Begitu diumumkan upacara segera dimulai. Semua undangan kembali tertib ke tempat duduk masing-masing. Upacara berjalan rapi dan menurut pengamatan saya, Â ribuan undangan serius mengikuti. Diminta berdiri, memberi hormat, duduk kembali semua rapi.
Istana  Negara yang instagramable
Selepas acara resmi, diumumkan peserta baju terbaik.
Eh bener juga, Oma Dayak dan Bapak Aceh terpilih dan bahagia pulang bawa sepeda. Para tetangga di tribun E jadi ikutan bangga. Walaupun  nggak dapat sepeda, undangan lain juga senang, dapat goodybagsatu tas kain keren berisi t-shirt, topi, notes berlogo resmi 72.
Walau nggak dapat makan malam, snacks dua potong roti dan dua botol minuman cukuplah. Namun yang bikin kenangan terindah hmm, undangan bisa foto both berlatar istana dan lengkap logo kenegaraan 72 tahun Indonesia Merdeka.
Sudah cukup? Belum. Â
Sebenarnya acara berakhir pk 18an, tetapi masih ratusan undangan yang betah. Mereka memanfaatkan halaman istana dan air mancur menjadi lokasi foto karena instagramable, maksudnya layak dipamerkan di instagram.
Ditambah lagi, ajudan Presiden yang guanteng-guanteng sumringah diajak foto emak-emak, Â termasuk emak yang berhijab, Â santai berfoto berdua dengan lelaki bukan muhrim (ups maaf), dan sang anak yang jadi tukang fotonya. Dan Paspamres dengan sabar melayani masyarakat, sambil berkali-kali bilang, ayo sudah waktunya pulang dengan nada ramah.
Hahaha, saya merasa keakraban kembali pulih. Indonesiaku dengan Bhineka Tunggal Ika menjadi terasa dan nyata.
Saatnya, Kerja Bersama
Persatuan yang sempat robek --karena oknum yang menghalalkan segala cara untuk pilkada-- moga-moga bisa pelan tapi pasti terjahit rapi kembali.
Semoga kita sanggup menerima perbedaan, dan tidak pernah merasa lebih hebat dari orang yang berbeda.
Setahu saya, di Indonesia tidak pernah dikenal konsep mayoritas dan minoritas, Bisa saja satu kelompok merasa mayoritas jumlah orangnya, tetapi  tanpa kekuatan ekonomi?  Bisa juga ada kelompok merasa mayoritas karena merasa punya dukungan partai "berjargon" agama?  Eits nanti dulu, biar setiap ucapan penuh dengan jargon agama dan berpenampilan bak orang suci, apa iya partainya bisa dipercaya? Jangan-jangan cuma "jualan agama" tetapi isinya busuk, cuma cari kesempatan korupsi memperkaya diri sendiri,  dan penuh iri dengki. Hadeeeh.