Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kompasiana Menjodohkan Saya dengan... (2)

23 September 2013   09:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:31 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setahun ini saya ngotot mencari jodoh, jodoh yang setia dan tahan banting megikuti kegiatan saya sepanjang hari.  Jodoh yang bisa mengantar saya ke sana ke mari dengan aman, nyaman, dan hemat. Hehehe, betul jodoh yang saya cari adalah kendaraan pribadi.

Pentingnya kendaraan pasti sudah kita rasakan. Banyak orang yang katakan, tua di jalan, atau umur kita habis di perjalanan di kendaraan.Satu penelitian mengungkapkan dalam 1 tahun kehidupan kita,  secara rata-rata,  full 9 bulan kita ada di luar rumah, dan 2/3  dari waktu itu ada di perjalanan. Artinya dari 365 hari x 24 jam waktu setahun, maka 365 hari x 12 jam kita ada di perjalanan, di kendaraan, 365 hari x 6 jam di luar rumah (kantor) dan sisanya di rumah.

Jadi kendaraan adalah benda penting bagi kita, terutama yang pekerjaan dan hobinya banyak berjalan-jalan. Makanya sebagaimana jodoh manusia, maka memilih kendaraan  harus ekstra hati-hati, Karena itu, saya senang sekali menjadi 1 dari 30 blogger yang diundang ikut Kompasiana Chevrolet Spin Test Drive, 14 September lalu.

Di Postingan pertama  berjudul "Kompasiana Menjodohkan Saya  dengan ... (1) "  Saya  curhat dari perjalanan awal, Jakarta sampai tiba di tujuan di  Kawasan Wisata Gunung Salak Endah, Ciampea Bogor. Sekarang saya curhat perjalanan selepas tiba di Gunung Salak Endah, Kawasan Gunung Salak Halimun.

Dalam cuaca cerah, kami tiba di Gunung Salak Endah. Begitu keluar mobil, langsung  terdengar gemuruh air terjun yang menyejukkan jiwa, maklum selama ini kami cuma mendengar deruan mobil dan motor berseliweran di depan rumah.   Bunyi gemuruh itu dari Air terjun Ciherang merupakan satu dari tiga air terjun di Tempat Wisata Gunung Salak Endah. Udara yang bersih dan sejuk langsung membersihkan paru-paru ditambah harum khas  pohon pinus memberi kesegaran alam yang sudah lama tidak saya nikmati.

[caption id="attachment_266753" align="aligncenter" width="300" caption="Selamat Datang di Gunung Salak Endah, Gunung Salak Halimun"][/caption] Apalagi, panitia menyajikan makanan yang sedap. Rasanya pas banget, menyantap khas Sunda yang lezat di suasana yang hijau dan bunyi guruh air terjun;  duduk  di hamparan rumput di kelilingi Pohon Pinus dan persis di depan mengalir sungai kecil. Jadi peserta dimanja indra pendengaran, indra penglihatan, indra penciuman, indra peraba, dan indra perasa, terutama rasa sambel yang nyerep pisan Nggak heran banyak peserta yang nambah dan berebut sambel, hahaha.

Maling Indonesia lebih canggih

Selepas isi perut, sekarang isi pengetahuan tentang Chevrolet Spin, termasuk kelebihan dan kekurangan produk ini. (iya dong, selama itu buatan manusia, nggak ada produk yang sempurna). Yang jadi narasumber adalah Mas Aris dari Kompas Otomotif.

Saya tanya soal yang praktis saja. Mobil mungil begitu, kalau banjir gimana? Ternyata saringan knalpotnya dirancang lebih tinggi dari ukurang setengah ban mobil. Jadi kalau banjir masih setengah ban mobil, masih aman.

Selain itu saya penasaran dengan kampanye kunci mobil Chevy yang tidak bisa dipalsukan. Sayangnya pertanyaan tidak bisa dijawab tuntas, karena orang Chevrolet Indonesia atau General Motornya berhalangan hadir.  Jadi berdasarkan informas Mas Aris, dari  Kompas Otomotif,  setiap kunci mobil asli itu ada nomor pin. Jadi kalau kunci mobil diduplikat, bisa masuk ke setelan kunci, tapi tidak bisa connect ke mesin, mesin tidak bakal menyala, karena tidak cocok nomor PIN.

Lha saya kejar lagi, biarpun Chevrolet buatan produsen terkenal dan hebat, General Motor Amerika, tetapi  berdasarkan pengalaman, maling di Indonesia bisa lebih cerdas dari produsen mobil Jepang, Eropa, bahkan Amerika.  Apalagi urusan  Personnal Identification Number (PIN), wong kartu kredit dan ATM saja bisa jebol, apalagi kunci mobil.

Mas Aris menambahkan, sehubungan dengan banyaknya kasus pencurian, maka GM Amerika sudah punya teknologi yang melacak  keberadaan, posisi mobil, GPRS lewat komputer. Wow keren sih. Tapi bagaimana realisasinya, apakah sudah ada contoh nyata?

  • Nah, jawaban ini menggantung, dan pasti saya tanyakan kalau akhirnya saya beli Chevrolet  Spin.

Selepas diskusi yang lumayan seru, Panitia memberikan hadiah bagi penge-twit terbaik dan penjawab kuis. Seru karena pertanyaannya belum selesai, tapi sudah berebutan dijawab peserta, hahaha. Begitulah animo semua peserta Test Drive Chevrolet Spin Kompasiana. Dan di ujung acara diskusi dan kuis, seluruh peserta senang sekali kalau bisa diundang ke pabrik Chevrolet Spin yakni di New York Amerika Serikat eh salah, maksudnya di Pondok Ungu Bekasi. Selain itu, peserta yang sudah menikmati nyamannya mengendarai Spin dari Jakarta sampai Gunung Salak, sepakat untuk mengajukan usul  diskon untuk beli Chevrolet Spin. hahahah. Usul ditampung karena panitia juga mau deh dapat diskon. Nikmati Air Terjun Selepas diskusi yang hangat, peserta boleh bersantai. Ada yang tidur, ada yang melanjutkan diskusi, dan ada yang segera menuju Air Terjun. Bahkan beberapa peserta sudah langsung nyemplung ke air dan berenang-renang.  Harris Maulana, Dzulfikar Alala, Aulia Gurdi, dan beberapa peserta lainnya yang nggak tahan lihat air, langsung nyebur hahaha. Saya sendiri akhirnya memilih menikmati air terjun dengan cara menyemplungkan kaki, tangan, dan membasuh wajah. Dan belasan peserta lainnya tak lupa berfoto-foto ria di depan air terjun. Maksudnya, fokus dari  foto adalah air terjun, orang-orang yang difoto cuma latar depan saja, wkwkw. [caption id="attachment_266785" align="aligncenter" width="300" caption="Tiga dari 30 blogger Kompasiana. Blogger merangkap Cover Boy?"]

1379402573991083765
1379402573991083765
[/caption] Wiper Ngambek?

Akhirnya tiba waktunya pulang pas dengan turunnya hujan.  Untuk jalur pulang, semua tim beriringan. Oh rupanya itu jalur utama ke  Gunung Bundar. Jalur itu berbeda dari jalur perjalanan datang, yang melalui perkampungan.  Jalur pulang ini  medan jalan relatif lebih besar,  dan lebih mulus, serta jauh dari perumahan penduduk.

Sepanjang 10 km, kami disuguhi pemandangan hamparan pinus dan tanaman hijau yang sekaligus sebagai pagar jurang. Dibawah hujan rintik-rintik, ke-7 mobil peserta test drive dan panitia  rapi  konvoi beriringan turun. Sekitar 4 km terakhir, barulah ada perkampungan dan selepas perkampungan, sudah  sampai di  jalan raya di Kabupaten Bogor. Begitu sampai di jalan raya, dan harus berhadapan dengan mobil lain dan angkot, maka mobil peserta berpencar.

Tim kami yang disupiri Benny menghadapi kerepotan sederhana tapi lumayan bikin puyeng, yakni gerakan wiper yang tidak bisa cepat sesuai ketukan air hujan turun.  Benny coba kotak-katik, tapi di bawah hujan yang cukup deras, tetapi seakan wiper-nya ngambek.

Untuk mengatasi itu,  seluruh Tim Maron 5 bahu membahu mencari solusi, termasuk membuka buku manual yang tersedia di mobil, tetapi sampai ujung perkampungan,  wiper-nya santai saja di bawah guyuran hujan yang makin deras.  Untungya pak supir, Benny tidak menyerah, setelah 15 menit mengutak-atik, akhirnya, wiper berhasil masuk gigi 2 bahkan gigi 3, maksudnya wiper bisa cepat, mengatasi hujan yang makin deras  Ternyata masalahnya sepele, tuasnya harus ditekan baru diputar untuk mempercepat gerakan wiper. Jadi wiper sudah tidak ngambek lagi sampai pulang.

Rute pulang Test Drive Tim Maroon 5  awalnya menempuh  jalur yang sama seperti rute kedatangan, sampai melewati daerah Dramaga Kampus IPB.  Selepas  Dramaga IPB,  ada papan petunjuk arah, dan kami sepakat menjajal  jalur baru, yakni tol  langsung ke Jagorawi, tidak lewat bekas Terminal Bogor, melainkan lewat daerah Cimanggu. Namun jalan menuju tol itu, tepatnya di daerah pertokoan  Cimanggu Bogor mararacet alias macet banget, karena mobil keluar masuk pertokoan ditambah sedang pembangunan sehingga ada penyempitan jalan.

Nah, jika pengemudi pertama di Test Drive Chevrolet Spin ditantang membaca jalur peta yang benar,pengemudi kedua ditantang adrenalin untuk menaklukan supir angkot dan jalan mendaki berliku, maka pengemudi jalur ketiga,  tantangan yang paling membumi dan paling menguras tenaga,  kena macet di sore hari.

Di rute ketiga ini, Chevy diuji ketangguhannya mengatasi kemacetan. Masih ingat kan, Chevy kami ber-BBM diesel, sehingga ada kekhawatiran radioatornya lebih cepat panas.  Untuk itu, kami sempat mengetes kondisi radiator-nya, ternyata stabil, jarum penunjuk radiator anteng di bawah,  di angka nol. Sementara yang  panas adalah punggung dan bokong kami semua karena jalan macet pool.

Penasaran juga, mengapa radiator Spin diesel bisa adem ayem saja?  Ternyata radiator Chevrolet Spin diesel khusus untuk Indonesia dirancang lebih besar  mengingat suhu Indonesia yang panas.  Silakan lihat foto ini.

[caption id="attachment_266795" align="aligncenter" width="300" caption="Mesin Chevrolet Spin LS 1300 Diesel.      Radiatornya besar euy!"]

13794033111221311727
13794033111221311727
[/caption] AC "Triple"  Blower Jika selama ini, kita kenal AC mobil sampai double blower, maka Chevy Spin menyediakan AC triple blower, maksudnya AC dipancarkan langsung di barisan pertama, sedangkan untuk barisan tengah, dan barisan belakang AC dipancarkan dari langit-langit mobil. Namun saat test drive etape ketiga,  tiba-tiba AC untuk barisan depan seakan tidak keluar freon, cuma angin saja jadi tidak dingin;  sementara pada barisan kedua dan barisan ketiga berjalan baik.  Jadi saat Benny menyupir dan saya menjadi co pilot yang mulai kepanasan,  ketiga penumpang lainnya di kursi tengah dan belakang,  Ersan, Dzul dan Nurul malah sempat-sempatnya ber-sleeping beauty, maksudnya tidur lelap karena AC-nya tetap sejuk. Apalagi Chevy Spin jenis LS 1300 menyediakan audio yang bagus dan nyaman didengar.  Supaya tambah meyakinkan, ini fotonya (ijin pajang ya, Dzul , Ernest, dan Nurul. Foto apa adanya ini  membuktikan betapa nyamannya di dalam Chevrolet Spin. Foto sengaja disamarkan supaya tidak ada yang naksir hihihihi, karena ketiganya  sudah ditunggu pulang istrinya masing-masing)
13793993541116222995
13793993541116222995
Melihat ketiga penumpang tidur nyaman, saya dan Benny berusaha mengutak-atik AC mobil "jatah kami yang duduk di depan". Setelah sekitar 30 menit, AC mobilnya di barisan depan  "sembuh"  mulai terasa sejuk dan  tetap sejuk terus sampai garis finish. Agak penasaran juga, kenapa kondisi AC mobil bisa demikian.  Namun, kami berlima tidak ada yang bisa menjawab, mungkin perlu diskusi lanjut dengan teknisi Chevrolet Spin. Akhirnya giliran saya Test Drive

Karena berbeda jalur tol, Tim kami  tidak ngumpul dengan Peserta lain yang istirahat di setopan pertama Tol Bogor. Kami sudah terlanjur di depan dan beristirahat di setopan Gunung Putri, menjelang Magrib. Selepas sholat dan toilet,  kami memesan konsumsi  sesuai selera, dari siomay, air jeruk sampai Cochocino. Sekitar 20 menit menikmati minuman sambil berbincang ringan, termasuk curhat Nurul sebagai admin Kompasiana, kami siap melanjutkan perjalanan ke Jakarta.

Dan kali ini giliran saya test drive.  Walaupun tidak terucapkan, saya tahu keempat lelaki itu pasti agak khawatir disupiri perempuan, hihihi.  Apalagi di awal perjalanan saat melintas tol Jagorawi, saya sempat cerita pengalaman, mobil saya ditabrak mobil box dari belakang di jalan tol.

Namun,  supaya ke-4 lelaki ini tidak khawatir, akhirnya saya membuka sedikit rahasia, tentang  rekor saya di "masa muda"  yakni menyupir sendiri Jakarta - Medan - Jakarta. Mendengar itu, saya melihat ada senyum kecil di ke-4 wajah sahabat baru saya.

Perjalanan test drive Chevrolet Spin yang saya lakoni dari Setopan Sentul ke Jakarta, harus saya akui, nyaman banget. Mungkin karena selama ini saya terbiasa membawa mobil jenis touring yang besar, maka si Chevy ini menjadi mobil yang imut-imut buat saya.

Bahkan saat test drive ini, saya yang kebagian menyupir saat malam hari dan kondisi hujan sedang. Situasi  jalan tol Jagorawi menuju Jakarta padat tetapi belum merayap. Bahkan selepas masuk kota Jakarta yang tetap macet di malam hari,  di tengah guyuran hujan,  mobil Chevrolet Spin ini bisa melaju stabil. Jadi bagi saya, performance Chevy ini cukup memenuhi  standard mobil yang saya butuhkan.

Saya sedang mencari jodoh mobil yang nyaman di dalam kota, di jalan tol, dalam keadaan cerah maupun hujan deras.  Tidak cepat panas mesinnya menghadapi kemacetan berjam-jam perjalanan. Chevy juga layak mengantar saya berpetualang, ke jalan sempit, jalan rusak, sampai jalan mendaki yang rusak.

Rp 2 ribu per km

Kompasiana (mungkin) sedang menjodohkan saya (dan semua peserta test drive) dengan Chevrolet Spin. Dan sejauh ini, bibit, bebet, dan bobot kelihatannya oke.  Yang belum adalah Be satu lagi, yakni Be Be Em.  Yang jadi persoalan adalah kualitas diesel di Indonesia yang  jelek, atau bisa dibilang, buruk (hehehe sama saja).

Bagaimana General Indonesia sebagai produsen chevrolet spin diesel mengantisipasi buruknya kualitas solar di Indonesia?

Untuk menjawab itu, kabarnya Tim Chevrolet Indonesia dan Amerika sudah survey ke seluruh SPBU dari Jawa sampai Bali, dari Lampung sampai Aceh, dan diperoleh solar yang kualitasnya berbeda-beda. Kondisi kualitas diesel disampaikan ke Tim Produksi Chevrolet yang mengantisipasinya dengan teknologi sehingga bisa menyiasati buruknya kualitas  diesel Indonesia.

Persoalan BBM berikutnya adalah seberapa boros Chevy menyerap BBM.  Kalau mau kritis, GM selama ini dikenal piawai memproduksi mobil bensin. Apalagi mobil Amerika dan Eropa, dikenal boros BBM. Bagaimana dengan Chevrolet Spin?

Berdasarkan fakta test drive Chevrolet Spin,   perjalanan Jakarta – Gunung Salak Bogor – Jakarta  (Kebayoran Lama) mungkin sekitar 100 km dengan kondisi 14  km  (pp) jalan menanjak dan menurun. Setelah  mobil sampai di parkiran Kompas Gramedia, ternyata hanya menghabiskan 2 strip solar.Perhitungan saya, orang awam, dengan biaya solar sekitar Rp 50 ribu  dan jarak tempuh 100 km,  maka biaya BBM  Chevrolet Spin hanya Rp 2 ribu per km.

Buat saya itu fakta yang melegakan dan cocok dengan kantong. Karena itu,  Chevy layak menjadi mobil saya berikutnya. Semoga berjodoh.

(Foto : Koleksi Mercy)

Buat Para Kompasianers. Jangan puas hanya jadi Silent Readers. Anda lebih hebat dari itu dengan memberi komentar dan mengklik bintang di bawah postingan ini. Terima kasih yaaaa.

[caption id="attachment_266774" align="aligncenter" width="300" caption="Semoga Berjodoh dengan Chevrolet"]

1379399600716853322
1379399600716853322
Tim Maroon 5, Give me Hi Five

1379412487272752068
1379412487272752068
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun