Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hackethon di "Istana Presiden" dan MercySmart Homeschooling

24 Agustus 2015   18:22 Diperbarui: 24 Agustus 2015   18:22 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhadapan dengan 79 Tim Developer terpilih dari seluruh Indonesia, awalnya membuat MercySmart Homeschooling ciut nyali ketika masuk ke hall besar di Kantor Kepresidenan, Gedung Kridawacana, 22 Agustus 2015 kemarin.

Gimana nggak ciut, MercySmart Homeschooling beranggota Christie Kirana(16 tahun, tutor) Muh Arva (16 tahun, homeschoole SMA), dan Andre Christoga (11 tahun, homeschooler SMP) didampingi saya (umurnya nggak usah disebutin ya, hahaha). Sementara 80 tim lainnya, semuanya adalah developer profesional dan lulusan perguruan tinggi yang "berbau" komputer, developer, programmer, dan sejenisnya dari STT Telkom Bandung, UI Jakarta, ITB Bandung, Binus Jakarta, USU Medan, IPB Bogor, dan sejenisnya.

Info dari Panitia, ke-80 Tim yang diundang merupakan seleksi dari 400an Tim yang mendaftar ke acara Hackathon@Istana. Jadi nggak kaget kalau yang datang adalah programmer papan atas Indonesia. Yang kaget adalah kok Tim MercySmart Homeschooling bisa diundang menjadi peserta juga. 

Setelah urusan kaget dan perasaan ciut, kami mau tidak mau harus maju tak gentar demi bangsa Indonesia. haha. Konon acara itu adalah Kompetisi pembuatan aplikasi hackathon pertama di dunia yang difasilitasi langsung di dalam pemerintah nasional. Bermodal komputer jangkrik semua (begitu komentar Menkoinfo Rudiantara saat mampir ke meja Tim MercySmart Homeschooling) sementara 79 tim lainnya dengan komputer canggih bermerek McBxxPro. Dari segi modal kerja sudah nggak sebanding, maka  Tim MercySmart tidak punya harapan apapun selain, peserta pelengkap penggembira.

Dari 80 tim, Panitia memilih 10 finalis. Panitia seleksi adalah para pakar IT, mereka adalah developer website dan apps ternama di Indonesia, dan sangat detail memeriksa karya peserta kompetisi. Nah, ketika mereka mendatangi meja MercySmart Homeschooling, terus terang kami tenang-tenang saja, karena nggak punya beban atau sudah merasa minder dengan hasil applikasi meja-meja tetangga.

Karena itu, beneran tidak menyangka, tidak menduga, tidak berharap, rupanya Panitia memilih MercySmart Homeschooling sebagai 10 tim terbaik sebagai finalis. Dan sebagai finalis, semua tim wajib mempresentasikan karyanya di depan Juri. Terus terang kami merasa sangat terhormat karena bisa mempresentasikan karya kami ibugulagula.webs.com dihadapan ratusan developer terbaik Indonesia, dan belasan media massa. Beberapa kali tepuk tangan dari para hadirin terdengar saat presentasi MercySmart Homeschooling.

Acara istimewa itu semakin istimewa karena bergaantian hadir Menkopolhukam Luhut Panjaitan, Menkoinfo Rudiantara, dan Mendag Thomas Lembong. Bahkan Andre Christoga, yang dinobatkan sebagai programmer termuda, dipeluk hangat oleh Pak Luhut dan Pak Rudiantara. Bahkan kalau Pak Jokowi bisa sampai Jakarta jam 16, beliau yang menutup acara ini. (karena paspamres sudah memfoto KTP semua yang hadir, dan ruangan sudah disterilkan)

 

Apa sih Hackathon di Istana ?

Pada ajang ini, para peserta ditantang untuk membuat aplikasi pemantau harga komoditas, terutama tiga bahan pokok yang dianggap paling strategis, yakni beras, gula, dan daging.

Aplikasi buatan peserta diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Saat ini, pemerintah memerlukan data terkini dan akurat mengenai tiga pangan pokok itu dari setiap titik distribusi. Kecepatan pengumpulan data juga sangat diperlukan.
 
Harapannya, pemerintah dapat mengambil kebijakan yang lebih terarah untuk mengendalikan harga bahan pokok di masing-masing titik distribusi. Jika data yang diperoleh akurat, maka kebijakan yang dihasilkan pemerintah pun tepat sasaran.

Selama ini, pemerintah Indonesia sebenarnya sudah bisa mendapatkan data sendiri untuk masalah bahan pokok ini. Akan tetapi, metodologi yang digunakan cukup berbeda, yakni sampling. (http://tekno.kompas.com/read/2015/08/22/12320017/Hackathon.Merdeka.Kompetisi.Software.Pemecah.Masalah.Bangsa)

 

Oya buat Kompasianer yang ingin lebih tahu, silakan simak liputan langsung wawancara Kompas.com (Metrotvnews.com, Antaranews.com) bersama Andre Christoga dan Tim MercySmart hari ini. 

Semoga menginspirasi kita semua. Saatnya kita (dan anak-anak kita) membela Indonesia dan mendukung Indonesia sesuai minatnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun