Rasa penasaran, bagaimana rasanya masuk gedung KPK hari ini terpuaskan. Â Walaupun saya bukan penyidik KPK apalagi tahanan KPK (iiiih amit-amit).
Hari ini, atas kebaikan Mas Wili, Staf KPK, saya mewakili Komunitas MercySmart Homeschooling diundang mengikuti pembukaan Guru Menulis Antikorupsi di ruang seminar KPK lantai 1 gedung KPK jL HR Rasuna Said Kuningan Jakarta.
Pas saya sampai di Gedung KPK sekitar Pk 13an eh sudah ada demo yang minta KPK mengusut Kasus Hambalang, dengan bunga-bunga permintaan, meminta Ibas Sby diperiksa. Sementara di lantai 8, mantan anggota DPR, Dewi Limpo sedang diinterogasi. Â Jadi lumayanlah, suasana gedung KPK memang terasa "berbeda" dengan gedung-gedung pencakar langit di seputaran Kuningan Jakarta.
Kembali ke acara yang saya hadiri adalah Pembukaan Teacher Supercamp 2015. Dari 500an tulisan para guru SMP dan SMA yang masuk, dipilih 25 karya terbaik dari seluruh Indonesia. Nah 25 orang guru ini dibayari KPK untuk ikut Camp 5 hari untuk membuat tulisan yang akan menjadi bahan modul KPK. "KPK sudah punya bahan antikorupsi untuk anak, dan sekarang kita membuat bahan untuk remaja, SMP dan SMA," begitu kata panitia SuperCamp.
Pembukaan itu ternyata mengusung seminar juga, walaupun seminar singkat, pembicaranya adalah Komisioner KPK Bapak Adnan Pandu Praja dan Mendikbud Anies Baswedan. Ternyata yang datang adalah Staf Ahli bidang pembangunan karakter, Taufik Hanafi. Dengan moderator Ketua Taman Bacaan Masyarakat, Firman Hardiansyah, kedua seminar singkat itu beberapa kali mendapat tepuk tangan dari para peserta, para tamu dan undangan.
Acara yang disesaki para pegawai negeri (mereka semua berseragam hijau-hijau berbadge Linmas) ternyata mayoritas dari para staf Dinas Pendidikan kota DKI Jakarta dan staf suku dinas pendidikan  Jakarta Utara, Pusat, Barat, Timur, dan Selatan serta penggiat dunia literatur berlangsung meriah termasuk mentor SuperCamp, Gola Gong. Apalagi acara itu juga disesaki sekitar 40an wartawan yang sebenarnya mengejar Adnan Pandu untuk mencari tahu apakah ada tersangka lain dalam kasus suap Partai Hanura.
Budaya Keluarga KorupsiÂ
Dalam presentasinya, menarik sekali Adnan Pandu membuka dengan, budaya korupsi Indonesia adalah korupsi keluarga. Bapak dan Anak, bersekongkol korupsi percetakan Alquran. Selain bapak anak, KPK juga memeriksa  7 pasang suami istri yang bahu membahu korupsi milyaran rupiah. "Masihkah kita berhadap keluarga sebagai pilar anti korupsi?" begitu cetus Komisioner KPK.
Kekecewaan Pandu, demikian biasa disapa, makin bertambah ketika ia mendengar dari Pimpinan Universitas Terbuka, lembaga pendidikan resmi tingkat universitas yang membuka kelas untuk para guru, bahwa etos kerja guru di Indonesia memprihatinkan. Maksudnya bagaimana? Silakan anda menerjemahkan kata "Etos" yang bisa menyangkut soal etika, kejujuran, ketulusan, dan seterusnya.Â
Kalau guru-guru memang perduli dan sepenuh hati mendukung gerakan anti korupsi, maka program Kantin Kejujuran, yang pernah digembar-gemborkan harusnya masih lestari dan mestinya makin berkembang saat ini. Guru yang antikorupsi semestinya menularkan semangat kejujuran secara real kepada para muridnya.  Namun nyatanya?  Kantin Kejujuran sudah bubar jalan, alias  bangkrut.
Karena itu, Pandu berharap ke-25 guru yang terpilih bisa menularkan nilai-nilai kejujuran. Namun grakan membagun budaya jujur menjadi literatur hanyalah gerbong, karena yang menjadi lokomotif adalah teladan nyata dari para guru. Â Para guru yang dalam 24 jam kehidupannya dituntut menjadi tokoh panutan bagi anak didiknya maupun keluarga dan orang-orang di sekelilingnya. Semestinya para guru memang sudah memegang teguh nilai-nilai antikorupsi, dengan tindakan nyata, misalnya para guru komitmen mengajar dan tidak akan korupsi waktu mengajar, tidak terlambat datang dan pulang sebelum waktunya.
Kemasan Gerakan Anti Korupsi untuk Generasi MudaÂ
Selepas mendengarkan presentasi,  ada forum tanya jawab dengan para peserta dan undangan, termasuk pertanyaan saya sebagai penggiat Homeschooling.Â