Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rahasia Tambahan, Supaya Aplikasi Beasiswa Lolos Seleksi

12 Oktober 2014   15:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:22 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14130477021453902738

Menyambung tulisan Mas Agung Han yang menarik dan bermanfaat,  dan  jadi HL Kompasiana, 11 Oktober 2014, http://muda.kompasiana.com/2014/10/11/penerima-beasiswa-tidak-musti-pintar-saja-694766.html, saya urun rembug melengkapi oleh-oleh dari Seminar Beasiswa 5 Benua di gedung Gramedia Sabtu 11/10.

Ke luar rumah di Sabtu pagi buat saya tidak terlalu asyik.  tetapi demi janji pada admin Kompasiana dan setelah telpon-an dengan Bos Kompasiana Om Pepih Nugraha, akhirnya saya sampai juga di acara promosi buku Beasiswa 5 Benua yang digelar Penerbit Gramedia.

Disesaki Pemburu Beasiswa

Untunglah saya tidak memilih leyeh-leyeh Sabtu pagi, sehingga  bisa foto bareng dengan penulis favorit dan teman seperjuangan sebagai wartawan,  A Fuadi. Lelaki yang sudah melahirkan  buku best-seller dan sudah ada yang dijadikan film layar lebar menjadi pembicara utama. Pembicara kedua adalah Pak Hasbi, yang mendapat beasiswa dari Australia untuk S-2 dan sekarang aktif di bidang parenting .

[caption id="attachment_328566" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Bareng Peraih Beasiswa 5 Benua (foto Ruth Angela)"][/caption]

Oya di acara itu,  saya bertemu dengan Ina, gadis sederhana asal Boyolali Jawa Tengah yang sedang bersiap-siap menuju Amerika Serikat karena menggondol beasiswa Teknis Mesin dari  kampus internasional,  MIT. Ina ternyata bagian kelompok anak pintar Tim Olimpiade Matematika Indonesia.

Jika Ina sudah berhasil, maka di acara tersebut saya bertemu dengan puluhan anak muda yang masih merajut mimpi meraih beasiswa. Persis seperti perkiraan saya, ruangan disesaki oleh anak-anak muda yang haus beasiswa, termasuk putri saya, Ruth Angela (15 tahun) yang sudah jadi mahasiswa semester 1. (Ruth juga "dinobatkan" menjadi mahasiswi termuda di kampusnya).

Note:

Untuk Kompasiana yang ingin ikuti jejak Ruth, bisa akselerasi / percepatan SD, SMP, SMA  silakan mampir ke www.mercy-smart.webs.com

Mimpi Dalam Bahasa Inggris

Rupanya  mimpi Ruth  menjadi "mimpi massal" dari para mahasiswa maupun para pekerja yang hadir dan serius menyimak info kedua pembicara  Mas Fuadi dan mas Hasbi. Kedua pembicara itu sudah mengantongi gelar master hasil beasiswa dari Australia dan Amerika.

Ketika ada kesempatan bertanya,  puluhan tangan mengacung yang kebanyakan untuk konsultasi,


  • Lulusan D4 apa bisa melamar beasiswa yang umumnya memberi syarat lulusan S1? Jawabannya Boleh
  • Kalau IPK S-1 kurang dari 3,00 bagaimana biar tembus beasiswa ?  Tenang, ini solusinya, pindah ke daerah fokus Indonesia, yakni NTT, NTB, Papua, dan Aceh. Maksudnya pindah itu beneran pindah, bukan pura-pura loh. Tinggal di sana minimal 2 bulan, dan bikin KTP di sana. IPK dari pelamar daerah tersebut bisa 2,70.
  • Kalau sudah terima beasiswa, bisa kerja cari tambahan uang? Bisa, dan itu kerja legal. Tinggal cari kerja sesuai "bakat terpendam" seperti , cuci piring, antar koran, waitres, atau jaga anak alias baby sitter atau jaga nenek-nenek.

  • Kemampuan Bahasa Inggris harus bagus banget?  Sebenarnya begitu, bahkan Fuadi secara berseloroh menyarankan,  kemampuan bahasa Inggris harus sudah bisa sampai bermimpi, maksudnya mimpinya juga dalam Bahasa Inggris.
  • Untuk itu, ada baiknya uji diri dengan ikut tes TOEFL supaya tahu persis sudah sampai standar berapa (minimal 550).  Walaupun urusan bahasa Inggris ini tidak mutlak harus fluently. Karena selalu ada mukjizat bagi orang yang sungguh-sungguh berharap pada Tuhan. Maksud saya, yang Inggrisnya pas-pas-an juga ada yang lolos meraih beasiswa dan sekarang sudah ada di Inggris.
  • Ada juga peserta yang mengaku baru saja ikuti proses seleksi beasiswa, dan sudah masuk tahap wawancara, tapi gagal. Gimana kiatnya biar lolos wawancara?  Kedua pembicara memberi nasehat, be your self, jadi diri sendiri dan tunjukkan niat sungguh-sungguh untuk meraih beasiswa
  • Kedua Pembicara juga mengingatkan bahwa  ada 2 tahap dalam meraih beasiswa. Pertama, melamar beasiswa dulu, baru melamar ke kampus pilihan. Atau melamar dulu ke kampus pilihan, setelah diterima,  baru mencari dan melamar beasiswa dari lembaga pemberi beasiswa.


Workshop Khusus Mengisi Aplikasi Beasiswa

Berhubung saya juga punya pengalaman mencicipi beasiswa dari lembaga asing, dan tahu sulitnya menembus persaingan, maka di kesempatan tanya jawab, saya mengusulkan adanya workshop khusus mengisi aplikasi beasiswa.

Bukan rahasia, para penyeleksi beasiswa itu sangat selektif membaca aplikasi  awal yang dikirim oleh ratusan bahkan ribuan pelamar. Menurut Pak Hasbi, yang pembicara, dari 1000 beasiswa mungkin yang lolos seleksi awal kisaran 5% - 2%, yang 98% masuk "tong sampah".

Poin dari usulan saya di acara Beasiswa 5 Benua tadi adalah penting sekali mengisi aplikasi dengan tepat dan mampu menarik perhatian para penyeleksi.

Untuk itu saya usulkan adanya workshop intensif 2 hari untuk mengisi aplikasi beasiswa yang sesuai dengan latarbelakang pendidikan dan pengalaman masing-masing pelamar.

Gayung bersambut, usulan saya diterima kedua pembicara, Mas Fuadi dan Mas Hasbi. Rencananya (mohon dukungan dan doa teman-teman Kompasiana)  November - Desember 2014 kita akan menggelar workshop intensif di tempat MercySmart Homeschooling di Tower Grand Emerald Kelapa Gading. Bahkan Mas Hasbi yang ternyata dosen dan berdomisili di Padang, bersemangat untuk meluangkan waktu ke Jakarta.

Oya,  seusai saya sampaikan usulan, tepuk tangan bergemuruh di dalam ruangan, itu tandanya banyak yang setuju. Bahkan selesai seminar,  beberapa orang meminta nomor handphone saya dan berminat sekali ikut   workshop Mengisi Aplikasi Beasiswa dengan Tepat dan Jitu.

Nah, buat Kompasiana yang punya kebutuhan yang sama, monggo loh, silakan inbox, supaya saya dan Kedua Pembicara bisa tambah bersemangat menggelar acara workshop yang pastinya menjadi pintu gerbang Anda semua untuk mewujudkan mimpi meraih beasiswa S1 S2 dan S3 di dalam negeri atau luar negeri.

Sampai Bertemu di Kampus Impian !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun