Tidur siang adalah salah satu anugerah terindah dari Allah untuk hambaNya. Setidaknya, sebegitu berharganya nilai tidur siang di mata saya. Di masa kecil, Oma saya mewajibkan saya dan adik untuk tidur siang setiap pukul 14.00 sampai 16.00.
Dari sanalah saya terpaksa tidur siang, terbiasa hingga akhirnya menikmati. Betapa tidak, ketika tubuh sudah lelah setelah seharian beraktivitas dan makan siang, rasanya mata ini bagai ditimbun beban 1 ton. Ngantuk berat! Dan obat terbaiknya, ya.. tidur siang! Hehe..
Zaman gadis dulu, saya pun masih memasukkan agenda tidur siang di tengah jadwal keseharian. Saat masih kuliah, jika tak sempat tidur siang di kosan, saya seringkali menyempatkan tidur di kelas. Sepuluh menit pun cukup untuk membuat mata kembali 'on'. Kemudian, saat masih bekerja di sebuah kantor pusat bank swasta, saya pun seringkali menyempatkan tidur siang di Mushala.
Waktu istirahat yang totalnya satu jam saya bagi menjadi dua bagian: makan siang sambil mengobrol dengan teman kantor dan shalat dilanjut tidur siang. Walaupun hanya sebentar, namun tidur siang singkat bisa mengembalikan tenaga untuk melanjutkan pekerjaan sampai sore (bahkan lembur sampai malam).
Mau tahu pekerjaan apa yang kini saya lakoni?
Ibu rumah tangga.
Eits, siapa bilang jadi seorang ibu rumah tangga itu lebih banyak waktu kosong dan bisa beristirahat seenaknya? Kenyataannya, walaupun kini saya jauh lebih bahagia menjalani profesi ini, namun kenyataannya saya harus memikul tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan pegawai kantoran atau direktur sekalipun.
Bayangkan saja, mengasuh dan mendidik seorang anak yang langsung dititipkan oleh Sang Maha Pencipta! Besar sekali bukan tanggung jawab saya (dan ibu-ibu yang lain)?
Saat mata sudah berat dan ingin tidur siang, ibu tetap berusaha membuka mata -walau perih- demi si anak yang energinya seakan tak habis-habis. Memaksa si anak untuk tidur siang? Ah, rasanya saya terlalu malas untuk berdebat dengan si kecil yang hanya berakhir dengan tangisan.
Jika ada orang tua di rumah, saya bisa menitipkan anak sekitar setengah jam agar saya bisa mengisi energi dengan tidur siang. Jika tidak ada orang lain di rumah? Yaaa, mari siapkan korek api untuk menahan mata agar tetap terbuka. Hehe..
Nah, akhirnya saya mencari solusi untuk masalah 'melewati jam-jam kritis tidur siang' ini. Minum kopi? Ah, kok rasanya nggak ngaruh, malahan saya jadi deg-degan dibuatnya. Makan? Makin banyak makan, malah makin ngantuk, haha. Lalu, saya pun mencoba untuk mengonsumsi Tolak Angin, jagoan saya ketika saya merasa tubuh sudah mulai tumbang sekaligus sahabat ketika bepergian. Hasilnya?
Hmm.. Aromanya yang segar, rasanya yang pedas-pedas nikmat dan efeknya pada tubuh membuat semangat saya kembali naik dan yang paling penting: membuat mata saya tetap terbuka! Yes!
Tak jarang saya mendengar komentar dari adik saya, "Perasaan setiap pergi selalu bekal Tolak Angin, deh!" atau pertanyaan seperti, "Kenapa sih minum Tolak Angin? Masuk Angin?". Lalu dengan senang hati saya selalu mengulang argumen saya, "Tolak Angin nggak hanya untuk masuk angin, kok! Tapi ampuh juga untuk menahan ngantuk jika dibutuhkan! Coba, deh!" dan disambut dengan anggukan sambil tetap menatap heran. Haha..
Lalu, ada pula pertanyaan dari Mama, "Memangnya Tolak Angin aman untuk dikonsumsi secara rutin?".
Nah, begini penjelasannya..
Berdasarkan uji toksisitas yang dilakukan oleh Fakultas Farmasi Sanata Dharma, dipastikan bahwa Tolak Angin aman diminum dalam jangka panjang. Apalagi, Tolak Angin dibuat dengan bahan-bahan herbal organik berkualitas pilihan seperti daun mint, jahe, madu, adas dan daun cengkeh yang pastinya aman untuk dikonsumsi. Belum lagi si kuning kecil namun super ini diproses di dalam pabrik modern berstandar GMP (Good Manufacturing Practises) dengan quality control yang ketat. Wow, makin percaya kan dengan Tolak Angin?
Mau tahu fakta luar biasanya lagi? Sejak diformulasikan oleh Ibu Rachmat Sulistyo sejak tahun 1930, resepnya masih sama, lho! Wah, legend banget, ya!
Jadi, sampai hari ini saya selalu memastikan agar Tolak Angin tetap tersedia di boks obat kami di rumah. Jika sewaktu-waktu saya tak bisa menahan kantuk padahal anak sangat membutuhkan kehadiran saya, langsung saja saya meraih Tolak Angin di dalam boks dan.. aha! Saya pun kembali segar dan siap bermain dengan anak. Hehe..
Punya pengalaman dengan menahan kantuk tak tertahan seperti saya? Yuk, cobain Tolak Angin dan rasakan khasiatnya!
Salam sehat selalu!
- Dessy Natalia
www.ibujerapah.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H