Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Untold Story, 17-an di Istana Negara, Seru!

18 Agustus 2017   15:13 Diperbarui: 19 Agustus 2017   06:18 1734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu diumumkan upacara segera dimulai. Semua undangan kembali tertib ke tempat duduk masing-masing. Upacara berjalan rapi dan menurut pengamatan saya,  ribuan undangan serius mengikuti. Diminta berdiri, memberi hormat, duduk kembali semua rapi.

Istana  Negara yang instagramable

Selepas acara resmi, diumumkan peserta baju terbaik.

Eh bener juga, Oma Dayak dan Bapak Aceh terpilih dan bahagia pulang bawa sepeda. Para tetangga di tribun E jadi ikutan bangga. Walaupun  nggak dapat sepeda, undangan lain juga senang, dapat goodybagsatu tas kain keren berisi t-shirt, topi, notes berlogo resmi 72.

Walau nggak dapat makan malam, snacks dua potong roti dan dua botol minuman cukuplah. Namun yang bikin kenangan terindah hmm, undangan bisa foto both berlatar istana dan lengkap logo kenegaraan 72 tahun Indonesia Merdeka.

Sudah cukup? Belum.  

Sebenarnya acara berakhir pk 18an, tetapi masih ratusan undangan yang betah. Mereka memanfaatkan halaman istana dan air mancur menjadi lokasi foto karena instagramable, maksudnya layak dipamerkan di instagram.

Ditambah lagi, ajudan Presiden yang guanteng-guanteng sumringah diajak foto emak-emak,  termasuk emak yang berhijab,  santai berfoto berdua dengan lelaki bukan muhrim (ups maaf), dan sang anak yang jadi tukang fotonya. Dan Paspamres dengan sabar melayani masyarakat, sambil berkali-kali bilang, ayo sudah waktunya pulang dengan nada ramah.

Hahaha, saya merasa keakraban kembali pulih. Indonesiaku dengan Bhineka Tunggal Ika menjadi terasa dan nyata.

Saatnya, Kerja Bersama

Persatuan yang sempat robek --karena oknum yang menghalalkan segala cara untuk pilkada-- moga-moga bisa pelan tapi pasti terjahit rapi kembali.

Semoga kita sanggup menerima perbedaan, dan tidak pernah merasa lebih hebat dari orang yang berbeda.

Setahu saya, di Indonesia tidak pernah dikenal konsep mayoritas dan minoritas, Bisa saja satu kelompok merasa mayoritas jumlah orangnya, tetapi  tanpa kekuatan ekonomi?  Bisa juga ada kelompok merasa mayoritas karena merasa punya dukungan partai "berjargon" agama?  Eits nanti dulu, biar setiap ucapan penuh dengan jargon agama dan berpenampilan bak orang suci, apa iya partainya bisa dipercaya? Jangan-jangan cuma "jualan agama" tetapi isinya busuk, cuma cari kesempatan korupsi memperkaya diri sendiri,  dan penuh iri dengki. Hadeeeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun