Agak kaget saya dan mungkin anda membaca berita konglomerat DL Sitorus menghembuskan nafas terakhirnya. Sitorus meninggal di kursi pesawat Garuda GA 188 saat boarding di Medan dari Jakarta tadi siang.
Darianus Lungguk Sitorus yang saya ingat dan dari laporan foto-foto media  selalu menjaga kebugaran dan tubuh yang proporsional.
Pertama kali melihat sosoknya yang tinggi dan proposional pada awal tahun 1980an. Saat itu Pak De eL, begitu biasa dipanggil, mau memberi modal pembangunan Gereja HKBP Tanjung Priok sekitar ratusan juta rupiah. Jumlah yang sangat besar saat itu.
Kenyataannya, lelaki Batak itu mau memodali biaya pembngunan, tanpa jaminan apapun, sehingga jemaat HKBP Tanjung Priok yang umumnya hidup pas-pas-an, Â bisa mencicil biaya sampai belasan tahun.
De eL merupakan satu pengusaha Batak yang sukses dan punya komitmen sosial yang tinggi. Â Konon De eL memiliki ikatan batin dengan Gereja HKBP Tanjung Priok karena saat masih remaja ia sempat bekerja sebagai buruh di pelabuhan Tanjung Priok.
Karena itulah ia sempat berkaul, jika mendapat rejeki, ia akan membangun gereja yang tadinya cuma numpang di gereja lain di gang sempit gang Forth / Ford  menjadi bangunan gedung yang layak.
Bukan cuma layak, dari bangunan gereja 100 meter persegi, jemaat HKBP Tanjung Priok di bawah pimpinan Voorhanger St HP Sihombing bisa pindah ke Jl Swasembada Timur. Gedung gereja megah berdiri di  tanah sekitar 1000 meter persegi sehingga bisa menampung ribuan keluarga Batak Kristen jemaatnya.
Sejak dibangun tahun 1980an sampai  kini, Gereja HKBP Tanjung Priok termasuk gedung gereja terbesar di DKI Jakarta dan di Indonesia.
Jasa DL Sitorus bukan cuma dirasakan komunitas Batak di ibukota. Di kampung halamannya, penghargaan pada Sitorus dibuat menjadi nama jalan.
Peresmian DL Sitorus menjadi nama jalan terpanjang di Toba Samosir yang meliputi dua kecamatan, Lumbanjulu dan Ajibata, dilakukan Bupati  Monang Sitorus  dan Ketua DPRD Toba Samosir, pada 21 Maret 2009.
Kasus Hukum DL Sitorus