Jadi tidak perlu terlalu heran jika dari daftar prestasi sepanjang kurun waktu 40 tahun tersebut, upaya kerja keras dan kerja cerdas membuktikan FPRI terus mencetak berbagai prestasi di bidangnya masing-masing.
Apakah mereka selalu sukses? Tentu tidak, sukses itu bisa terjadi kalau kita sudah lebih dulu gagal. Sebagai manusia biasa, para FPRI ini juga banyak mengalami pahit getir perjuangan. Namun dengan “gelar” yang mereka sandang sampai hayat dikandung badan, maka semangat menjadi Putri menjadi dorongan untuk terus berusaha melakukan yang terbaik bagi Indonesia.
Apalagi di tengah gempuran berbagai hasil ajang sejenis, seperti Miss Indonesia, Putri Indonesia, Putri Ayu, dan sejenisnya, maka finalis Putri Remaja Indonesia, ternyata setelah puluhan tahun berlalu, alumni FPRI mampu membuktikan menjadi komunitas yang membanggakan. Sejauh ini, alumni FPRI seperti ungkapan Dr Pia Alisjahbana, tetap membanggakan dalam konteks menjaga karakter sebagai perempuan Indonesia yang tangguh, cerdas, menghormati orang lain, menghormati diri sendiri, dan senang berbagi, terutama kepada bagian bangsa Indonesia yang sedang menghadapi berbagai bencana dan ujian hidup seperti korban banjir Jakarta 2012 dan korban Gunung Sinabung Tana Karo 2013.
Akhirnya,
Menjadi Putri adalah pengalaman indah dan bermakna yang mengubah hidup
seorang gadis muda menjadi perempuan dewasa yang tangguh.
Menjadi Putri adalah perjuangan melawan godaan dan kesombongan
karena berhasil lebih berprestasi dibanding orang lain.
Menjadi Putri adalah kenyataan bahwa ia manusia biasa,
tidak luput dari cacat dan cela, tidak bebas dari terjangan penyakit dan derita.
Menjadi Putri adalah menjadi pelita di mana saja Tuhan tempatkan,