Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi ternyata Pembaca Setia Kompasiana

13 Desember 2015   09:38 Diperbarui: 21 Juni 2016   09:13 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ke Istana Presiden untuk makan siang? Ah becanda kaleeee, begitu respon saya ketika Mbak Nur dari Kompasiana menghubungi saya di sore hari. Saya bukan Jokowi lovers, apalagi Jokowi haters. Namun lewat Kompasiana, saya beberapa kali menulis tentang Jokowi apa adanya. Awalnya ketika Jokowi kampanye sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta dengan ramah dan simpatik berfoto  dengan saya dan anak (hehe).

Diminta Tampil di Kompasianival 

Tadinya saya pikir telepon dari Kompasiana untuk memastikan MercySmart Homeschooling tampil di Pentas Kompasianival 2015.  Sebagaimana tawaran COO Kompasiana, Pepih Nugraha beberapa waktu lalu langsung ke saya.

Nah, kalau beneran Kompasiana menagih, maka saya mewakili Tim MercySmart  terus terang kelabakan juga.  Dengan bendera Homeschooling Komunitas, idealnya yang tampil adalah para homeschooler. Jadi para siswa yang tampil di pentas:

  • Menceritakan pengalamannya belajar metode homeschooling
  • Mengeskpresikan bakat dan minat mereka, yang bisa tergali baik karena tidak habis waktu mengerjakan PR.
  • Membuktikan kemampuan homeschooler dalam bersosialisasi,

Tawaran COO Kompasiana sebenarnya penting karena bisa memberi informasi akurat kepada masyarakat (baca hadirin Kompasianival) sehingga mendapat gambaran utuh apa dan bagaimana homeschooling,  sekaligus  mematahkan ocehan salah kaprah seputar homeschooling.

Namun sayangnya  skedul Kompasianival 2015 tidak match dengan project tahunan siswa MercySmart Homeschooling. 

  • Ada Homeshooler yang sedang sibuk membuat mobile aplikasi ke Jakarta Smart City Pemda DKI Jakarta;  
  • Ada yang sibuk membuat film pendek,
  • Ada yang sedang khusus belajar membuat games komputer,
  • atau membantu bisnis orangtuanya, mulai bisnis properti  apartment sampai cari barang untuk dieskpor ke mancanegara.

Jadi kalau mendadak COO Kompasiana memberi tawaran mengisi pentas Kompasianival tahun 2015, mungkin harus ditunda ke Kompasianival 2016. Okeh Kang Pepih? 

Sekarang kembali ke laptop. 

Kembali ke tawaran makan siang, saya pikir lumayan juga, sementara kalau datang peserta ke Kompasianival 2015, kita harus tanggung makan siang sendiri toh. heheheh.

Strategi Meja Makan Jokowi

Selintas macam-macam motivasi 100 Kompasianer yang terpilih ke Istana. Sementara karena prioritas saya adalah mencicipi makan siang ala istana. Maka saya merasa tidak perlu tunggu-tunggu apalagi malu-malu. Jadi begitu Pak Jokowi mengajak semua langsung makan, maka grup meja saya, yang memang posisi paling strategis ke meja prasmanan,  duluan menyambar piring.

Posisi saya kedua atau ketiga, setelah Wartawan Senior Isson Chairul, seorang Kompasianer (belum konfirmasi namanya, takut salah) saya, dan disusul mantan guru,  Zulfikar Alala.

Jadi, posisi kami  cuma  "sejengkal" dengan Presiden. Kami bertiga di posisi kiri meja makan, sementara Pak Jokowi memimpin di sisi kanan meja. Bisa dikatakan, secara tidak langsung, kami beruntung karena  menikmati  "Strategi meja makan ala Pak Jokowi."

Pak Jokowi membuka percakapan, "Saya baca tadi di Kompasiana, ada yang protes, nggak diajak ke Istana,"  

Pak Isson yang persis berposisi  face to face dengan Presiden sempat terdiam dan melihat ke saya, Dan cuma bisa katakan, "Hm iya Pak Jokowi"  

Terus terang kami kaget dan sempet blank untuk mencari cara menjawab yang pas, sesuai wanti-wanti Asisten Manajer Kompasiana Iskandar Zulkarnain alias Isjet, ke semua Kompasianer di dalam bis; harus bisa menjaga harkat dan martabat Kompasiana, supaya bisa diundang lagi ke Istana.

Pembaca Setia Kompasiana

"Tadi ada yang menulis di Kompasiana, yang protes karena nggak diundang kemari"  Begitu ucapan Pak Jokowi di awal meja makan.  Itu bukan suara marah atau kritik. Nada suara Pak Jokowi yang datar dan santai membuat saya jadi berani membuka obrolan berikutnya.

"Hmm, memangnya Pak Jokowi sempet baca Kompasiana?"  

Dan di luar dugaan saya, Pak Jokowi menjawab, "Setiap hari, perjalanan dari Bogor ke Jakarta kan lumayan lama, nah saya rajin buka Kompasiana. Dan juga dari Jakarta menuju Bogor, saya sering membuka Kompasiana."

Terus terang saya  kaget, ternyata Pak Jokowi update informasi banget ya.  Ternyata di sela-sela kesibukannya, Presiden kita pandai memanfaatkan waktu. Bukan hanya itu,  Insinyur Kehutanan UGM itu menyadari banget, bahwa dia membutuhkan informasi dari rakyatnya, termasuk membaca berbagai keluhan yang ditulis jurnalis warga di Kompasiana.  

[caption caption="Begini "Strategi Meja Makan ala Jokowi". Begini ekspresi Presiden yang sedang menjawab pertanyaan saya (sayangnyaaaaa saya nggak kelihatan)"] Foto dari Taufik Uieks

 

[/caption]

Sementara itu, perjalanan sampai ke akhir meja prasmanan masih panjang. Dan saya lanjut bertanya, "Yang sering Bapak baca topik apa?"

"Ya macam-macam, yang lovers, yang haters," jawab Pak Jokowi dengan nada datar.  "Ya, tapi saya suka dengan tulisan yang membagikan optimisme, bukan yang pesimis."

Dan percakapan di meja prasmanan itu saya tutup dengan  menanyakan kabar Ibu Iriana. Yang dijawab Pak Jokowi, ibu ada di sini, sehat. Terimakasih perhatiannya.

Artikel yang Optimis

Isi percakapan singkat saya dan Jokowi di sepanjang meja prasmanan,  ternyata diulangi lagi saat Pak Jokowi berpidato kepada 100 Kompasianer,  pada waktu cantik di tahun 2015, yakni 12-12 pukul 12. 

Bahwa Jokowi mengajak kita semua, penulis Kompasiana untuk terus membagikan optimisme.

Bahwa musuh kita bukan sesama bangsa Indonesia.

Musuh kita adalah negara lain.  Bahwa tantangan sudah di depan mata dan tak bisa dihindari, persaingan dengan semua negara, terutama negara tetangga sudah di depan mata. Jadi kalau kita masih sibuk bertengkar, haters, lovers, bagaimana bisa kuat dan siap menghadapi persaingan dengan negara lain?

Lalu Jokowi sempat menceritakan pertemuannya yang berkesan dengan belasan anak muda penggiat Teknologi. "Saya sampai tiga kali bertanya kepada para anak muda yang memimpin perusahaan teknologi, Tokopedia, Gojek, dan lain-lain yang saya undang makan siang di sini. Apa kalian takut menghadapi persaingan dari negara luar?" Dan mereka semua menyatakan, siap menghadapi persaingan, tidak takut menghadapi persaingan antar perusahaan teknologi dari luar negeri"

Jadi para Kompasianer, rasanya tidak berlebihan jika kita merapatkan barisan, untuk menyebarkan optimisme lewat tulisan. Stop saling mengkritik apalagi bertengkar, mari kita contoh sikap Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Mereka bertarung habis-habisan di pilpres lalu, dan setelah itu selesai, saatnya sama-sama membangun Indonesia dengan porsi masing-masing.

 

Momentum Indah di Istana

Buat yang masih penasaran, siapa aja yang ikutan ke istana, ini beberapa bocoran Kompasianer yang kemarin beruntung karena mengalami perisitiwa yang berkesan.  Beberapa di antaranya :

  • Mbak Fera Nurani, buruh migran dari Hongkong yang sempat terharu, tak menyangka, jika bisa langsung mengadukan nasib buruh migran langsung kepada Presiden di Istana. Kebetulan saya dan Fera duduk sebangku di bis. Dan ketika kita mengingat lagi moment itu, Fera yang saat ini berstatus mahasiswi Universitas Terbuka, kembali menitikkan air mata.
  • Mbak Aulia Gurdi, yang curhat langsung dan minta perhatian untuk anak-anak Indnesia yang berkebutuhan khusus.
  • Pak Thamrin Dahlan, sang Penulis buku Prabowo Presidenku, yang usulnya langsung diiyakan Jokowi untuk mengajak 2 orang Kompasianer setiap kunjungan kerja.
  • Mbak Christie Damayanti, yang hadir berkursi roda yang didorong putrinya yang cantik, berhasil mendapatkan tandatangan Pak Jokowi di buku-buku karangannya, antara lain Keliling Eropa di atas kursi roda.
  • Ada mbak Niken Satyawati, yang nggak nyesel, datang pagi-pagi  dari Solo dan mesti balik malam hari hanya untuk menikmati Kunjungan ke Istana Presiden dan bisa bertatap muka dengan Kompasianer Jakarta, termasuk saya hehe.

Akhirnya bisa foto bareng Niken Setyawati, Kompasianer favorit (anak) saya
  • Ada juga mbak Uli Hartati Panggabean alias Uli Hape. temen semeja, yang sampai menitikkan air mata, ketika Jokowi bersedia membubuhkan tanda tangan di sehelai kertas bertuliskan, Happy birthday untuk anak pertamanya, yang kebetulan hari ini berulang tahun.
  • Dan juga saya,  yang sempat memberikan print-out tulisan saya di Kompasiana  langsung kepada Presiden Jokowi. Setelah dapat undangan ke istana, saya menemukan file yang berisi tulisan dan foto akrab dengan Pak Jokowi.

http://www.kompasiana.com/ibumercy/anak-kandung-pak-jokowi-di-foto_54f415d67455139e2b6c85f3

Saat itu, anak saya, Andre Christoga masih 7 tahun (sekarang 11 tahun)  bisa berfoto akrab bersama Pak Jokowi yang status saat itu calon Gubernur DKI Jakarta.  

Ketika saya serahkan print-out itu, sambil mengangguk-angguk,  Pak Jokowi mengaku ia sudah pernah membaca artikel saya, dan masih ingat peristiwa foto bersama saya dan Andre. (satu bukti lagi kalau memang Pak Jokowi, pembaca Kompasiana)

Print out artikel Kompasiana yang saya serahkan ke Pak Jokowi, selanjutnya diterima Kepala Staf Kepresidenan, Pak Teten Masduki. Dan yang mengesankan saya,  sebelum bubaran acara, saya sempat diinformasikan Pak Teten, kalau print out tulisan yang tadi saya serahkan, sudah diletakkan  di meja kerja Pak Jokowi.

Wow, siapa yang tidak senang, jika print out dan tulisannya bisa hadir di meja kerja Presiden?

Namun tujuan saya menyerahkan print out tulisan Kompasiana bukan sampai di situ.  Harapan saya semoga Pak Jokowi masih ingat moment istimewa dan bisa memberikan waktu makan siang bersama anak-anak seusia Andre. 

http://www.kompasiana.com/alvidhiansyah/anak-ini-seharusnya-jadi-punggawa-it-di-kompasiana_560b94227fafbd4e0b3449c9

Jadi jangan cuma orang-orang dewasa saja yang bisa mencicipi makan siang di Istana. Moga-moga Petinggi Kompasiana bisa memikirkan juga anak dan remaja untuk ikutan ke Istana, 3 bulan berikut.

Kompasianer bakal diajak ikut Kunjungan Kerja

Sempet reunian dengan senior saya, mas Widi Krastawan, sekarang Corporate Communications Kompas Gramedia

Oya, sebelum lupa, buat lovers dan haters Jokowi yang mau menulis di Kompasiana, ada kabar baik. Ide  Kompasianer yang mantan polisi, Thamrin Dahlan, agar Presiden juga mengajakkompasianer setiap kunjungan kerja langsung dikonfirmasi Pak Jokowi.  " Catat ya Pak Teten, dua orang Kompasianer akan diajak kunjungan kerja. Dan Yang paling dekat adalah ke Papua," begitu ucapan Pak Jokowi yang langsung ditanggapi tepuk tangan Kompasianer yang langsung berharap  dia yang terpilih.

Nah, ini kesempatan bagus bagi semua Kompasianer dan juga Admin Kompas untuk menjadi wasit yang adil dalam menentukan siapa yang berhak ikut dalam pesawat kepresidenan. 

Dan Kemarin di dalam bis, sang pencetus ide, sudah memberikan restu juga ke saya agar terpilih, mungkin Pak Thamrin dapat bocoran kalau di jaman dulu, saya sempat menjadi Wartawan Kompas;  Heheheh. (ngarep.com) Tapi kalau boleh, kalau boleh ya, usul ke Admin Kompasiana, kalau boleh, jatah saya kunjungan ke Eropa dan Amerika saja yaaa.

(gedubrak, brak, brak, banguuuuun woi, jangan mimpi melulu, hehehehe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun