dan menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam Final Putri Remaja Indonesia.
Ajang yang selalu dikemas apik dan kreatif sehingga selalu ditunggu jutaan gadis muda Indonesia .
Â
Sayangnya, ajang Finalis Putri Remaja Indonesia hanya 7 kali digelar, yakni di tahun 1975, 1976, 1977, 1978, 1980, 1985, dan 1988.                      Â
Setelah itu sampai sekarang Indonesia disuguhkan berbagai ajang pemilihan putri yang selintas serupa tetapi tidak sama.                         Mengapa tidak sama, karena standar seleksi dan tujuannya berbeda. Dan memang akhirnya waktu juga yang membuktikan siapa yang layak disebut Putri Sejati (remaja) Indonesia.
Tidak terasa lebih 40 tahun berlalu dan berkat kecanggihan teknologi para Finalis Putri Remaja Indonesia FPRIÂ bisa berkumpul lewat Whatsapp dan facebook Finalis Putri Remaja Indonesia.Â
Uniknya, setiap finalis Putri yang bisa berjarak 15 tahun,bebas berkomunikasi tentang apa saja: politik, Â ekonomi, kesehatan, makanan, suka duka menjalani hidup, dan berbagai isu yang hangat di jejaring sosial. Â Sebutlah ketika topic Miss Universe 2015 yang tertukar, atau berita seorang finalis Miss Indonesia yang ditangkap polisi di kamar hotel. Tiga jam ditinggal, biasanya sudah ratusan pesan masuk di WA FPRI.
Â
Kualitas dan kecerdasan finalis para putri tetap terasah dan terkadang menimbulkan decak kekaguman. Ternyata aura ke-putri-an dan karakter positif masih tetap terjaga sampai di usia senja.
Dari data Apa Kabar FPRI 2016, alumni FPRI banyak memilih berkarier di bidang non-entertainment, seperti pendidik, penggiat homeschooling, dosen, dan praktisi Kedokteran (gigi), teknologi, psikologi, coding komputer, pertanian, humaniora, hukum, politik, DPR, staf ahli MPR bahkan sebagai philantropist.
Jangan ditanya mengenai gelar pendidikan, bisa dikatakan para alumni FPRI bergelar Sarjana, Master, bahkan Doktor dan Doktor Honoris Causa.  Yang lebih membanggakan adalah anak-anak tercinta dari para FPRI juga berprestasi, termasuk sudah sarjana dan master di dalam dan luar negeri. Â