Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

I La Galigo, Kerumitan Cinta Orang Bugis

14 Mei 2016   22:45 Diperbarui: 14 Mei 2016   22:57 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I La Galigo Asikku (Ila Galigo Namaku) begitu judul pentas teater persembahan Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin Jabodetabek.  Pertunjukkan berlangsung 12 - 13 Mei di Graha Bakti Budaya TIM Jakarta.

Kisahmasyarakat Bugis itu merupakan bagian tak terpisahkan dari Ikon Sureg Galigo. Di tahun 2011, Sureg Galigo diakui UNESCO sebagai epik mitos terpanjang di dunia, sekaligus sebagai warisan budaya dunia dalam kategori "Memory of The World".

Sepanjang menikmati pertunjukkan I La Galigo Asikku, saya yang datang bersama kedua anak remaja saya, terkagum-kagum dengan musik yang membangkitkan bulu roma.  Padahal penata musik Jamal Gentayangan hanya menyajikan alat musik tradisional yang dimainkan delapan orang. Bahkan para pemain musik ini juga ikut memainkan peran sebagai para dukun di satu babak dan sebagai pasukan andalan Pangeran Sawerigading, ayah I La Galigo.

Pentas Teater yang relatif sederhana, dengan mengandalkan kekuatan ekspresi para pemainnya sekaligus sutradara dan koreografer, Ilham Anwar  dan kawan-kawan bisa saya bilang sangat efisien.  Dikreasikan dengan Bahasa Indonesia dan bahasa Bugis, buat orang yang tidak mengerti bahasa Bugis sempat membuat kebingungan. Apalagi penerjemah Bahasa Indonesia di awal-awal pertunjukkan suaranya sering tidak terdengar. 

Saat itulah saya melihat beberapa penonton memilih asyik membuka gadget, termasuk aktor Slamet Raharjo dan anak saya, Andre Christoga. Namun ketika masuk adegan mistis diiringi bunyi lirih alat musik,  penonton kembali hanyut dengan kisah cinta Pangeran Bugis ini.

Pertunjukkan teater  I La Galigo Asikku menurut saya, yang bener-bener tidak paham dengan bahasa Bugis, adalah kisah cinta tak terbalas yang akhirnya membawa kerumitan. I La Galigo sesungguhnya bermakna kerumitan.

  

ila-galigo-6-57374226d67e61970a175d91.jpg
ila-galigo-6-57374226d67e61970a175d91.jpg
Pentas dibuka dengan kisah Sawerigading, putera Batara Lattug dan We Datu Sengseng.

Lalu, problema besar terjadi karena sejak jaman nenek moyang, telah terjadi perkawinan incest, antara abang dan adik kandung. Dan itulah yang dicoba dilarang oleh Batara Lattug ketika Sawerigading jatuh cinta pada adik kembarnya  bernama I Tenri Abeng. 

Cinta terlarang membuat Sawerigading berlayar ke negeri Cina, mencari cinta yang lain, yang secara fisik mempunyai kemiripan dengan I Tenri Abeng.  Ternyata ada putri mahkota bernama I We Cudai yang mirip fisik dan kecantikan nya.  Demi menjumpai dan mendapatkan cinta I We Cudai, konon Sawerigading meninggalkan kemewahan untuk berlayar menempuh 7 samudera selama bertahun-tahun. Namun sayangnya, perjuangan itu ternyata ditolak mentah-mentah oleh Sang Putri Cina.

Saat itulah Sawerigading naik darah dan menghunus pedang menghancurkan pasukan negeri Cina. Kehancuran itu membuat ayah I We Cudai, Raja Cina bertekuk lutut dan meminta putrinya untuk menikahi pangeran Bugis. Dalam perkawinan yang penuh liku-liku itulah lahir I La Galigo, putera tampan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun