Mohon tunggu...
Budi Wahyuni
Budi Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Ibu bersuami yang dianugerahi 2 putri dan 1 putra

Belajar ilmu-ilmu bermanfaat sampai akhir hayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Miracle Happened

3 Agustus 2023   09:31 Diperbarui: 3 Agustus 2023   09:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     "Ma, nanti Mama buka puasa mau pake apa?" tanya si Bungsu kepadaku. 

Hari itu saya memang sedang puasa ayyamul bidh, yaitu puasa sunah tengah bulan yang dijalankan pada hari ke 13, 14 dan 15 setiap bulan dalam kalender Hijriah atau kalender muslim. Bukan rahasia lagi kalau umat muslim sering lupa nama-nama bulan Hijriah, karenanya saya menyebutkan dua belas nama bulan islam sesuai berbagai sumber  yaitu; Muharam, Safar,  Rabiul awal, Rabiul akhir, Jumadil awal, Jumadil akhir, Rajab, Syakban, Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah, Dzulhijjah.

     "Wah, Adek pintar nih, mikirin buat Mama buka nanti. Mama memang nggak masak hari ini, banyak kerjaan tadi. Kita beli bebek       bakar bumbu Jepang aja, 'kan kita semua suka bebek, kecuali Ayah. Ayah pulang larut malam hari ini, jadi nggak makan di rumah. Adek tolong beliin bebek bakar buat kita makan malam ya."

            "Oke Ma."

     Reza, yang biasa kami panggil Adek menerima uangnya dan bergegas pergi ke restoran dekat rumah yang hanya berjarak tiga rumah dari rumah kami. Saat itu sudah jam lima sore. Anak-anak saya Reza dan kakaknya Rani,  memang suka sekali masakan berbahan dasar bebek. Begitu juga si anak sulung Rara, yang sudah menikah dan tinggal di luar kota.  Kami bersyukur sekali karena ada restoran baru dekat rumah yang menyediakan  menu bebek goreng dan bebek bakar dengan beberapa bumbu pilihan. Kami suka sekali bebek bakar bumbu Jepang ala restoran "Bebek Funky."

     Saat berbuka puasa bersama dengan kedua anak saya, kami tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah Ta'ala atas karunia dan rizki yang diberikanNya, sehingga kami dengan mudah dapat menikmati bebek bakar yang enak sekali.

     "Alhamdulillah, enak banget ya Ma," Rani terlihat menikmati sekali bebek bakarnya sambil menjilati tangan yang berlumuran bumbu bebek bakar.

     "Iya, alhamdulillah. Mama 'kan udah pernah coba masak bebek, lumayan susah lho. Udah Mama presto juga, ternyata masih belum empuk," saya  tertawa kecil mengingat pengalaman itu.

     "Dekat lagi ya Ma beli bebeknya," Reza menimpali.

     "Iya, kayaknya memang disediakan Allah buat kita ya," saya menimpali.

     Kami menyelesaikan makan malam saat itu dengan rasa puas dan penuh rasa syukur kepadaNya. Menu favorit kami ternyata kini mudah sekali kami peroleh dan dengan harga yang terjangkau pula. Hari itu masih kuingat sampai detik ini, hari Jumat tanggal 2 Agustus 2019. Benar, tepat empat tahun yang lalu!

     Keesokan harinya, tanggal 3 Agustus 2019,  Rani heboh mendapat pesan-pesan chatting dari teman-temannya yang menanyakan keadaan kami sekeluarga.

     "Ma, memang kemarin gempa, sekitar jam tujuh malam? Aku kok nggak ngerasain apa-apa ya."

     "Jam segitu kita masih makan malam, 'kan mama lagi buka puasa. Iya kita semua nggak ngerasain gempa sama sekali."

     "Temanku banyak banget nih Ma yang nanyain soal gempa semalam. Dek, adek ngerasain gempa nggak semalam?"tanya Rani ke      Reza.

     "Nggak ngerasain juga, gempanya besar emang Teh?" tanya Reza.

     "Kata teman-temanku besar, sekitar tujuh skala richter. Banyak yang panik juga karena barang-barang di rumahnya bergeser," jelas Rani lagi.

     "Ayah kemarin ngerasain gempa nggak? tanya Rani ke ayahnya, saat suami saya nimbrung  masuk ke kamar anak-anak.

     "Iya kerasa juga sedikit. Ayah lagi ada di luar kantor kemarin, lagi mau beli sesuatu ke mini market, ayah ngerasa jalanannya bergelombang gitu. Memang di rumah, kalian nggak ngerasain gempa?"

     Mendengar percakapan  Rani, Reza dan suami.  saya jadi penasaran dan bermaksud menanyakan ke para tetangga tentang gempa kemarin malam.

      "Mama tanya ah ke tetangga," ujar saya sambil pergi ke luar kamar.

Saya melongok pagar dari samping rumah dan menyapa Ibu Milah yang kebetulan sedang ada di depan rumahnya.

     "Bu Milah, kemarin sekitar jam tujuh-an malam ngerasain gempa nggak?"

     "Iya Bu, kerasa banget. Saya lagi duduk... terasa kursi yang saya duduki  bergeser. Meja juga bergeser. Di TV juga ramai beritanya," sahut Bu MIlah.

     "Wah, kebetulan kami lagi nggak nyetel TV Bu. Jadi nggak tahu deh berita gempa," jawab saya.

Dari samping rumah Bu Milah, muncul Bapak Sutarno, yang posisi rumahnya nempel dengan pagar tembok rumah kami.

     "Pak Sutar, ngerasa gempa semalam? tanya saya.

     "Wah lumayan goncangannya kencang Bu. Dinding rumah serasa bergoyang-goyang juga. Tempat tidur saya juga bergeser," jawab Bapak Sutarno.

     "O gitu ya. Kami bertiga, saya dan anak-anak di rumah kok nggak kerasa apa-apa ya," sahutku sambil rada bingung.

     "Aneh juga ya Bu," sahut Bapak Sutarno.

     "Iya saya juga heran Pak. Ya sudah, saya ke dalam rumah dulu, mau ceritain ke anak-anak.. Terima kasih Bu Milah, Pak Sutar," ujar saya sambil bergegas masuk ke dalam rumah untuk menyampaikan berita ini ke keluarga.

Mereka mengangguk namun tersirat raut wajah keheranan.

     "Barusan Mama udah tanya tetangga, ternyata kemarin malam memang gempa juga di daerah kita."

     "Wah beneran gempa juga ya Ma di daerah kita. Ajaib banget ya Ma, kok kita nggak ngerasain," sahut Reza.

     "Temanku sampe bilang gini Ma di chatting...Rani, memang  rumah kamu dari besi baja ya, kok nggak ngerasain gempa sebesar ini."

     "Iya Nak, kita harus banyak bersyukur, karena atas perlindungan Allah semata kita dihindarkan dari goncangan gempa besar kemarin."

     Hari itu sholat saya bisa dibilang khusyuk karena menetes air mata untukNya. Terharu atas kasih sayang dan janjiNya kepada semua orang beriman yang senantiasa mendekatkan diri kepadaNya, sebagaimana yang  kami alami. Teringat firmanNya dalam  surah Al-Maidah (5):35,  "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."

     Dengan berupaya menjalankan puasa ayyamul bidh yang dianjurkan Nabi tercinta kita, Rasulullah SAW, insyaaallah itu adalah salah satu jalan mendekatkan diri kepadaNya. Ada banyak jalan lain untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT lagi seperti sholat sunah rawatib, tadabbur Alquran, sholat tahajud, sedekah amal jariah dan lain sebagainya.

     Yes indeed, miracle happened.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun