[caption caption="Ttaman NKRI Kelapa Lilin Kelapa Gading Jakarta Utara| Ilustrasi: Dokpri"][/caption]Sudah lama tidak bertemu langsung dengan Pak Ahok, membuat banyak teman yang tinggal di kawasan Kelapa Gading bersemangat menunggu kehadiran nanti malam. Â Terakhir Pak Ahok ke Kelapa Gading saat tahun baru 1 Januari 2016 di La Piazza Kelapa Gading. Waktu itu ribuan orang hadir, dan kami cuma menyaksikan Pak Ahok lewat layar monitor raksasa saja.
Sesuai undangan, Â Pak Ahok datang ke warga Jakarta sesuai dengan kapasitasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, yakni meresmikan taman NKRI di kawasan Kelapa Lilin Kelapa Gading Jakarta Utara.
Ini perlu diperjelas karena belakangan ini ada saja kelompok warga yang mati-matian mengorek-ngorek sisi negatif Pak Ahok. Hal yang baik dan pantas seperti mendatangi warga, bisa disebut macam-macam. Buat yang nyinyir dan tidak suka dengan kehadiran Gubernurnya, biarkan saja.
Sementara sebagai warga Jakarta, pemegang KTP Jakarta, dan mencari makan di Jakarta, sayang banget jika melewatkan kesempatan bertemu langsung dengan Pak Gubernur.Â
Kira-kira mau ngapain ya bila ketemu Pak Ahok?
Itu yang ditanyakan oleh anak-anak saya (12 tahun dan 17 tahun) yang mulai kritis kalau diajak pergi. "Paling-paling mama nanti foto bareng Om Ahok, dan itu mesti berebut." Begitu ucap anakku sedikit sombong. Â
Maklum, kedua anak saya bisa foto selfie bareng Om Ahok karena prestasinya. Mereka tercatat sebagai programmer (termuda) yang sedang co-working di Jakarta Smart City, unit Information Teknologi Pemda DKI Jakarta. Â Apalagi Kantor Jakarta Smart City itu persis satu gedung dengan Kantor Pak Ahok di Balai Kota. Jadi buat kedua anak saya, kalau mau ketemu Pak Ahok ya sudah biasa.
Sementara buat saya, kehadiran Pak Ahok secara langsung, mendengar ucapan-ucapannya secara langsung, pasti menjadi hal yang menarik dan penting.
Menarik karena saya bisa menangkap nuansa langsung cara bicara Pak Ahok. Artinya tidak semata-mata membaca ucapan yang sudah dikutip sana-sini dan akhirnya digoreng sedemikian rupa dan menimbulkan kesan negatif, bahwa Ahok orang yang kasar bicaranya, tidak santun, dan tidak pantas.
Penting karena sebagai warga Jakarta, sosok Pak Ahok membuktikan keberpihakan Pemerintah kepada warganya. Bukan rahasia, seumur-umur jadi warga Jakarta, sejak jaman Ali Sadikin sampai Pak Ahok, bisa dikatakan, hanya 3 gubernur Jakarta yang dekat di hati karena ketulusan dan bukti kerja mereka. Ke-3 Gubernur Jakarta itu adalah Ali Sadikin, Jokowi, dan Ahok.
Gubernur DKI lain? Â sorry to say. Buat saya mereka nggak cetak prestasi dan membiarkan bawahannya berpesta korupsi, kolusi dan nepotisme. Nggak heran kalau jaman Foke atau Sutiyoso, KTP mesti bayar Rp 100 ribu (halo tahun 1990an uang Rp 100 ribu itu lumayan besar loh).
Belum lagi proyek Bansos baik lewat Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, dan SKPD lainnya malah dikuras habis para pejabat dan kroni-kroninya sampai tingkat Kecamatan, Kelurahan, RW, bahkan RT.  Saya ingat banget pembagian kompor gas hijau, yang disebut kompor apel, yang untuk warga miskin, ternyata menjadi bancakan ketua RW dan handai taulannya yang nggak masuk kategori miskin. Sementara mbak penjaga warteg di lingkungan  RT  saya, malah nggak pernah dapat bagian. Saya ingat itu masa Foke jadi gubernur Jakarta.
Bila akhirnya bisa bertemu langsung, sudah pasti bapak dan ibu warga Kelapa Gading akan menanyakan antara lain :
- Pajak Bumi Bangunan Tahun 2016 yang naik 200 % bahkan lebih
- Rencana Pemda untuk mengatasi banjir yang rajin kunjungin wilayah Kelapa Gading
- Rencana mengatasi ormas yang msih sering malak-in warga
- dll
Pemimpin Bersih, Aparat Jakarta nggak Korupsi
Dibandingkan tahun-tahun "kejayaan'" aparat Pemda DKI sebagai penguasa Jakarta  sekarang hampir semua aparat Pemda DKI Jakarta sudah kembali ke fitrahnya. Mereka digaji untuk melayani masyarakat semua. Aparat bukanlah keparat yang memeras rakyat Jakarta. Aparat bukan lagi raja-raja kecil yang bebas mempermainkan warga yang membutuhkan administrasi dan surat dari Pemerintahan.
Semoga Tuhan memberkati para petugas Pemda DKI Jakarta yang jujur, profesional, dan sadar kewajiban untuk melayani masyarakat. Dan itu semua bisa terjadi kalau Pemimpinnya jujur dan punya kapasitas yang mumpuni. Dan Pak Ahok punya kapastian itu semua.
Yap segitu dulu. Sampai nanti malam ya. Moga-moga malam ini warga Jakarta, termasuk saya, akhirnya bisa bertemu langsung dengan Pak Gubernur Ahok. Pemimpin yang punya integritas, sesuai kata dengan perbuatan.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H