Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mempersoalkan Kebangkitan (Pendidikan) Nasional

20 Mei 2015   10:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2015, apa artinya bagi kita? Beberapa siswa MercySmart Academy Community cuma tersenyum dan mengatakan, jadi inget Dr Soetomo, jadi inget Sekolah Kedokteran Stovia tempat anak-anak pintar dan kaya bersekolah, termasuk anak-anak Indonesia yang beruntung.

Jadi proses Kebangkitan Nasional tidak lepas dari unsur edukasi, unsur pendidikan. Nah, kembali ke pertanyaan klasik, sudah sejauh mana keberhasilan pendidikan nasional di Indonesia? Jawabannya tergantung sudut pandang.

Kalau saya sebagai tutor homeschooling, sejak Peraturan Mendikbud no 129/2014 pendidikan Indonesia bertambah maju karena ada peluang untuk memilih jalur pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Murid Homeschooling bisa menikmati sekolah harusnya fun, bukan beban, dan berhak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya termasuk PTN tanpa dihalangi atau direndahkan lagi.

www.mercy-smart.webs.com

Kalau saya sebagai orangtua, Pendidikan Indonesia dengan kurikulum yang berganti-ganti, masih berkutat mengejar kuantitas, sehingga kualitas pendidikan Indonesia secara umum masih kedodoran

Kalau saya sebagai pegawai di Kemdikbud terutama bagian "basah" yang mengatur siapa penerima bansos, pendidikan di Indonesia sangat sangat sedap. Bayangkan 20% APBN diguyur untuk Dana Pendidikan, entah apapun itu, ujungnya proyek bansos yang penuh dengan tanda tanya besar dalam proses seleksinya. Jadi jujur aja, yang bisa menikmati guyuran dana pendidikan nasional yang melimpah ruah adalah para pegawai Kemdikbud dan sekitarnya. Maksudnya Kepala Sekolah atau Rektor yang bisa "bekerja sama" untuk "menyukseskan" pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia.

Urusan yang terakhir jadi bikin perut mulas karena USB eh UPS di beberapa sekolah di DKI Jakarta beneran cuma jadi sarang rampok baik DPRD maupun oknum Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan Oknum (pegawai) Walikota. Ngomong-ngomong jadi nggak sabar nih, nunggu finalnya, antara DPRD dengan Gubernur DKI Jakarta.

Kembali Mempersoalkan Kebangkitan (Pendidikan) Nasional

Terlepas dari begitu banyak persoalan yang membelit, saya bisa tersenyum karena konon Kemdikbud dan Kominfo ada rencana untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, terutama di daerah terluar, terpencil Indonesia.

Konon kabarnya (karena belum real) anak-anak Indonesia akan diberi fasilitas ipad yang berisi materi pelajaran yang didesain dengan interaktif. Jadi anak lebih banyak belajar sendiri dan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.  Hebat. Moga-moga ini jadi solusi, jika selama ini bolak balik dikabarkan dari ratusan ribu guru, cuma 25% yang dinilai bagus dan itu juga mayoritas di ibukota negara dan propinsi.

Sebenarnya konsep itu harusnya dikembangkan dari dulu supaya anak-anak Indonesia menjadi manusia pembelajar dan bukan manusia pencatat apalagi pembeo guru-guru. Iya kalau gurunya berkualitas, kalau ternyata gurunya memble, inilah hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun