Pangkal Pinang, Â September 2017
Hari ini adalah hari keduaku berada di Pangkal Pinang Bangka. Yup finally cita-citaku menginjakkan kaki di negeri timah  yang terkenal dengan keindahan pantainya ini terkabul juga. Tampak wajah-wajah kelelahan namun bahagia di wajah anak-anakku. Hari ini kami sukses menikmati keindahan pantai-pantai di Pulau Bangka.
Pantai Parai
Angin sepoi-sepoi menerpa wajah kami saat kami tiba di Pantai Parai siang itu. Hari itu adalah hari kedua kami berada di Pulau Bangka. Pantai Parai Tenggiri terletak di Kampung Matras, Sinar Baru Sungailiat, Kabupaten Bangka, sekitar 40 Kilometer dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang, atau sekitar 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda empat.
Pantai Parai ini pasirnya putih dengan ombak yang tidak begitu besar. Sementara batu-batu granit dengan ukuran besar banyak berserakan di sekitar pantai menambah indahnya pantai dengan laut dan langit yang  biru.
Anak-anak bermain pasir dan berenang ditemani ayahnya. Aku sendiri memilih berteduh menikmati indahnya pantai.Â
Puas bermain dan berenang di pantai, kami segera menuju resort di Parai. Tiket masuknya 25 ribu rupiah perorang. Pemandangan di resort tidak kalah indah. Di resort yang terletak di bibir pantai ini, kita  bisa melihat keindahan pantai Parai dari dekat. Selain berenang di  kolam renang pengunjung juga bisa menyewa jetski atau banana boat di resort. Ada restoran di dalam. Pengunjung yang masuk ke resort tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman dari luar.Â
Vihara Puri Tri Agung
Puas bermain di Pantai Parai, perjalanan dilanjutkan ke Vihara Puri Tri Agung. Kuil Shaolin begitu masyarakat setempat menyebutnya. Kuil  ini telah dibangun selama 12 tahun dan diresmikan Bulan Januari 2015. Interiornya luas dan bagus. Ada altar besar di tengah-tengahnya. Kita boleh berfoto di dalam vihara namun ada aturan tertentu yaitu tidak boleh berfoto tepat di depan altar. Harus agak menyamping jika ingin berfoto dengan latar belakang altar.
Dari atas Vihara kita bisa melihat  pemandangan indah Pantai Tikus dengan airnya yang biru . Pantai Tikus adalah pantai terpanjang di Sungai Liat. Bentuknya hampir sama dengan pantai di Bangka pada umumnya dengan pantai yang landai dan batu granit di atasnya. Kami menikmati keindahan Pantai Tikus dari vihara dan tidak turun ke bawah.
Pantai Pasir Padi
Bangka memang terkenal dengan pantai-pantainya yang indah. Tidak terkecuali Pantai Pasir Padi yang berada di Pangkal Pinang. Hari sudah sore saat kami tiba di sana. Pasir nya putih seperti pasir di Pantai Bangka pada umumnya. Sayang kami hanya sebentar di sana.Â
Jembatan Emas
Perjalanan sore itu diakhiri dengan mengunjungi Jembatan Emas. Jembatan Emas berada dipantai Pasir Padi dan Pantai Air Anyir menghubungkan Kabupaten Bangka dan Kota Pangkal Pinang Ibu Kota Provinsi Bangka Belitung.
Jembatan ini unik karena bisa dibuka dan ditutup saat ada kapal lewat. Â Jembatan Emas ini menjadi salah satu icon Kota Pangkal Pinang dan banyak wisatawan yang berfoto di sana. Saat kami ke sana Jembatan Emas baru beberapa bulan diresmikan.
Beberapa tempat wisata di atas adalah beberapa tempat wisata yang kami kunjungi di Bangka tahun 2017 yang lalu. Karena waktu kami hanya sebentar masih banyak tempat yang belum dikunjungi.
Belum puas rasanya menikmati  Bangka yang terkenal dengan timahnya hingga dijuluki negeri timah ini. Pantai-pantainya yang indah seolah mengajakku untuk kembali lagi ke sana suatu hari nanti.
Oya jika berkunjung ke sana kembali  aku ingin menginap di Hotel Cordela Pangkal Pinang. Menuntaskan rasa penasaran akan nyamannya Hotel Cordela Pangkal Pinang.Â
Cirebon Kota Udang
Cerita jalan-jalan ke Kota Cirebon ini tidak direncanakan sebelumnya. Meskipun berkali-kali melewati kota udang ini saat pulang kampung, namun belum sekalipun kami stay dan jalam-jalan di sana. Tapi karena si ayah kecapekan nyetir akhir Juni 2017 lalu saat perjalanan kembali ke Jakarta dari kampung, akhirnya kami beristirahat dan jalan-jalan di Kota Cirebon.
Keraton Kasepuhan Cirebon
Hari sudah sore saat kami tiba di Keraton Kasepuhan. Maklum sebelumnya kami beristirahat dulu di Hotel melepas lelah dan baru sore sempat jalan-jalan. Kami membeli tiket seharga 10 ribuan untuk anak-anak dan 15 ribu untuk dewasa. Karena tidak banyak waktu, kami hanya berkeliling sebentar saja karena pukul 6 sore keraton ditutup.
Keraton Kasepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri cirebon bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon berdiri. Keraton Kasepuhan yang dibangun oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 dan dahulu dinamakan keraton Pakungwati
Dari wikipedia disebutkan Kesultanan Kasepuhan adalah suatu wilayah hasil pembagian kesultanan Cirebon kepada ketiga orang puteranya setelah meninggalnya Sultan Abdul Karim (Pangeran Girilaya) atau yang dikenal dengan nama Panembahan Ratu pakungwati II pada tahun 1666, tetapi menurut naskah Mertasinga, Sultan Abdul Karim telah meninggal di Mataram pada tahun 1585 saka jawa atau sekitar tahun 1662 m , 12 tahun setelah kepergiannya ke Mataram.Â
Putera pangeran Girilaya masing-masing adalah Pangeran Raja Martawijaya yang kemudian memerintah Kesultanan Kasepuhan yang berpusat di keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Kartawijaya yang memerintah kesultanan Kanoman yang berpusat di keraton Kanoman dan Pangeran Raja Wangsakerta yang menjadi Panembahan Cirebon yang bertugas dalam hal pendidikan putra-puteri keraton, Pangeran Raja Wangsakerta bertempat tinggal di keraton Kasepuhan dan membantu Pangeran Raja Martawijaya memerintah kesultanan Kasepuhan sebagai Sultan Sepuh I.
Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati
Selain Keraton Kasepuhan, hari kedua di Cirebon kami sempatkan ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayatullah, juga merupakan sultan pertama di Kasultanan Cirebon yang dulu bernama Keraton Pakungwati. Tokoh ini adalah ulama utama yang menyebarkan agama Islam di bagian barat pulau Jawa.
Makam Sunan Gunung Jati ini ramai oleh peziarah dari berbagai daerah di Indonesia. Tampak beberapa mobil dan bis dengan berbagai plat nomor di parkiran komplek makam. Setelah ziarah kami sholat dzuhur di masjid yang berada di komplek makam.
Buat kami ziarah ini bukan sekedar ziarah, namun juga sebuah wisata religi sekaligus mengenalkan para penyebar Agama Islam di Jawa kepada anak-anak . Sebelumnya kami juga pernah mengajak mereka ziarah ke Demak dan Kudus sekaligus pulang kampung.
Menikmati Keindahan Batik Trusmi Cirebon
Acara jalan-jalan ke Cirebon ditutup dengan acara wisata belanja ke Batik Trusmi. Siang itu matahari terik. Mobil kami memasuki Kampung Trusmi tempat para perajin batik berada. Mobil berhenti di outlet batik paling besar yang ada di sana.
Memasuki area pusat grosir Batik Trusmi membuatku tidak merasa berada di Kota Cirebon melainkan si sebuah mall di Jakarta. Pusat grosir ini sungguh modern dengan display yang tertata rapi layaknya sebuah outlet batik di pusat perbelanjaan modern di jakarta.
Pusat grosir Batik Trusmi ini milik Sally Giovani yang profilnya  pernah kutonton di salah satu televisi. Toko batik ini cukup besar dengan berbagai baju batik pria, wanita, bahkan anak-anak. Harganya variatif. Mau cari yang murah sampai yang mahal ada. Kami membeli  4 buah baju batik buat si ayah dan oleh-oleh teman di kantornya. Harganya cukup terjangkau untuk baju batik sebagus itu. Kurang dari 200 ribu perbajunya.
Selain baju batik, pusat batik ini juga menjual beberapa kain batik yang belum dijahit. Ada batik tulis yang harganya mahal sampai batik yang di print mesin dengan harga terjangkau. Â Buat para pecinta batik pasti betah sekali mengunjungi pusat batik ini.Â
Selain batik  toko ini juga menyediakan berbagai oleh-oleh khas Cirebon di bagian belakang. Jika kita lapar ada Batik Kitchen yang menyediakan berbagai masakan. Uniknya interior restoran ini serba batik termasuk kursi-kursinya.  Kami pun makan siang di sana . Menunya lumayan dan harganya masih terjangkau.
Menikmati Kenyamanan Hotel Cordela Cirebon
Selama di Cirebon kami nginap di Cordela Cirebon. Cordela Cirebon merupakan salah satu hotel di bawah jaringan Hotel Omega Management yang membawahi banyak hotel. Awalnya gak sengaja menginap di sini. Gara-gara si ayah kecapekan nyetir dari Magelang ke Jakarta kita belok deh ke Cirebon. Pas di jalan lihat-lihat rekomendasi hotel di salah satu OTA dan pilihannya jatuh ke Cordela Cirebon.
Ternyata pilihan kami untuk menginap di Hotel Cordela Cirebon tidak salah. Letaknya strategis ditengah kota. Mau cari makan pun mudah. Enaknya lagi kami sampai sana jam satu siang. Karena bawa anak kecil dan kami sudah kelelahan kami boleh early check in. Harusnya check in jam 2 tapi jam 1 kamar sudah siap dan kami boleh check in.Terima kasih Cordela.
Karena hanya numpang beristirahat semalam kami hanya pesan satu kamar. Type kamarnya deluxe. Kamarnya sendiri cukup luas untuk kami dan anak-anak. Bednya cukup besar buat kami. Sementara si ayah tidur di sofa yang ada di kamar.Â
Saat kami menginap hotelnya masih tergolong hotel baru. Bangunanannya apik dan bersih. Tidak heran banyak yang kasih review nilai 4.7 dari total 5 untuk kebersihan hotel ini. Selain bersih, berada di tengah kota dan staff yang ramah, tampaknya kemudahan parkir juga menjadi alasan mengapa banyak orang menginap di hotel ini. Saat kami menginap di sana hunian full penuh. Banyak perantau yang balik ke Jakarta transit seperti kami di hotel ini.Â
Buat yang penasaran dengan hotel ini bisa lihat foto-foto kami di bawah ini.
Meski sudah 3 tahun berlalu, menginap di Hotel Cordela Cirebon masih berkesan sampai sekarang. Dengan pelayanan sebagus itu, harga permalamnya tidak membikin kantong jebol. Sesuai dengan kenyamanan yang kita dapatkan. Semoga ada kesempatan lagi untuk menginap di hotel di bawah jaringan Hotel Omega Management lainnya ya .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H