Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Siapapun Wagubnya, Gubernurnya tetap Ahok

6 Agustus 2016   12:43 Diperbarui: 6 Agustus 2016   12:53 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat datang Kompasianer. Haters dan lover Ahok pembaca tulisan ini.

Melihat peta politik Pilkada Gubernur DKI Jakarta, pasti makin seru pertarungan ide dan konsep antara Lovers dan Haters Ahok.  Kedua kubu  memperebutkan Swing Voter yang katanya masih 80% dari Pemilik KTP DKI Jakarta. Agak bingung juga sih kalau dihitung 80% dari pemilik KTP Jakarta yang 7 juta =  5,6 juta  KTP lagi. Walah banyak juga ya. 

Buat yang nggak ber-KTP Jakarta, please mingkem ya. Apalagi buat mbak TKW dan mas TKI yang kerja di Arab sana. please mingkem. Anda cukup jadi pengamat kebatinan. Ntar kalau ada pemilihan RT atau RW, lurah, dan seterusnya,  di kampungnya, silakan berkoar-koar lagi.

Sebagai pemilik KTP Jakarta, saya tertawa geli melihat justru yang ngamuk karena Ahok akhirnya memilih jalur Parpol, ternyata bukan pemilik KTP Jakarta. Teman Ahok membuka data bahwa 1 juta lebih pemilik KTP DKI Jakarta yang sudah sepakat, KTP Gue Buat Ahok, ternyata masih solid. 

Para Temen Ahok ini bukan orang bodoh kok, mereka mendukung Ahok lewat jalur partai karena sadar sesadar-sadarnya bahwa itulah win win solution. Semua orang yang pernah ikutan sebagai calon Komisioner KPU dan KPUD tahu persis, persyaratan untuk jadi calon independen sangat-sangat sulit.  Mesti ngumpulin KTP 500.000 orang.  Nah itu juga bakal dipersulit lagi dengan berbagai aturan yang judulnya,  bikin tambah beban untuk meraih kursi DKI 1 lewat jalur independen.

Buat yang belum pernah denger, sekitar 7 tahun lalu sebenarnya Ahok pernah menempuh langkah awal menjadi calon independen  Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, siapa yang kenal Ahok? Kabarnya untuk mengumpulkan dua ribu KTP saja, Ahok nggak mampu. Bahkan kisah nyata, Ahok akhirnya mengirim sms minta maaf kepada seribu orang yang sudah memberikan KTP. Bahwa karena kuota sekitar 2000 KTP tidak terpenuhi, maka Ahok tidak bisa maju sebagai calon Gubernur independen di Jakarta. 

Jadi saya haqul yaqin kalau Ahok sangat menghargai Teman Ahok yang terbukti menggaet lebih dari 1.000.000 KTP warga Jakarta. Makanya, nggak usah bingung, atau malah manas-manasin seolah olah Teman Ahok ditinggalkan. Bahwa pilihan Ahok lewat jalur paryai adalah strategi terbaik saat sikon politik sekarang.

Strategi para calon DKI 1

Jadi daripada ngabisin energi ngurusin berbagai persyaratan sebagai calon independen sesuai permintaan wasit Pilkada, mending Ahok focus pada strategi pemenangan. Hari ini Ahok sudah memutuskan Nusron Wahid, yang  politikus muda Golkar menjadi panglima pertarungan Ahok.  Hmmm, mantap juga.

Sementara kita belum dengar strategi kubu lawan pertama Ahok, Sandiaga Uno.  Namun kemungkinan, Sandi akan menggaet mantan menteri yang baru dilengserkan  Presiden Jokowi. Entah Anies Baswedan atau Rizal Ramli. Atau mencoba menggandeng tokoh "setengah matang politik" karena belum pernah jadi eksekutif kepala daerah.

Dalam beberapa wawancara Sandi mencoba analogi David versus Goliath pada Pilkada 2017 nanti. Sorry mas Sandi, saya melihatnya pertarungan antara Sandi sang petugas partai, bersaing dengan Ahok, pemimpin merdeka tak bisa didikte partai. 

Buat mayoritas pemilih yang melek politik, selama masih jadi petugas partai, maka siapapundia, sulit atau bahkan tidak akan mampu memberantas mafia dan mega korupsi yang otaknya adalah anggota parpol juga.

Di kubu lain, PDIP mash maju mundur terus.  Memang sih, kalau kita jadi Kanjeng Ratu Megawati, pasti bingung.com. Di satu pihak, Megawati tahu persis calon dari kandang PDIP saat ini,  Bu Risma dan Pak Jarot secara kualitas dan prestasi masih di bawah Ahok.  Apalagi ini Pilkada di DKI Jakarta, yang terbukti setiap hari hingar bingar berita Sang Gubernur Ahok menjadi trending topic terus. Maksudnya popularitas Ahok,  sadar atau  belum sadar, makin moncer.

Kabar terakhir mbakyu Risma tetap memilih di Surabaya. Risma dan juga Ridwan Kamil, kalau cerdas berhiting lebih baik bertahan jadi walikota yang hebat, sehingga elangkah menjadi gubernur di daerahnya, dan bukan di Jakarta.

Jadi siapa yang bakal menjadi Gubernur Jakarta 2017 - 2022. Atas ijin Tuhan, petahana Gubernur Ahok adalah yang trrbaik saat ini. Cuma Ahok yang terbukti ampuh 

membungkam oknum preman berjubah agama, 

menghentikan oknum mafia tanah dan parkiran berjubah etnis betawi, 

menelanjangi bisnis kotor konglomerat properti, 

dan membuat kocar kacir persengkokolan jahat DPRD DKi Jakarta. 

Buat yang masih ngotot kalau Ahok harus diganti, coba mikir dulu. Letnan Jenderal Sutiyoso yang pernah 10 tahun jadi Gubernur DKi Jakarta, tidak berkutik menghadapi mafia dari berbagai arah itu. Penerusnya Foke, Doktor lulusan Jerman yang putra Betawi, ternyata tidak bisa berbuat banyak menghadapi kesewenang-wenangan preman yang isinya lelaki  berpenampilan jenggot arab  (ada info yang menyatakan,  moga moga salah, Foke ikutan jadi donatur mereka, dengan analogi, anjing kalau dikasih makan tiap hari, akan jinak).

Ahok menggenapi Firman Tuhan

Kalau pakai akal manusia, agak spektakuler kisah lelaki double minoritas ini, sudah Cina, Kristen pula. Namun terbukti Ahok selalu lolos dari jebakan batman, terutama yang dilakukan para bawahannya sendiri dan musuh politik yang selama ini rakus menggerogoti Dana APBD DKI Jakarta. Kasus rumah sakit Sumber Waras, kasus Pulau G dan reklamasi pantai, dan berbagai kasus lainnya. 

Ahok benar benar wujud Ayat Alkitab, ditempatkan Tuhan seperti domba di tengah serigala. Serigala ini bukan cuma satu atau dua ekor, tapi gerombolan serigala. Seperti yang sedang dimulai mereka dengan Kelompok "Asal Bukan Ahok". Bukan cuma musuh bebuyutan Ahok seperti Lulung, Habiburrohman,  Muhamad Taufik, Sanusi --Santun tapi korupsi, tetapi juga para pentolan partai PDIP Masinton "bogem sekretaris" Pasaribu, Pentolan Demokrat yang oportunis, PkS yang siap mencari celah menjual kesantunan dan anti pemimpin Kristen, dan banyak lagi serigala berbulu domba.

Buat warga Jakarta, apapun agamamu, mari kita doakan para pemimpin kita, agar dijaga Tuhan. Tetap diberi keberanian membongkar kebusukan politik selama ini, tetap semangat mewujudkan ide dan imovasi untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Semoga para pemimpin dan keluarganya Tuhan jaga 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

Siapa Wakil Gubernur Ahok?

Kembali ke judul postingan ini, Siapapun wakilnya, Gubernurnya tetap Ahok. 

Kalau mau ikut hitung hitungan, Kanjeng Mbakyu Megawati akhirnya memeluk Ahok, maka otomatis Djarot akan kembali menjadi wakil gubernur.  Yo wis Mas Djarot, bersabarlah dan belajarlah dalam 5 tahun ke depan supaya anda layak menjadi DKI 1 berikutnya.

Sejauh ini memang "sedih" juga menjadi Pak Djarot. Saya menjadi saksi betapa jauhnya pesona DKI 1 dan DKI 2 saat ini. Pak Djarot harus melipir diam diam karena orang tidak terlalu nge-fans atau memang profil Pak Djarot kurang instagram-able, kurang menarik kalau dipamerin di instagram. 

Sementara sampai tadi pagi, Pak Ahok sampai memposting di instagram, kalau pertemuan dengan ibu ibu tanyanjawab cuma 30 menit, sesi foto 120 menit.  Demikian juga, kalau pameran yang dijaga mbak mbak cantik manis kinyis kinyis,  bahkan ketika saya ikut kompetisi programmer tingkat nasional, yanag isinya para mas mas hacker yang geek.  Ketika Pak Ahok datang, acara berantakan sejenak karena semua berebut berfoto dengan Pak Ahok. Kecintaan warga Jakarta dan warga luar Jakarta untuk bisa foto dengan Pak Ahok  nyata dan masih berlangsung sampai hari ini.

Namun kalau ternyata PDIP ngawur, dan tidak mendukung Ahok, maka Heru Budi yang akan menjadi wakil gubernur. Kebetulan, saya pernah ngobrol dengan Om Heru. Secara naluri, saya memilih Heru menjadi wakil gubernur Ahok 2017 - 2022. Heru lebih nge-blend secara karakter dan kecerdasan dengan Ahok. Heru yang berkarakter tenang dan santun, bisa melengkapi Ahok yang katanya tidak santun dan meluap-luap. Padahal, berkali kali saya bertemu Pak Ahok, termasuk di acara Nangkring Kompasiana, Ahok termasuk presenter yang santun dan membuat peserta awet sampai akhir acara.

Ahok dan Heru, keduanya berlatar belakang pendidikan yang bagus, master. Keduanya berasal dari keluarga yang berkecukupan. Keduanya berperawakan instagram-able, jadi bakal jadi sasaran foto ibu ibu, mbak mbak, bahkan mas mas hacker juga.

Namun yang paling penting, keduanya sangat serasi karena keduanya bukan "petugas partai" sehingga bisa leluasa mengambil keputusan tanpa perlu banyak berhitung kepentingan dan utang budi pada partai.

Namun siapa yang akan jadi wakil Gubernur, DKI 2, masih misteri Tuhan. Siapapun wakilnya, Gubernur DKI tetap Ahok, 2017 - 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun