Tiada yang lebih membahagiakan buat kami sekeluarga selain bisa berkumpul bersama. Â Menikmati hari bersama anak-anak, bercengkrama, mengajari mereka belajar mengaji dan sholat , menonton televisi bersama atau sekedar 'kruntelan" di kasur. Itu adalah kata bahagia versi keluarga kecil kami. Sayangnya seperti kaum urban pada umumnya hari-hari di keluarga kami begitu sibuk. Kami tidak bisa setiap saat sholat berjamaah, tidak bisa setiap saat makan bersama dan tidak bisa setiap saat menonton televisi bersama.
Pagi-pagi si ayah sudah berangkat ke kantor menembus kemacetan Jakarta. Aku sendiri sibuk dengan mengurusi dua buah hati kami. Mengantar jemput sekolah mereka setiap hari, memasak, membereskan rumah dan pekerjaan rumah lainnya. Saat si ayah pulang di malam hari anak-anak sudah tidur. Di hari kerja quality time kami hanya di pagi hari. Meskipun berangkat pagi, tetapi si ayah berusaha sarapan pagi bersama anak-anak karena hanya waktu itulah dia bisa bertemu dan bercerita dengan anak-anak.Â
Dengan kesibukan kami setiap hari, otomatis waktu bersama kami paling banyak adalah hari Sabtu Minggu. Saat weekend si ayah libur bekerja dan anak-anak libur sekolah. Hari itu adalah kesempatan kami melewati hari bersama setelah lima hari sebelumnya hanya berkumpul sekedarnya di pagi hari. Biasanya setiap weekend aktifitas anak-anak full bersama ayahnya. Dari sekedar sholat berjamaah ke masjid, menonton televisi atau sekedar main games bareng. Terkadang kami liburan ke tempat wisata atau sekedar cuci mata dan makan di mall.
"Bu...aku paling suka kalau hari libur '' , kata si sulung.
"Mengapa Mas Faris suka kalau hari libur? ", tanyaku.
" Kalau libur aku bisa seharian main sama ayah dan makan Hokben kesukaanku di Mall Bu', katanya.
Anak-anak memang paling antusias jika diajak main ke Mall. Itu artinya waktunya makan makanan kesukaan mereka. Salah satu tempat makan favorit  anak-anak adalah Hokben. Menu favorit Faris adalah Chicken Katsu. Sedang Devin adiknya lebih suka Chicken Teriyaki. Beda anak beda pula kesukaannya meskipun kakak adik ya.Â
Bulan ini ada yang berubah dari kebiasaan kami. Bulan ini adalah Bulan Ramadan di mana seluruh umat muslim diwajibkan berpuasa. Alhamdulilah anak-anak sudah bisa berpuasa full meskipun baru kelas empat dan kelas tiga SD. Ada yang berbeda di keluarga kami tiap Ramadan datang. Yaaah..suasana di rumah kami berubah menjadi lebih hangat. Setiap Ramadan datang suasana menjadi lebih hangat dan ceria. Jadi kami selalu merindukan Ramadan datang.
Setiap Bulan Ramadan setahun sekali ayah bisa pulang awal. Setiap hari bisa berbuka puasa di rumah. Jangan tanyakan nikmatnya berbuka puasa rame-rame setiap hari seperti ini. Tak terlukiskan....Kami juga bisa sholat Magrib berjamaah. Menjelang Isya anak-anak diajak ke Masjid oleh ayahnya untuk Sholat Isya dan tarawih. Dan setelah itu kami tadarus belajar mengaji bersama-sama di rumah. Si ayah menyimak hafalan juz 30 si sulung, sedang aku mengajari adiknya mengaji. Rutinitas setiap Ramadan membuat bonding antara ayah dan anak-anak dan aku serta suamiku menjadi lebih kuat. Banyak aktifitas yang bisa kami kerjakan bersama. Sahur pun kami makan bersama. Setiap Ramadan suasana di rumah kami menjadi lebih hangat.
Saat Ramadan kami membatasi diri untuk tidak pergi ke Mall seperti biasanya. Selain antri berbuka puasa dan kebanyakan tempat makan sudah penuh, kami tidak bisa pergi tarawih berjamaah jika ke Mall saat Ramadan. Entahlah....berbuka puasa bersama  di rumah rasanya lebih nikmat.  Tentu saja ada yang protes  kalau kami tidak ngemall. Namanya juga anak-anak. Pasti mereka kangen suasana di Mall atau kangen makanan kesukaan mereka tiap pergi ke Mall.
Dua minggu lalu untuk mengobati kangen anak-anak kami ingin pergi ke Mall dekat rumah karena si kecil ingin makan Hokben kesukaannya. Mendadak hujan turun dengan lebatnya. Acara ke mall pun batal. Maklum setiap hujan datang jalanan menjadi macet. Kami khawatir saat sampai di mall restoran sudah penuh dan kami terlambat berbuka.  Karena anak-anak ingin berbuka dengan Hokben, untuk mengobati rasa kecewa kami memesan  Hokben melalui delivery. Menu yang ingin kami coba adalah Omiyage . Omiyage ini ada dua macam. Ada yang untuk berempat dan ada pula yang untuk berenam.Kebetulan kami berempat di rumah. Jadi kami mencoba menu Omiyage yang untuk berempat. Harga Omiyage berempat plus ongkos delivery 180 ribu. Lebih hemat dibandingkan jika kami pergi sendiri ke mall.Â
Hari masih hujan saat Omiyage kami datang. Waah anak-anak antusias banget. Hujan-hujan berbuka dengan Omiyage yang hangat. Apalagi  sudah dua minggu tidak makan Hokben. Kali ini mereka senang karena bisa berbuka puasa dengan Hokben kesukaan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H