Pun dengan kepribadian seseorang ditentukan oleh etika yang diyakininya. Etika berbahasa ini sangat erat berkaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu masyarakat. Oleh karena itu etika berbahasa memiliki atauran (a) apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seseorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; (b) ragam bahasa apa yang paling wajar kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tertentu; (c) kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita, dan menyela pembicaraan orang lain; (d) kapan kita harus diam; (e) bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita dalam berbicara itu.
Seseorang dapat dikatakan pandai berbicara apabila menguasai tata cara atau etika berbahasa itu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kesantunan berbahasa adalah sebagai berikut : pertama kesantunan itu merupakan bagian dari ujaran; jadi bukan ujaran itu sendiri. Kedua pendapat pendengarlah yang menentukan apakah kesantunan itu ada pada ujaran. Ketiga kesantunan itu dikaitkan dengan hak dan kewajiban penyerta interaksi. Yang artinya apakah ujaran terdengar santun atau tidak ini diukur berdasarkan apakah si petutur tidak melampaui haknya kepada lawan bicara dengan apakah si penutur memenuhi kewajiban kepada lawan bicaranya.
Sopan santun makna berbicara sering kali berhubungan dengan personal yang bersifat interpersonal atau dapat kita katakan juga etika berbahasa terkait dengan retorika interpersonal. Tentunya Dalam memilih kata ada dua persyaratan harus diperhatikan yaitu, (1) ketepatan dan (2) kesesuaian. Persyaratan ketepatan menyangkut makna, aspek logika kata-kata, kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Dengan demikian, pendengar atau pembaca juga menafsirkan kata-kata tersebut tepat seperti maksud yang diinginkan.
Untuk itu, harapnya kita mampu untuk berkata yang baik dan santun sebagaimana yang telah dijelaskan secara logis dan praktis oleh seorang peneliti yang bernama penelitian Dr. Masaru Emoto. Dr. Masaru Emoto melakukan penelitian selama 2 bulan bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ahli sains yang mahir menggunakan mikroskop). Masaru yang menyelesaikan pendidikannya di Yokohama Municipal University berhasil mendapatkan foto kristal air dengan membekukan air pada suhu -25 derajat Celsius dan menggunakan alat foto berkecepatan tinggi. Lalu ditelitilah air dengan menggunakan respon kata-kata, gambar, serta suara. Hasilnya luar biasa, sebagaimana yang sudah dibaca banyak orang. Air, katanya, bisa menerima pesan. Bahkan dalam bukunya yang lain, "The Hidden Message in Water", Masaru mengatakan, air seperti pita magnetik atau compact disk.
Air mengenali kata tidak hanya sebagai sebuah desain sederhana, tetapi air dapat memahami makna kata tersebut. Saat air sadar bahwa kata yang diperlihatkan membawa informasi yang baik maka air akan membentuk kristal. Jika kata positif yang diberikan (dipajankan secara tulisan atau dibunyikan), maka kristal yang terbentuk akan merekah luar biasa laksana bunga yang sedang mekar penuh. Sebaliknya, jika kata-kata negatif yang diberikan, maka akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak seimbang. Bahkan berbentuk buruk tidak membentuk kristal apapun. Mungkin juga air dapat merasakan perasaan orang yang menulis kata tersebut.
Berdasarkan penelitian Dr. Masaru, semakin jelas terlihat bahwa kualitas air dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk, bergantung pada informasi yang diterimanya atau bahasa yang dipajankan kepadanya. Hal ini membuat kita yakin bahwa kita, manusia, juga dipengaruhi oleh informasi yang kita terima karena 70% tubuh manusia dewasa adalah air.
Konsekuensi logisnya adalah manusia, sebagai makhluk yang sebagian besarnya terbentuk dari air, sudah seharusnya diberikan atau dipajankan informasi/ucapan/pikiran yang baik. Jika kita melakukan hal ini, pikiran dan tubuh kita akan menjadi sehat. Di pihak lain, jika kita menerima informasi yang buruk, kita akan merasakan sakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H