya Pemprov DKI belum bisa move onuntuk memperbaiki diri.
Ini catatan dari acara nobar Superbloodblue moon di Taman Ismail Marzuki 31 Januari 2018. Acara diselenggarakan oleh Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Planetarium Taman Ismail Marzuki.Â
Sejak jauh-jauh hari sampai H-1 dibuka pendaftaran online bagi warga yang ingin nobar. Bahkan pada H-3 sudah dipublikasi di media massa,  bahwa sudah ada 5000 orang yang mendaftar online untuk ikut nobar di TIM.  Pihak Planetarium sudah  menyediakan 16 teleskop untuk warga agar bisa lebih jelas (lebih besar) melihat penampakan bulan saat gerhana.
Prosedur untuk bisa nonton bareng di TIM adalah mendaftar online. Â Kemudian pada hari H, 31 Januari 2018 peserta datang mulai pukul 17 ke meja registrasi. Â Di meja registrasi diminta tulis nama, lalu tangan kanan di-stemple Pemprov DKI Jakarta. Setelah itu peserta dibagi kelompok antrean dari teleskop 1 sampai teleskop 16 untuk dapat giliran mengintip bulan dari teleskop.
Beberapa catatan untuk Penyelenggara Nobar yakni Pemprov DKI Jakarta, Pihak TIM, Pihak Planetarium dkk.
1. Tidak Bisa Antre
Harus diantisipasi bahwa perlu dibuat semacam jalur antrean, bila perlu dipasang tali, sehingga tidak bisa saling menyerobot.Â
Sebenarnya kami sudah mengantisipasi akan banyaknya orang. Oleh karena itu,  kami memakai  strategi, ada siswa MercySmart yang duluan datang  sekitar puul 16.30 di TIM  untuk me-registrasi semua rombongan MercySmart Homeschooling.  Jadi rombongan yang terlambat tidak perlu registrasi lagi dan bisa langsung baris dalam antrean.Â
Namun ketika pukul 18 kami datang, ehternyata siswa itu  berada di barisan ke 50 dari depan. Tentu saja saya mengomel, "Sudah datang 1,5 jam duluan kok dapat antrean di belakang?" Â
Ternyata budaya antre para pengunjung sangat parah. Ibu-ibu membawa anak kecil tanpa rasa bersalah langsung menyerobot masuk barisan di depan. Apalagi ternyata emak-emak jaman now itu tidak ada stempel, alias belum registrasi ulang, tetapi itu dibiarkan oleh petugas.Â