Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

5 Fakta Beras Plastik = Hoax

7 Juni 2015   02:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiga hari ini kita dibombardir berita tentang beras plastik. Nggak tanggung-tanggung semua orang tiba-tiba jadi perduli pada beras dan nasi. Saya yang biasanya cuma melihat selintas beras sebelum dicemplungin di magic jar, sekarang jadi sibuk mencari-cari apa iya ada plastik nyasar ke dalam beras?

Tetangga saya yang buka warung nasi laris juga sama repotnya. Bahkan ada beberapa kali pelanggannya meminta ia memeriksa nasi sebelum disodorkan, apa ada plastiknya bu? Waduh kalau mesti melototin nasi, dalam sehari Bu Dewi, tetangga saya, bisa menyodorkan ratusan piring nasi, apa nggak puyeng memeriksa satu persatu piring.

Teman-teman Whatsapp saya yang pinter-pinter dan ayu-ayu karena semuanya pernah menjadi Putri Remaja Indonesia juga tidak kalah heboh mengomentari dalam hitungan menit berbagai isu, termasuk beras plastik. Mereka memberi saran, nggak usah bingung apakah sudah makan beras plastik atau beras betulan. Tinggal cek kalau BAB, kalau keluarnya tas kresek berarti terbukti sudah berpengalaman makan beras plastik. hehehe.

Semua jadi repot gara-gara beras plastik. Bahkan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, yang tadinya pengusaha penjual barang elektronik Panasonic juga jadi kelihatan lebih kurus karena harus bolak balik survey ke pasar tradisional.

Anehnya, sebenarnya ini biasa banget terjadi di Jakarta, siapa yang mengedarkan beras plastik (Kalau ada) belum jelas orangnya eh oknumnya.

Penasaran banget, saya tanya kiri kanan termasuk kenalan saya yang baru buka penggilingan padi di Bekasi. Konon ia sendiri pikir nggak masuk akal kalau sampai plastik masuk ke penggilingan dan masih utuh bentuknya. Kalau digiling berarti ada unsur panas, dan harusnya plastik setipis itu lumer dong, masak masih berbentuk utuh seperti bulir padi ? ucap lelaki paruh baya itu sambil geleng-geleng kepala.

Di tengah kebingungan ini, eh dapat info Beras plastik itu absolutely HOAX.  Karena saya pikir penting sekali informasi yang masuk akal buat kita semua, maka sengaja saya kutip ya. //www.kaskus.co.id/post/555dc478a09a395d378b4570#post555dc478a09a395d378b4570

Berikut ini 5 FAKTA ILMIAH mengenai beras plastik adalah HOAX:

1. Video ‘pembuatan beras plastik asal China’ ini tidak memiliki informasi bahwa yang diproduksi adalah beras. Video ini menunjukkan proses membuatan biji plastik yang disebut extrusion, mesinnya namanya extruder. Plastik dicairkan, lalu masuk ke semacam pipa yang dipanaskan dan memiliki pengaduk ulir seperti mata bor. Dari situ, plastik akan keluar seperti odol dan masuk ke saringan seperti membuat cendol, yang membentuk panjang seperti mie. Lalu dicelupkan ke air, karena ‘benang plastik’ (saya mau nyebut ‘mie plastik’ nanti heboh lagi!!) ini masih panas dan lembek. Sesudah mengeras, ‘benang plastik’ ini dipotong kecil2 di chopper membentuk pelet atau biji supaya bisa dimasukkan ke karung dan bisa dikirim dengan mudah. Tidak ada yang menunjukkan orang ini sedang bikin ‘beras plastik’! Embel2 ‘asal China’ juga ngasal. Orangnya ngomong Mandarin, tapi bisa saja ini di Taiwan, Canada, atau Tangerang!

2. Sifat utama plastik turunan hidrokarbon – keluarga keresek – adalah hidrofobik atau tidak suka air, karena bahan dasarnya adalah minyak bumi dan struktur kimianya nonpolar. Akibatnya, mau direbus sampai Indonesia menang piala dunia sepak bola sekalipun, TIDAK AKAN MENJADI LEMBEK. Beras bisa lembek menjadi bubur karena menyerap air. Kalau plastik direbus kelamaan paling-paling basah atau berwarna kecoklatan. Tapi tidak bisa menjadi bubur!

3. Jika memang benar ada ‘beras dari plastik’, maka membedakannya gampang saja: plastik TIDAK AKAN TENGGELAM DI AIR karena berat jenisnya lebih rendah dari air. Jadi ketika kita merendam beras dalam air sebelum memasak, ‘beras plastik’ ini akan tetap mengambang meskipun kita tekan kebawah.

4. Ada lagi teori bahwa ‘beras plastik’ dibuat dari kentang atau umbi yang dilapisi plastik. Maaf, saya nggak percaya sampai saya bisa meneliti sampelnya. Pertama, kentang lebih mahal dari beras – masak ngoplos pake bahan yang lebih mahal? Kedua, bagaimana cara motongin kentang jadi biji kecil-kecil. Ketiga – yang paling logis – titik leleh plastik yang paling umum: PE (polietilen) adalah 115 oC, PP (polipropilen) adalah 130 oC, dan PET (polietilen tereftalat) adalah 260 oC (atau sekitar 100 oC untuk PET yang digunakan untuk botol plastik). Sementara untuk melakukan pelapisan (coating), plastiknya harus dicairkan dulu baru bisa melapisi umbi atau kentang. Semua titik leleh plastik diatas 100 oC, berarti umbi atau kentangnya akan keburu gosong sebelum bisa dilapisi plastik! Jadi, sebagai engineer saya nggak kebayang gimana caranya melapisi umbi dengan plastik. Dan, kalau bisa harusnya mahal prosesnya – tidak bisa dipakai ngoplos!

5. Bagaimana cara menguji ‘beras plastik’ dan ‘beras asli’? Saya menghimbau kalau ada yang punya sampel ‘beras plastik’ silakan hubungi saya. Rekan Kimiasutra saya Irvan Kartawiriya bisa mengujinya di Laboratorium Food Technology di Swiss German University. Caranya mudah, dengan dua cara: pertama memotong beras dan melihat penampangnya di bawah mikroskop, untuk melihat apakah ada terlihat ‘umbi dan kulit plastiknya’. Kedua, mengujian amilum dengan Yodium. Amilum adalah jenis kanji yang terdapat pada beras asli, yang jika ditetesi Yodium akan memberi warna ungu. Kalau ditetesi tidak ungu, berarti bukan beras asli!

Selamat makan nasi (asli)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun