Mohon tunggu...
Budi Wahyuni
Budi Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Ibu bersuami yang dianugerahi 2 putri dan 1 putra

Belajar ilmu-ilmu bermanfaat sampai akhir hayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Gaib di Rumah Orang Tua (3)

6 Juli 2022   08:14 Diperbarui: 6 Juli 2022   08:21 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-photomix-company-101808

     

  Setelah Ibu wafat di tahun 2016, saya disibukkan oleh urusan sekolah si bungsu Reza.  Mengantar dan menjemputnya ke sekolah adalah kegiatan sehari-hari saya. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Ibu sejak saya di bangku SMP, Yuk Nani, masih setia membantu kami. Dia pintar masak, sehingga saya tidak terlalu sibuk menyiapkan makanan untuk keluarga. Keadaan rumah masih sama seperti dulu. Cewek gaib masih suka menampakkan diri kepada para tetangga, tidak ke penghuni rumah. Yuk Nani juga tidak pernah melihat wujudnya selama bekerja lebih dari tiga puluh tahun.

       Suatu hari Rara, putri sulung kami, pulang ke rumah bersama teman-teman SMA, dua orang laki-laki, Satria dan Kahfi dan seorang perempuan, Fani. Mereka duduk di teras rumah. Pemandangan di sisi kanan teras adalah kebun milik tetangga kami, Pak Tatang. Pohon mangga yang rimbun dan tinggi mendominasi pemandangan kebun itu, walaupun sudah terhalang dinding tembok setinggi dua meter.

        Saat menjelang magrib, saya mendengar mereka ribut-ribut dan beramai-ramai masuk ke ruang tamu.           

        "Ada apa Ra, kok kayak panik gitu?" tanya saya.

         "Ma, kami lihat sesuatu yang menyeramkan bergelantungan di pohon mangga Pak Tatang. Padahal aku  selama ini nggak pernah lihat," sahut Rara.

        "Iya Tante. Aku juga  belum pernah lihat makhluk gaib selama ini," timpal Fani . Wajahnya terlihat ketakutan sekali.

        "Satria sama Kahfi lihat juga?"

       "Nggak Tan. Cuma waktu mereka cerita kita jadi deg-degan juga," jawab Satria sambil salah tingkah.

       Saya melihat ke arah pohon mangga Pak Tatang, tidak terlihat apapun.

       "Kita siap-siap shalat magrib yuk, terus makan sama-sama ya," ajak saya ke mereka.

      Kami pun shalat dan makan bersama. Saya mengusulkan agar Fani diantar pulang sampai ke rumah oleh Satria dan Kahfi. Mereka menyanggupi.  Tidak lama setelah selesai makan malam, Fani, Satria dan Kahfi pamit pulang. Makhluk gaib yang bergelantungan  sudah menghilang, kata Rara.

       Keesokkan harinya Rara bercerita kalau makhluk gaib yang dilihatnya adalah pocong. Mereka membalikkan badan mereka, jadi posisi kepala di bawah, sehingga tampak lebih seram.

       "Sebetulnya kita hidup  di bumi ini bersama-sama dengan berbagai makhluk ciptaan Allah yang nggak kasat mata juga kan... tapi seharusnya memang beda dimensi.  Teradang mereka nyasar atau sengaja datang ke dimensi kita. Sering doa dan zikir ya nak, mohon perlindungan Allah" saya berusaha menenangkan Rara. Rara cuma mengangguk.

       Rara memang bisa melihat makhluk gaib sejak SMP, sejak masa pubernya. Semakin besar semakin jarang melihat makhluk gaib, hanya sekali-sekali saja katanya. Ada pengalaman tidak terlupakan saat ia duduk di kelas 2 SMA, saat kami masih di Bintaro. Rara pernah menolong teman sekelasnya yang kerasukan makhluk gaib, karena guru-guru di sekolahnya berlari ketakutan melihat seorang murid perempuan berhijab kerasukan. Melihat sikap guru-gurunya itu Rara kecewa dan sedih sekali. Kenapa mereka tega meninggalkan seorang murid yang butuh pertolongan, katanya. Walaupun Rara belum pernah punya pengalaman membantu orang kerasukan, tetapi naluri kemanusiaannya lebih tinggi dari rasa takutnya. Ia mau berusaha menolong temannya. Ia menelepon saya dan minta petunjuk bagaimana cara menolong orang yang kerasukan. Saya juga awam masalah itu, tetapi pernah melihat seseorang melakukannya. Saya instruksikan ke Rara untuk menyiapkan segelas air dan membaca doa-doa yang biasa ditujukan untuk mengusir makhluk gaib dan berpesan agar yakin akan pertolongan Allah lewat doa-doa itu.  Kemudian meminumkan air itu ke temannya  yang kerasukan. Tujuannya, agar doa-doa masuk ke dalam darahnya. Rara berhasil menolong temannya Tari, walau penuh perjuangan. Si makhluk berusaha melilit tubuh Rara dengan rambutnya. Dia dibantu seorang temannya untuk memegangi tubuh Tari yang meronta-ronta. Keringat mereka mengucur banyak sekali saat proses pengusiran itu. Syukurlah mereka berhasil. Saat itu, saya hanya bisa bantu doa untuk mereka dari rumah.

*******

       Sejak Ibu wafat, saya sering berkunjung ke rumah adik Ibu, Tante Pungki. Suatu kali saat sedang silaturahim ke rumah Tante,  ada seorang kenalan dekat Tante, Mba Restu, yang punya kenalan seorang ustaz yang memiliki kemampuan  membantu mengatasi masalah orang-orang yang terganggu dengan kehadiran makhluk gaib. Saya pun dipertemukan Mba Restu dengan Pak ustaz Ilham.

       Saya bercerita tentang kuntilanak yang suka menampakkan diri di halaman rumah kepada Pak ustaz Ilham. Ia menyarankan agar Reza yang melakukan proses pengusiran itu. Menurutnya   Reza diberi kemampuan Allah untuk melakukannya. Saat itu umur Reza sudah  sebelas tahun. Dengan petunjuk cara dan tuntunan doa dari Pak ustaz Ilham, Reza bisa melakukannya. Sejak saat itu para tetangga sudah tidak melihat wujud cewek gaib di halaman depan rumah kami. Saya pernah tanyakan hal itu  juga ke Pak Zaki, tetangga saya. Namun ternyata ada seorang tetangga lain yang bilang kalau si cewek gaib itu sebenarnya masih ada di halaman belakang rumah, tetapi tidak mau menampakkan diri lagi karena  tidak mau berurusan dengan penghuni rumah.  OMG...

(tamat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun