Bagaimana mungkin, ada saja orang yang menyesalkan peristiwa Ahok marah-marah karena terbongkar proses pengambilan ijin KIR di Bekasi ternyata asal-asalan yang penting setor duit. Â Gara-gara Ahok sekarang semua mobil diperiksa dengan benar, akhirnya jadi lama banget nih proses pemeriksaan mobil untuk KIR.
Astaganaga, kok bisa ya ada komentar begitu. Jadi mereka memang tidak sadar bahwa proses KIR selama ini yang asal-asalan dan penuh aroma suap adalah SALAH! Bahwa ini saatnya berubah, karena hanya dengan proses yang benar maka hasilnya bisa lebih dipertanggungjawabkan. Â Terkadang, prosesnya benar saja, hasilnya berantakan. Apalagi kalau prosesnya amburadul, seperti selama ini untuk mendapat ijin KIR, yang ujung-ujungnya mencelakakan penumpang mobil angkutan karena memang tidak layak jalan.
Atau yang lebih sederhana lagi, kita terbiasa melanggar hukum. Saya juga terheran-heran bagaimana mungkin selepas sholat Jumat di mesjid di kawasan Plumpang Raya Semper Jakarta Utara (dan rasanya juga terjadi  di berbagai tempat lain), maka jemaat yang menggunakan motor,  beramai-ramai melanggar lalu lintas dengan seenaknya melintas di jalan yang berlawanan arah, karena enggan memutar. Akibatnya setiap sholat Jumat, kemacetan parah terjadi.
Atau bagaimana selepas sholat Jumat, para petugas di Kelurahan tetap meminta pungli bagi masyarakat yang membutuhkan surat keterangan (modusnya bisa langsung minta duit atau bisa dengan memaksa masyarakat membayar sumbangan aneh-aneh)
Dukun Prabowo di KPU
Yang berikut yang jadi unek-unek saya adalah bagaimana Indonesia yang menjunjung keTUHANan yang maha esa, malah membiarkan dukun-dukun dan teman-temannya (paranormal, orangpintar, orangsakti, penasehat spiritual) mengambil posisi terhormat.
Bukankan kita makin sering membaca bahwa banyak orang sukses selalu didukung "orang pintar, guru spiritual, paranormal, dll" Â Saya tidak terlalu mengerti konsep perdukunan itu, tetapi yang sampai saat ini kita harus membedakan dukun dengan Tuhan dalam garis tegas.
Dalam agama apapun TUHAN itu suci, kudus, damai, mengasihi sesama manusia, dan tidak berpamrih. Sementara dunia perdukunan sangat berlawanan dengan hal itu. Dukun itu berpihak, bila perlu menghancurkan, melemahkan, menghentikan manusia lain berusaha dengan berbagai cara. Dukun itu tidak gratis. Dan yang lucu buat saya bagaimana kita mempercayai, dukun  yang  tidak bisa menolong dirinya sendiri, tetapi berani menjual konsep menolong orang lain.
Saya terkejut membaca Tim Prabowo yang entah sengaja atau tidak, membawa dua dukun ke KPU. Itu adalah bencana bagi alam rohani bangsa Indonesia yang selalu menyatakan negara yang berTUHAN. Bahkan hal itu dipertontonkan di saat bulan ramadhan, bulan yang istimewa bagi umat muslim.
Atau apakah bangsa Indonesia sudah menerima bahwa dukun adalah bagian dari sarana kehidupan sehari hari kita? Â Ingat, kita tidak bisa main-main dengan kebenaran dan kesucian. Bahwa benar adalah benar, suci adalah suci. Â Secara logika sederhana, bagaimana menyatukan terang dengan gelap, Â menyatukan kesucian dengan hal musyrik?
Jadi sudahi, stop bermain-main dengan hal-hal yang salah, hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai religiusitas yang kita nikmati dari agama kita masing-masing.