Mohon tunggu...
Budi Wahyuni
Budi Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Ibu bersuami yang dianugerahi 2 putri dan 1 putra

Belajar ilmu-ilmu bermanfaat sampai akhir hayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dukamu Pasti Berlalu, Adik Ipar

25 November 2021   16:24 Diperbarui: 25 November 2021   16:57 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinta bantu mengurusi pasien yang akan ke kamar mandi, yang takut minum obat, yang mau nge-charge HP atau yang ribut minta pulang. Semua pasien dikamarnya berusia jauh lebih tua dari Sinta. 

Karena perhatiannya pada pasien lain, Sinta dipanggil "Ibu Lurah" oleh para suster. Hubungan Sinta dan para suster sudah layaknya seperti keluarga. 

Suatu hari ada pasien baru masuk ke kamar mereka. Menurut Sinta pasien itu sangat stres sampai kejiwaannya terganggu. Ia tak bisa membuka pintu kamar mandi, susah memakai baju sendiri, kadang sudah dibantu memakai selimut malahan dibuka lagi dan sering mengganggu waktu tidur Sinta. Ada juga kisah lucu pasien yang stres itu, membuat Sinta tertawa waktu menceritakannya.


Hari terasa berlalu cepat, sudah sepuluh hari mereka di RS Pasar Minggu khusus covid. Saturasi Adi yang awalnya sangat rendah sudah jauh meningkat. Adi sudah boleh makan walau masih melalui selang.  Kadang Adi menelpon Sinta hanya bilang dia kelaparan, ngiler mau makan seperti pasien sekamarnya. Sinta selalu memberi semangat Adi buat sembuh. Kadang bercerita hal-hal yang lucu supaya suaminya tertawa. Namun Adi seringkali mengeluh kesakitan, stres dan ingin cepat pulang ke rumah. Kondisi pemulihan pasien covid sangat terhambat bila stres, demikian akhirnya yang dialami Adi.


Saturasi Adi merosot drastis. Sinta berusaha minta bantuan donor plasma penyintas covid melalui medsos, walau pihak RS juga melakukannya. Aku juga berusaha menyebarkannya ke beberapa WAG dan FB.  Dua orang yang membaca berita permohonan donor plasma dari FB-ku berusaha menghubungi pihak keluarga Sinta, namun sayangnya keduanya tidak memenuhi syarat yang ditentukan Nakes. Adi tidak tertolong. Pecah tangis Sinta dan aku bersamaan di telepon. Selamat jalan mujahid, semoga tenang dan nyaman dirimu kini dalam pelukan kedamaian Sang Pencipta.


Sinta memaksa pulang dari rumah sakit, walau dirinya belum sembuh covid dan terpapar pneumonia juga. Saat itu proses pemakaman di rumah sakit sangat lambat karena banyaknya pasien wafat. Sinta mendapat pertolongan dari tetangganya yang punya mobil ambulan. Adi terbilang cepat sekali melalui proses pemakamannya. Tak seperti kebanyakan pasien yang wafat akibat covid, Adi tetap dimandikan para Nakes yang dilengkapi baju APD. Dia juga dikafankan sebelum dimasukkan ke peti. Proses sampai ke pemakaman hanya berlangsung delapan jam. Luar biasa cepat.


Sinta masih menderita covid dan pneumonia, sehingga harus tetap isoman. Kami terus berhubungan hampir setiap hari. Untuk memotivasi pemulihan Sinta, aku "mewawancarai" teman-teman penyintas covid. Artikel kiat-kiat penyintas covid aku sampaikan ke Sinta. 

Beberapa cara bisa dia terapkan tapi dia tetap belum bisa tersenyum walau sebulan sudah kepergian Adi. Usulan teman penyintas yang menonton serial "Just for Laughs" untuk memancing tawa, tidak bisa dipraktekan Sinta. Tiba-tiba aku teringat saat Sinta tertawa menceritakan kisah pasien perempuan stres sekamarnya dulu. 

Dan benar saja, saat aku ceritakan kembali kisah itu padanya, dia tertawa. Bahagia rasanya mendengar tawanya pertama sejak ditinggal Adi. Tawanya itu penting untuk peningkatan hormon endorphin-nya. 

Hari-hari setelah kepergian Adi memang tidak mudah dilalui Sinta, tapi bersyukur semakin hari Sinta semakin kuat.


Semalam Sinta curhat, hampir dua minggu dia kontak lagi dengan Iwan teman SMA nya dulu. Iwan sudah lima tahun bercerai dengan istrinya, dan tiga orang anak mereka diasuh Iwan semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun